Selamat malam, ada yang tahu kenapa double up? Besok mau full kumpul-kumpul tanpa bingung up-date cerita wattpad. Jadi hari ini double up😘
Maaf kalau ada typo🙏Vote sebelum membaca dan coment setelah membaca😍
Happy reading🤗~~~
Hembusan angin pantai membuat rok pendek Ava tersingkap, namun Melvi sama sekali tak perduli dengan hal tersebut. Entah dia buta atau memang acuh dengan Ava.
Angan-angan Ava jalan bergandengan tangan menyusuri bibir pantai ambyar sudah karena sifat dingin Melvi.
Dengkusan Ava berkali-kali akhirnya menarik perhatian lelaki yang tengah jalan di sampingnya, wajahnya tetap datar. Bahkan tak ada acara genggaman tangan, karena tangan Melvi masuk kedalam saku jaketnya. Oh ayolah, hanya bergandengan tangan seperti FTV.
"Mel, Ava di sekolah jadi idola loh." Kata Ava untuk mengawali obrolan, tak mungkin mereka berjalan tanpa sepatah kata pun.
Nanti jika pengunjung pantai mengira mereka pasangan bisu, kan bahaya. Tanpa membalas ucapan Ava, atau mengajak Ava duduk. Kini Melvi sudah duduk di atas pasir.
Pukul dua sore, panas yang masih menyakitkan menurut Ava.
"Terus?" Tanya Melvi dingin, tatapan matanya fokus pada perahu layar yang berjajar rapi di bibir pantai.
Mungkin nanti malan nelayan akan berlayar untuk mencari ikan, setahunya nelayan akan mencari ikan di malam hari. Tapi entahlah, dia tak ada kenalan seorang nelayan jadi tak tahu.
"Kalau kamu sekolah disana, pasti juga ngidolain Ava." Gumam Ava di barengi senyum mengembang, Melvi menoleh sebentar ke arah Ava. Sebelum kembali lagi menatap perahu yang terombang-ambing ombak pantai.
"Pede," Ava mendengkus kesal, cowok semacam Melvi tak ada di sekolahnya. Semua sama saja, banyak omong.
Ava tak menjawab ejekan Melvi, dia lelah jika harus berkata panjang lebar tanpa ada balasan yang panjang pula. Ini bukan pidato dimana satu orang yang menjadi pembicara, sedangkan yang lain hanya pendengar yang baik.
Lama mereka berjemur, kulit Ava yang putih berubah sedikit memerah, Melvi yang menyadari itu segera bangkit dari duduknya. Saat menoleh ke arah kanan, ada segerombol anak lelaki tengah memperhatikan Ava dengan senyuman.
Melvi segera menarik lengan Ava untuk berdiri, Ava yang heran hanya mampu mengikuti langkah kaki Melvi. Matanya fokus pada genggaman tangan yang ada di pergelangan tangannya, hangat. Satu tindakan sederhana yang mampu membuat hati Ava jungkir balik.
"Mel, ada apa?" Tanya Ava saat mereka berdiri di bawah pohon kelapa, Melvi sudah melepaskan genggaman tangannya. Namun perasaan hangat masih menghinggapi hatinya, jatuh cinta seindah ini rasanya.
Kenapa tak dari dulu saja dia jatuh cinta, tapi kalau belum bertemu Melvi. Ava akan jatuh cinta dengan siapa?
"Lo suka jadi pusat perhatian cowok?" Tanya Melvi dingin, Ava mendongak dan menatap Melvi heran.
"Enggak, kenapa kamu ngomong gitu?"
"Gak pa-pa, lo mau makan apa sambil nunggu matahari tenggelam?" Kalimat yang lumayan panjang, sepertinya Ava harus membeli bunga setaman untuk hari ini.
"Mel, sebenarnya Ava pengen ke danau yang baru di buka itu. Cuma gak tahu jalannya," Melvi menoleh ke samping kiri, dia melihat wajah sendu Ava dan tersenyum samar. Ternyata seperti ini wajah Ava saat memiliki keinginan tak bisa terpenuhi.
"Mau jadi tumbal?" Tanya Melvi dingin, Ava menoleh dan menatap tajam lelaki di sampingnya.
"Kalau ngomong minta di hajar, ayo dong Mel." Ava menarik sebelah lengan Melvi, dengan helaan napas kasar. Akhirnya Melvi bangkit dari duduknya, entah kenapa. Melvi seperti sulit menolak keinginan Ava, baru kali ini Melvi merasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ava Story (END)
Teen FictionGadis cantik bernama Ava adalah gadis yang sulit di tebak, mulai dari tindakannya dan pemikirannya. dia memiliki keinginan untuk mendapatkan es batu hidup bernama Melvi, ketua tim basket yang berhasil mencuri perhatiannya. Melvi, sekali kedip lo aka...