Empat

4.1K 701 224
                                    

Seumur-umur gue mengalami mimpi basah, pasti cowok yang jadi lawan ngeseks gue gak keliatan mukanya, tapi semalam tadi gue benar-benar spechless karena dikasih liat sejelas itu sampai ke sudut-sudut, ini aja cengiran khasnya masih terpatri di otak...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seumur-umur gue mengalami mimpi basah, pasti cowok yang jadi lawan ngeseks gue gak keliatan mukanya, tapi semalam tadi gue benar-benar spechless karena dikasih liat sejelas itu sampai ke sudut-sudut, ini aja cengiran khasnya masih terpatri di otak gue gak ilang-ilang.

Gue sampai kebangun dengan tubuh panas, ngos-ngosan, dan penuh keringat. Hella shit, kenapa Kava yang harus masuk ke alam bawah sadar gue dan bikin gue kebayang-bayang tubuh berototnya, padahal gue samasekali gak lagi mikirin itu orang.

Mikir sih enggak, ya. Cuma bertanya-tanya aja, kemana dia semingguan ini sampai gak nampak batang hidungnya. Sejak kapan itu, kita udah gak pernah ketemu apalagi berkomunikasi, pernah gitu sekali gue misscall nomornya pake handphone Jelita tapi gak aktif.

Aneh aja gitu, biasanya kita suka papasan entah sengaja maupun gak sengaja, tapi sekarang dia macam hilang ditelan bumi. Eh ini gue gak nyariin ya, tolong digaris bawahi. Urusan gue banyak, ngapain juga gue mesti bingung perkara Kava ngilang, gak banget deh.

"Mas Kava belum pulang dari kemarin. Gak tau kemana orangnya gak bilang." Mizan yang bukain pintu, dia seperti sendirian dirumah sementara Lantang gak keliatan kemana.

Demi apa gue pulang kantor mesti datengin kontrakan Kava dulu, bukannya langsung balik ke apartemen. Teniat perjuangan gue, mobil gue tinggal didepan gang terus masuk kesini naik ojek, mana orangnya lagi gak ada kan jatuhnya percuma.

"Kenapa gak ditelpon?"

"Nelpon kemana? Handphone-nya aja lagi diservice." Mizan berbeda dari kedua saudaranya, raut mukanya selalu serius dan datar banget kalau diajak omong.

"Rusak?"

"Iya, habis jatuh terus kena LCD-nya. Gak tau bisa dibenerin atau gak." Mizan lanjut berbicara. "Ada pesan? Nanti saya sampaikan kalau orangnya pulang."

"Uhm gak deh. Ini aja buat kalian." Gue tadi mampir beli ayam bakar, gue kasih aja ke Mizan terus pamit pulang berhubung Kava juga gak ketauan kapan baliknya.

Mizan bilang makasih, dan sebelum gue pergi dia sempat nanya gini. "Eh, nama kakaknya siapa?"

"Okta."

"Oh? Okta-Okta yang itu?" Mizan mengamati gue lebih lekat. "Maksud saya yang suka bawain kita makanan, yang kemarin beliin baju sama tas?"

Gue balas tersenyum, padahal gue gak minta disebut nama waktu ngasih barang buat adik-adiknya Kava. Iseng aja waktu nemu kaos-kaos cowok di mall gue beliin selusin buat mereka. Harga tasnya juga gak seberapa, pokok bisa dipake ke sekolah atau kuliah.

"Ibu pacarnya Mas Kava?" Tembaknya langsung tanpa basa-basi.

"Bukan!" Balas gue cepet.

"Tapi kalian deket kan?"

"Biasa aja, sih."

Mizan seakan gak puas dengan jawaban gue. "Bener nih gak ada apa-apa diantara kalian?

Step On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang