Happy Reading
--------------------------------------------------------------Aku bergegas pergi ke kelas untuk menemui Eca dan Berlin. Suasana kelas sangat ramai karena jam kosong.
Terlihat Athlas sedang duduk berdua bersama Clara dibangku ku, dan aku sangat mengerti maksudnya, dia ingin mencari buku itu lagi selagi aku berada di UKS.
"Lo udah sadar lis. Gue kira lo mati"
"Pergi lo, gue mau duduk"
"Enak aja maen ngusir-ngusir, gue juga bayar di sekolah ini. Terserah dong gue mau duduk di mana. Lo yang pergi sana"
Eca mengampiri dan menariku ke belakang, sedangkan Berlin hanya duduk diam menunggu kami berdua datang kepadanya.
"Tadi kamu kemana aja sih lis, aku sama berlin nyariin dari ujung ke ujung ga ketemu-temu?"
"Ujung mana dulu nih?"
"Ujung lapang basket ke ujung lapang basket, hehe"
"ya iyalah ga ketemu, akunya aja ada di UKS?"
"Kenapa kamu di UKS?" sambung Berlin.
"Tadi aku ketimpuk bola sama si Pangeran"
"Yang ketua osis ganteng itu?", aku hanya mengangguk dan langsung duduk di sebelah Berlin.
Terlihat Athlas yang masih berbicara denga Clara. Clara nampak tidak nyaman dengan Athlas. Athlas terus- menerus menggodanya agar mau berkenalan.
"Lo kenapa belajar mulu sih Ra ?"
"Ingin" jawab Clara singat.
"Ke kantin yuk sama gue, kita makan. Lo ga laper?"
"Tidak"
"Ya udah. Mau gue beliin aja? Gue mau ke kantin sekarang, lo mau nitip apa?"
"Tidak"
Athlas terus bertanya tanpa lelah, walaupun hanya dijawab singat oleh Clara. Sebenarnya apa yang Athlas mau. Tidak biasanya dia seperti itu.
Aneh rasanya Athlas seperti itu.Disaat semua siswa mengejar perhataiannya, dia malah memperhatikan seseorang yang bahkan tidak mengenalnya. Itukan cuma mempersulit hidupnya.
Bel sekolah berbunyi. Menandakan waktunya pulang. kami sekelas bergegas merapihkan tas sekolah. Berhubung jam pelajaran terakhir kelas kami tidak ada guru, jadi kami langsung pulang tanpa berdoa.
-------------------------------------------------------------
Esok harinya ketika aku sedang berada di kantin karena kehausan.
"Hai Lis"
"uhuk uhuk uhuk uhuk uhuk" aku tersedeak karena kaget.
"Kenapa ?, ini minum" dengan nada suara panik dia memberiku minum.
"Lo jangan panggil lis mulu dong las, gue tabok nih" omelku, tanpa melihat orang yang memberiku minum.
"Eh sorry gue ga tau lo ga suka di panggil gitu"
Kenapa suara Athlas berubah jadi kalem gitu sih. Aku langsung melihat ke arahnya.
"Pangeran ya ?. maaf tadi aku kira Athlas"
"Iya ga papa. Sorry juga ya ngagetin. Lagian lo lagi sakit kok malah minum soda kaya gitu, ga baik"
"Ya kan haus, kalo minum air mineral pait, kaya Athlas"
"Kok kaya Athlas ?"
"Iya Athlas kan omongannya pait banget kaya jamu, sampe orang aja ga mau ngedeket sama dia"
"Haha, iya iya. Segitu bencinya sama Athlas?"
"Hayo lagi ngmongin gue ya", Athlas tiba-tiba datang.
"Ogah banget gue ngomongin lo"
"Ngaku aja deh, maklumlah guekan ganteng jadi banyak yang ngmongin. ya udah gue pergi dulu, dadah, muach"
"Najis loh, siapa juga yang nyuruh lo ke sini"
"Udah udah, dia udah pergi kok"
"Iya , aku bosen banget liat mukanya masa tiap hari ke kelasku, cuma buat gombalin Clara"
"Dia emang gitu. Tapi kok lo manggilan aku kamu ke gue sih, sedangkan sama Athlas lo gue"
"Soalnya aku udah biasa manggil kaya gini kesemua orang, kecuali Athlas sama adikku"
"Berarti dia spesial dong ?"
"spesial apaan ?, dia ngeselin"
"Berarti aku ga spesial dong?"
"Kok jadi gitu sih Ran, ngmongnya pake aku kamu ", ucapku sambil memegang leher karena malu.
"Ya udah, gue cuma becanda kok, yuk gue beliin jus"
Aku hanya menggukan kepala. Dan berjalan mengikutinya ke pedagang jus. Lumaya jus gratis, kali kali deh. Aku kan beli soda karena harganya murah.
Setelah membeli jus dan berbicang sebentar aku pamit untuk balik ke kelas. Aku segera menuju bangku ku. Setelah semua beres aku pergi menuju pintu karena Eca dan Berlin sudah menungguku di teras.
"Udah yuk pulang"
"Dari mana sih kamu Ath, dari tadi ngilang mulu?"
"Abis dari kantin, haus, gedek ngeliat gombalan recehnya Athlas ke clara. s
Sungguh receh banget""Kalo itu kan biasa, Athlas kan emang suka gombal, aku juga mau digombiln Athlas, hehe"
"Sana!, jiji aku dengernya"
Eca hanya manyun sebentar dan membahas topik lain dan Berlin hanya diam tidak berkata apa pun.
Dia memang pendiam tapi tidak biasanya sediam ini. Aku menegurya dia hanya menjawab ya dan ga papa. Dia sedikit aneh beberapa hari ini seperti banyak fikiran. Namun, dia terlihat tidak ingin terbuka, jadi aku pun tidak terlalu memaksanya untuk bercerita.
Setelah sampai di gerbang aku pamit pada Eca Berlin dan segera menuju mobil papih yang telah menjemput.
Seperti biasa, ayah menanyakan tentang sekolah hari ini.
______________________________________
Myycasae
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTRI ALTANTIS
Teen FictionAku remaja SMA biasa, tidak ada yang spesial dariku. Tapi aku menyimpan rahasia besar. Sesuatu yang jika diketahui bumi, akan menimbulkan masalah besar. Aku Atlis, aku kira aku adalah anak Indihome yang memiliki kemampuan berbicara dengan hewan dan...