بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat malam para sahabat AIJ Aksara. Ciee ada yang ngucapin... baper nggak? Harus baper dong!
Mimin bawa anu lagi nih, bawa kelanjutan cerita ACdP. Jangan lupa vote dan komentarnya, ya.
Happy Reading ❤
~~~
Pagi hari ini di pondok pesantren Bii Ba'a Fadlrah melakukan kegiatan mingguan yaitu berkebun dan beternak. Udara di daerah Malang yang sangat sejuk dan subur bisa ditumbuhi bermacam tumbuhan. Pondok pesantren ini memiliki perkebunan dan peternakan yang luas, diantaranya ada perkebunan sayur dan buah. Sedangkan untuk peternakan, memiliki hewan sapi, kambing, kuda, dan ayam.
Menjadi santri di pondok pesantren sering dibayangkan hanya berkutat dengan ilmu agama dan kegiatan mengaji Al Quran dari pagi hingga malam hari. Di Pindok Bii Ba'a Fadlrah tidak hanya itu saja, namun para santri juga dibina untuk mendapatkan ilmu dan kemampuan dalam bidang pertanian dan peternakan. Hasil dari itu, juga bisa dikonsumsi untuk kebutuhan pondok pesantren maupun bisa dijual.
Para santriwati maupun santriwan sudah berbaris rapi di depan Kiai Abbas, dan para pengurus pondok pesantren lainnya. Termasuk kelima santri baru yang kini sudah siap dengan pakaian ala bertani yaitu celana training dan kaos panjang serta kerudung, tidak lupa juga mereka memakai caping yang diberikan dari sini.
"Gak fashionable banget sih nih topi. Seharusnya pakai floppy hat dong," gerutu Fira yang tengah membolak-balik caping yang terbuat dari anyaman bambu.
"Itu topi tradisional namanya, yaa hampir sama kaya floppy hat tapi ini versi kearifan lokal.. haha," timpal Shafa, santriwati yang sedari awal masuk pesantren terlihat sangat cuek, tetapi sekarang sudah lumayan terbuka dan mau bergaul dengan teman sekamarnya.
"Gak banget deh," balas Fira namun tetap memasangkan caping tersebut di kepalanya. Bagaimanapun, pagi ini cuaca panasnya sungguh menyengat dan dia tidak ingin kulitnya terbakar.
"Udah pada pakai sunscreen belum?" tanya Fira pada teman-temannya, lima gadis yang berbaris dibelakangnya.
"Minta!" seru teman-temannya. Dillah, Aurum, Shafa, Zahra, dan Naya berebut meminta sunscreen milik Fira.
"Pada miskin kalian yaa.. hadoh," celetuk Fira.
Sementara itu dibaris paling belakang, ada Hanin dan Bira. Mereka hanya menatap kelima gadis itu dengan berdecak dan menggeleng-gelengkan kepala. Benar-benar anak kota. Mereka yang sudah terbiasa mengikuti kegiatan ini hanya biasa saja. Toh matahari pagi menghasilkan panas yang sehat dan terkandung vitamin D.
"Untuk santriwati sebelah kanan bertugas mengurus kebun sayur," ucap Kiai Abbas yang sedang menjelaskan secara berurut pembagian kelompok berkebun dan beternak.
Hanin, Bira, Fira, Shafa, Aurum, Dillah, Zahra, dan Naya yang berada disebelah kanan bertugas mengurus kebun sayur. Setelah masing-masing dibagi kelompok. Semua santriwati dan santriwan langsung menuju ketempat masing-masing.
"Dillah sama Aurum ambil wadah isi air buat siram tanaman," ucap Hanin yang berperan sebagai ketua untuk membagikan tugas.
"Fira sama Shafa cabutin rumput,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Cerita di Pesantren
Roman pour Adolescents[Religi - comedy story] Cerita sepuluh gadis yang dipertemukan dan persatukan oleh Allah SWT di pesantren Bi Ba'a Fadlrah. Semuanya memiliki kisah masing-masing, pastinya seru dan menginspirasi. Penasaran? Baca yuk! Ig : @aijaksara Wp : @AIJaksara