بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Silimit pigi timin-timin. Ada kah yang menunggu ACdP up? Hayo diangkat ginjalnya. Kalau nggak bisa, angkat hati aja, beranjak dari hati yang baru.
Dahlah langsung saja. Maaf, ya, up-nya telat, karena ada sedikit kendala. Member AIJ ada yang sibuk sekolah online, ujian, dan magang. Doakan semoga urusan mimin, kita, kalian, semuanya lancar. Aamiin...
Happy Reading. ❤
Bubuhkan vote dan komentar. Ehee
~~~
"Assalamu'alaikum .... " Salam tiba-tiba terdengar dari arah belakang Dillah. Kemudian ia menoleh dan ternyata seorang santri yang mempunyai ketampanan di atas rata-rata. Ia mengenakan sarung bermotif dan peci berwarna hitam.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Kiai Abbas. Sedangkan Dillah masih terpaku dengan pahatan wajah Sang Maha Pencipta, sampai suara sang Kiai menyadarkannya.
"Jawab salam itu wajib, Dillah," ucap sang Kiai yang membuat lamunan Dillah buyar seketika.
"Calon imam," gumam Dillah yang masih terdengar oleh Hafiz dan sang Kiai.
Hafiz tiba-tiba beristighfar melihat gadis yang menurutnya sangat aneh. Baru pertama kali ia melihat ada santriwati yang keluar menggunakan piyama lengkap dengan wajah yang kelihatan baru bangun tidur, dan berani bertemu dengan sang kiai dengan penampilan seperti itu.
"Hafiz, kamu langsung ke Ndalem saja," titah Kiai Abbas.
Sebelum melangkahkan kakinya, Hafiz membungkukkan badannya takzim ke kiai Abbas. Hal itu membuat Dillah semakin terpesona dengan santri bernama Hafiz tersebut.
"Assalamu'alaikum," salam Hafiz seraya mencium punggung tangan kiai Abbas. Ia mengabaikan gadis aneh yang menurutnya sedikit tidak waras.
Dillah yang melihat calon imamnya pergi tanpa pamit kepadanya tak terima. Ia berkata, "Kak Hafiz, asalnya darimana? Nama aku Dillah, dipanggil sayang. Semalam kebetulan diajar bahasa Arab, boleh juga dipanggil zaujaty."
"Pak Kiai, Dillah mau ikut ya!" seru Dillah dengan suara tak bisa dikatakan pelan.
"Kemana?" tanya Kiai Abbas mengerutkan keningnya.
"Ke Ndalem. Ikut itu yang aki-aki tadi," jawab Dillah tersenyum lebar.
Kiai Abbas menggeleng. "Lebih baik kamu mandi dan ganti pakaian, setelah itu sarapan. Dan ya, akhy-akhy, bukan aki-aki."
"Assalamu'alaikum." Kiai Abbas berlalu dari hadapan Dillah usai mengucapkan salam.
Dillah cemberut. "Wa'alaikumussalam," ketus Dillah. Memang tidak ada akhlak Kiai Abbas itu, batinnya. Astaghfirullah.
Setelah itu, Dillahpun berbalik pergi meninggalkan tempat ia protes kepada sang Kiai. Ia berjalan seraya memikirkan laki-laki tadi yang langsung dia klaim sebagai calon imamnya. Dillah berandai-andai bagaimana jika ...
DORR!!
"Huwaaa!" teriak Dillah heboh karena dikejutkan dengan tiba-tiba.
Segerombolan gadis tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi kaget Dillah, sangat kocak dan patut ditertawai. Fira, Aurum, Naya, Zahra, dan Hanin sedari tadi bersembunyi dibalik tembok, untuk mendengarkan pembicaraan Dillah dan Kiai Abbas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Cerita di Pesantren
Teen Fiction[Religi - comedy story] Cerita sepuluh gadis yang dipertemukan dan persatukan oleh Allah SWT di pesantren Bi Ba'a Fadlrah. Semuanya memiliki kisah masing-masing, pastinya seru dan menginspirasi. Penasaran? Baca yuk! Ig : @aijaksara Wp : @AIJaksara