Part 8

3.5K 336 29
                                    

Final, pakai akun ini dan akun satunya untuk menyimpan cerita di perpus😗
Maaf kalau ada typo, jangan lupa vote sebelum membaca dan coment setelah membaca🤗
Happy reading😍

~~~

Emperan Cafetaria di sebrang jalan bugenfil menjadi pilihan Ava untuk nongkrong, dia sudah janjian dengan Fania dan Keyra. Dua sahabatnya tersebut sampai sekarang belum menampakkan batang hidungnya, padahal jelas-jelas mereka janji bertemu pukul sepuluh. Dan ini sudah setengah sebelas, siapa disini yang salah? Ava atau dua gadis tersebut?

Ava menghembuskan napasnya kasar, entah sudah berapa kali dia mendengkus karena ulah Fania dan Keyra. Sampai pesan suara masuk kedalam ponselnya, Ava menekan segitiga di samping pesa suara Keyra.

Ava gue sama Fania kejebak macet, gak tahu sampai sana kapan. Mending lo balik lagi.

Ingin sekali Ava mengumpat, sudah lama-lama menunggu ternyata mereka tak jadi datang, kenapa tak dari tadi saja? Membuang waktu Ava yang sangat berharga.

Saat akan beranjak, dia tak sengaja menatap ke sebrang jalan, disana juga ada Cafe yang full kaca. Jadi pelanggan di dalamnya dapat terlihat, seperti saat ini. Lelaki tampan dengan wajah datar membuat Ava tersenyum sumringah.

Tanpa banyak kata, dia membayar minum dan camilannya, kue bolu dan donat di cafe tersebut memiliki rasa top menurut Ava. Tak terlalu manis dan juga sangat lembut. Saat selesai Ava berlari memasuki cafe di sebrang jalan, dia punya rencana ingin meminjam ponsel Melvi. Ya, lelaki yang ada di dalam cafe adalah Melvi dan teman-temannya. Bintang dan Rio, lelaki yang mengantarnya ke aula Smp Cikradinata dan pembawa acara lomba menyanyi di sekolah tersebut.

"Melvi," panggil Ava dengan cengiran khas, nama yang di panggil mendongak untuk menatap Ava.

"Apa?" Tanya Melvi dingin.

"Pinjam ponsel dong, ponsel Ava hilang. Mau telepon Mama gak bisa," adu Ava dengan wajah cemberut.

"Gak!" Bintang dan Rio menatap wajah Ava yang sedang cemberut, dua lelaki tersebut memiliki rasa iba. Apalagi Ava gadis yang sangat cantik.

"Ponsel gue aja ya, Va." Bintang menyodorkan ponselnya berwarna abu-abu ke arah Ava, namun tanpa di sangka Ava menatap ponsel Bintang tanpa minat.

"Gak deh Bin," tolak Ava mentah-mentah. Bintang curiga dengan Ava, tak biasanya ada yang menolak tawarannya.

"Ya udah Ava pergi deh, mau nyari cowok yang mau minjemin ponsel." Ava berjalan menjauh dari meja Melvi dan kawan-kawan. Kepalanya menunduk dan mendumel kesal.

"Ava," mendengar namanya di panggil Ava menoleh ke belakang,

"Baperan," sindir Melvi, tangannya menyodorkan ponsel berlogo buah apel yang di makan ulat ke arah Ava, dengan senyum sumringah Ava menerima ponsel Melvi.

Dia mengetikan nomor mamanya di ponsel Melvi, lalu Ava menekan tombol hijau untuk menyambungkan teleponnya.

"Mama, Ava jemput dong. Ini lagi di cafe terumpit."

"Ini nomornya siapa Dek?" Tanya Lily curiga.

"Temen Ava, ehem Ma, jangan lupa simpan ya nomornya. Nanti sampai rumah Ava minta nomornya ke Mama." Ava berbisik di akhir kalimatnya.

"Cara kamu minta nomor cowok kampungan, Dek." Ejek Lily, Ava mendengkus kesal. Bisa-bisanya Lily tak mendukung Ava dalam hal menipu demi masa depan.

"Udah ya Ma, jangan lupa di simpan nomor temannya Ava."

"Iya Dek, bentar lagi Mama nyampe. Ini Mama lagi di rumah temen yang dekat situ."

Ava Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang