بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.
Mimin kembali membawa sejuta anu, sejuta pesona para tokoh dalam cerita ACdP, wkwkwk.
Jangan lupa vote dan BOOM komentar, ya!
~Happy reading~
-
-
-PESANTREN. Lembaga pendidikan Islam yang para penuntut ilmu di dalamnya biasa disebut santri dan santriwati, yang menyediakan asrama untuk tempat menginap santri. Sebagian orang menginginkannya, tetapi sebagian lagi sama sekali tidak ingin menginjakkan kaki di tempat yang biasa disebut penjara suci.
Terkekang, tak bebas beraktivitas, merupakan gambaran sebuah pesantren bagi orang yang pemikirannya masih jauh akan ilmu agama. Seperti lima gadis yang baru saja masuk ke dalam pekarangan sebuah pesantren. Bagi mereka Pesantren ini sangat mengerikan.
Lima gadis itu berjalan mengikuti seorang perempuan yang biasa disebut sebagai Neng pondok, mereka dengan malas melangkahkan kaki dengan bibir yang tak hentinya mencebik. Mereka harus rela melepas kehidupan yang bebas, namun kini mereka terlihat belum ikhlas. Terlihat dari cara pandang dan mulut yang tak henti komat-kamit menggerutu sepanjang jalan seperti dukun yang sedang membaca mantra.
Berbagai macam tatapan mereka dapati dari para santri terdahulu. Mulai dari tatapan suka, sinis, bahkan tatapan meremehkan pun mereka dapatkan. Tak tertinggal pula, bisik bisik tetangga mulai terdengar mengenai penampilan mereka berlima, yang dirasa masih belum mentaati peraturan pesantren dan tidak sesuai syariat agama. Akan tetapi mereka menghiraukan tatapan itu dan mempertebal gendang telinga. Berjalan dengan malas dan terlihat sangat angkuh.
Mereka diantar oleh salah satu pengurus untuk menghadap ke sang kiai. Sesampainya di Ndalem, mereka duduk tanpa menunggu sang kiai mempersilakan.
Kiai Abas tersenyum maklum dengan sikap kelima gadis dihadapannya.
"Ehem, bagaimana diperjalanan?" tanya Kiai Abas berbasa-basi.
"Dari Lombok ke Malang lumayan jauh, Kiai. Tapi, bisa cuci mata lihat pilot sama turis mancanegara," jawab salah seorang di antara kelima gadis itu, Dillah.
"Gak asik. Awalnya gue kira Abi sama Umi mau ngajak liburan, ternyata bawa gue ke tempat ini." cibir seorang gadis bernama Aurum.
Dillah yang mendengar celetukan kurang sopan dari Aurum hanya terkekeh pelan. Ketiga gadis yang juga berada di ndalem masih terdiam sampai sang Kiai kembali bersuara.
"Semoga betah, ya. Kalau disuruh melakukan amalan itu jangan tanya apa manfaatnya, lakukan saja, pasti nanti merasakan sendiri apa manfaatnya. Kalau sudah terjun ke masyarakat bagikan ilmu yg sudah didapat. Jangan sombong, jangan menganggap remeh amalan sekecil apa pun." Nasihat sang kiai kepada lima gadis yang duduk di hadapannya tersebut.
Alih-alih mendengarkan, kelima gadis itu hanya menganggap angin lalu nasihat sang kiai. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing, ada yang mengotak-atik koper besar miliknya, dan dengan tidak sopan ada yang bercermin mempoles bedak tabur di wajah mulusnya.
“Perjalanannya membosankan,” celetuk gadis yang dari tadi sibuk memainkan gawainya, sebut saja namanya Shafa. Gadis cuek tanpa ekspresi sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Cerita di Pesantren
Fiksi Remaja[Religi - comedy story] Cerita sepuluh gadis yang dipertemukan dan persatukan oleh Allah SWT di pesantren Bi Ba'a Fadlrah. Semuanya memiliki kisah masing-masing, pastinya seru dan menginspirasi. Penasaran? Baca yuk! Ig : @aijaksara Wp : @AIJaksara