"Naya itu ponsel dari siapa? " Tanya ibu begitu aku membuka kotak rosegold dari Julian.
"Mau bercerita ?" Tawar ibuku dengan senyum paling meneduhkan yang pernah ada.
Aku menggeleng, membuat senyum ibu sedikit tertarik kebawah walau tak ketara.
Maaf Bu, ini terlalu panjang untuk diceritakan. Mungkin lain kali jika ada waktu yang lebih panjang.
Sebenarnya aku suka bercerita,
Kalau saja tidak membuat lelah.
Kalau saja mengeluarkan suara semudah itu.Berbicara menggunakan isyarat tangan, menjelaskan huruf demi huruf atau isyarat tubuh adalah keseharianku. Dan masih syukur aku bisa mendengarkan berbagai macam suara.
Kalian pernah dengar slogan 'Jangan Lupa Bersyukur'
Kekurangan kadang menjadikan suatu hal yang biasa saja tapi berharga bagi beberapa orang.
Klise. Tapi rata-rata cerita klise lebih digemari sekaligus diratapi.
'ah sudahlah yang lalu biar berlalu' -kalimat yang terpatri dalam kepala kecilku saat sedang dilanda rasa 'insecure' kalo kata orang.
Oh ya teringat dengan benda berwarna rosegold tadi. Kuambil dan mulai mengutak-atik.
Satu jam
Dua jam
Entahlah aku menyerah. Sejauh itu aku hanya bisa menghidupkannya saja.
'ting'
Ada suara berasal dari benda tersebut,
N. Julian
| Sudah bisa membuka ponselnya?
| Coba balas pesan ini hahaKu putar bola mataku malas, 'rupanya ia sengaja mengerjaiku.'
Pesan berikutnya muncul lagi
| Mau kuajari?
| Besok jam 15:00 di tepi sungai
| Kalau tidak datang aku akan menganggumu dengan bunyi nyaring ponsel ini hahahaAku mendengus, 'Ya tuhan anak ini kenapa sangat ingin berteman denganku? Apakah tidak ada maksud lainnya?'
-----
"Nay." Panggil Julian tepat dibelakang ku sedang merajuk.
Tak kugubris.
Aku masih marah kepadanya. Bisa-bisanya buku petunjuk penggunaan ponsel itu sengaja diambilnya.
"Nay udahan dong marahnya." Ucapnya sembari menyenggol-nyenggol lengan tanganku.
Aku melirik menatap wajahnya sebentar lalu menghela napas dan mengangguk membuat matanya tiba-tiba beralih menjadi sebuah garis.
Matanya tersenyum. Dan selalu tersenyum entah apapun itu ekspresinya.
"Nay, " Aku menoleh memasang wajah 'ada apa?'
"Resmi berteman ya?" Ucapnya sembari mengacungkan jari kelingkingnya.
Hari semakin gelap, tak banyak waktu untuk berpikir lagi. Entah terpaksa atau tidak yang pasti saat itu aku mengaitkan jari kelingking ku kepadanya.
- Meyakinkan diri sendiri untuk tetap percaya diri. Mensuport diri sendiri agar terlihat pantas berteman denganmu. Semoga kau benar-benar teman untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT |• Lee Jeno (Lengkap)
General Fiction𝐚𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧 dalam kesunyian? (Baca Bab paling akhir dulu ya)