Double up😘 vote sebelum membaca dan coment setelah membaca🤗 maaf kalau ada typo🙏
Happy reading❤~~~~
Dentuman drum di aula SMP Cikradinata tak membuat Ava terlepas dari lamunannya, tatapan mata kosong. Apalagi tadi dia sempat melihat Melvi dan Reva jalan bersama, memang mereka hanya teman. Tapi bukankah semuanya berawal dari teman? Jangan pacar, musuh saja berawal dari sebuah pertemanan. Kadang tak satu pendapat, berbeda pemikiran. Semuanya bisa terjadi, kan?
Apa yang Ava takutkan bukan tanpa sebab, bisikan dari Reva masih terekam jelas di telinganya. Apakah Reva menyukai kekasihnya? Jika iya, kenapa harus Ava yang di ancam. Seharusnya Melvi dong, kan dia yang Reva sukai.
"Kenapa lo?" Tanya seseorang yang baru duduk di samping Ava, saat menoleh dia menemukan Bintang. Teman Melvi yang lumayan tampan, ingat kata lumayan.
"Gak pa-pa, ada apa Bin?" Tanya Ava balik, dia memperbaiki posisi duduknya menjadi tegak dengan bersandar pada kursi.
Bintang mengulurkan sebotol minuman ke arah Ava, sebotol minuman dengan bulir jeruk asli. Tak boleh sebut merk, tanpa di sebut kalian sudah tahu, kan?
Sebelum beranjak dari duduknya Bintang berbisik. "Tutup botolnya udah di buka sama Melvi, dia tahu kalau lo gak bisa buka tutup botol."
Tubuh Ava menegang, lelaki semacam Melvi dapat melakukan hal semacam ini? Apa lagi sifat Melvi yang tak Ava ketahui? Apalagi sebaris tulisan di atas kertas yang menempel di badan botol membuat Ava tak dapat menahan senyumnya.
Semangat pacar.
Wtf, serius Melvi melakukan hal itu. Saat Ava menoleh ke kanan dan kiri, dia tak menemukan Melvi. Namun saat ava menoleh ke belakang, senyum tipis Melvi menyambut tatapan matanya.
"Gila, makin gak fokus nyanyi nanti." Gumam Ava pelan, kepalanya menggeleng untuk mengenyahkan rasa gugupnya.
Sampai, Rio memanggil nama sekolahnya untuk tampil. Hembusan napas pasrah Ava terdengar sampai telinga Fania, temannya itu memang tak ikut lomba. Namun Fania di tunjuk guru BK'nya untuk menjadi fotografer, agar jika sekolahnya menang ada tanda bukti bahwa Ava dan kawan-kawan benar-benar mengikuti setiap langkah acara.
"Mbak Ava, sudah siap? Di dukung pacarnya, loh." Ujar Rio dengan kekehan kecil, peserta dan penduduk sekolah yang lain mengerutkan dahi. Siapa kekasih Ava?
"Ehm, lagu yang berjudul, you are my shunshine." Tukas Ava dengan senyum manis, dia mencoba mengusir rasa gugupnya. Apalagi Melvi berdiri di belakang, tubuhnya bersandar pada tembok aula. Kedua tangannya masuk kedalam saku celana sekolahnya.
Saat Ava menyebutkan judul lagu yang akan dia nyanyikan, alis Melvi bertautan. Mengapa Ava menyanyikan lagu tersebut? Saat petikan gitar mengalun, Ava menunduk dan memejamkan Mata.
The other night dear, as I lay sleeping
Kemarin malam saat aku tertidur sayang
I dreamed I held you in my arms
Aku bermimpi aku memelukmu
When I awoke, dear, I was mistaken
Ketika aku bangun, ternyata aku salah
So I bowed my head and I cried
Jadi, ku tundukan kepalaku dan menangisYou are my sunshine, my only sunshine
Kamu adalah sinar matahariku, satu-satunya sinar matahariku
You make me happy when skies are gray
Kamu membuatku bahagia ketika langit sedang mendung
You'll never know, dear, how much I love you
Kamu tak pernah tahu sayang, betapa aku mencintaimu
Please don't take my sunshine away
Aku mohon jangan ambil sinar mataharikuI've always loved you and make you happy
Aku selalu mencintaimu dan membuatmu senang
If you will only say the same
Jika kamu mau mengatakan hal yang sama
But if you leave me and love another
Tapi jika kamu meninggalkanku dan mencintai orang lain
You'll regret it all someday
Kamu akan menyesalinya suatu hari nantiTepuk tangan meriah menyambut Ava saat dia menyelesaikan lagunya, namun tidak dengan lelaki yang tengah menatapnya tajam. Ava yang merasakan Melvi tersinggung dengan lagunya tersenyum kecut.
"Waduh, lagunya ngena banget. Sampai-sampai doi meninggalkan jalur acara, padahal dia panitia," kekeh Rio saat melihat sahabatnya meninggalkan aula dengan wajah tak bersahabat.
Ava segera turun dari panggung dan berjalan cepat untuk mencari kekasihnya, langkah kakinya membawa Ava kebelakang sekolah. Dia tahu jika Melvi kesana, menurut penuturan Bintang. Melvi suka tempat itu.
"Mel," panggil Ava saat melihat punggung Melvi, tanpa menoleh Melvi menggeser duduknya. Karena tempat yang dingin hanya sedikit, dan yang lainnya panas.
"Kenapa?" Tanya Ava saat Melvi masih bungkam, gelengan pelan Melvi tak membuat Ava langsung percaya. Tak mungkin Melvi diam saja tanpa ada sebab, memang dia cuek, acuh dan dingin. Tapi ekspresinya tak segelap ini biasanya.
"Kamu marah waktu Ava nyanyi lagu itu?" Melvi berdecih pelan, tanpa bertanya lagi Ava sudah tahu titik permasalahannya.
"Itu cuma lagu," papar Ava pelan, Melvi tak berbicara apapun.
Namun dia melepas jaket yang di kenakannya, jaket berwarna hitam saat ini ada di pangkuan Ava. Dress pendeknya membuat paha Ava terlihat, dan sepertinya Melvi tak menyukai hal tersebut. Terbukti jaketnya kini menutupi paha Ava yang tak tertutup roknya.
"Mel, ngomong." Dengkus Ava kesal, "udah tahu," jawab Melvi.
Sorot matanya menunjukan bahwa dia menahan emosi, Ava memegang lengan Melvi dengan gerakan lembut.
"Kamu yang kayak gini bikin aku mikir, kalau kamu hanya coba-coba pacaran sama Ava." Gumam Ava pelan, Melvi menoleh dan menatapnya tajam.
Ava boleh bicara apa saja, tapi tak dengan yang ini.
"Kenapa?" Tanya Melvi dengan wajah datar, Ava menghembuskan napasnya pelan. Bibirnya tersungging tipis, sangat tipis.
"Kamu dingin, cuek, gak pernah ngomong pakai kata romantis. Tadi kamu juga ngobrol sama cewek lain, dia lebih segalanya daripada aku Mel. Kemungkinan kamu hanya coba-coba saat pacaran dengan Ava kemungkinan besar terjadi," ujar Ava pelan, pandangan mata terluka yang Melvi tangkap dari sorot mata gadis cantik di sampingnya.
"Va, suatu saat lo akan mengerti, yang pasti bukan lelaki dengan kata manis setiap hari. Tapi yang mau memperjuangkan elo setulus hati, walaupun tanpa ada ekspresi wajah seperti lelaki pada umumnya yang pernah lo jumpai. Suatu saat Va, bukan cowok pintar gombal yang lo butuhkan, tapi cowok yang mau mengerti hati dan apa yang lo mau." Jelas Melvi panjang lebar, namun wajahnya tetap datar. Tak ada senyum manis jangankan senyum manis, senyum tipis saja tak ada.
Ava menatap Melvi dengan seksama, bibirnya tersenyum tipis.
"Kalau gak ada?" Tanya Ava dengan senyum miring, Melvi bangkit dari duduknya dan mengusap pantatnya yang kotor.
"Kalau gak ada, berarti lo gak pernah benar-benar melihat gue. Karena itu gue, yang berusaha mengimbangi sifat manja dan kekanakan elo, sulit buat gue, tapi akan gue coba." Melvi berjalan menjauh meninggalkan Ava sendiri, gadis mungil tersebut mencerna ucapan kekasihnya.
"Gue gak pernah main-main sama ucapan tadi, gue dingin tapi gak kejam dan semena-mena sama cewek. Karena Bunda juga perempuan, hati perempuan sakit karena gue. Sama aja gue mengecewakan Bunda. Pahami Va," Ava mengadahkan kepalanya menahan air mata Yang akan terjatuh, hembusan napas kasarnya membuat Melvi tersenyum tipis dan berlalu meninggalkan Ava sendiri.
~~~
Jangan lupa vote dan coment, double up, kan! Saling bantu, ya.
Salam hangat dari author gigi kelinci🐰
KAMU SEDANG MEMBACA
Ava Story (END)
Teen FictionGadis cantik bernama Ava adalah gadis yang sulit di tebak, mulai dari tindakannya dan pemikirannya. dia memiliki keinginan untuk mendapatkan es batu hidup bernama Melvi, ketua tim basket yang berhasil mencuri perhatiannya. Melvi, sekali kedip lo aka...