Enam

4K 583 289
                                    

Tadinya gue udah gede rasa waktu disamperin sesosok laki-laki ganteng ini, udah tampilannya perlente, kekar, mobilnya ferrari uh cucok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tadinya gue udah gede rasa waktu disamperin sesosok laki-laki ganteng ini, udah tampilannya perlente, kekar, mobilnya ferrari uh cucok. Dia minta waktu gue sebentar buat ngomong sesuatu yang penting dan langsung gue iyain dengan senang hati.

Terus anehnya dia udah tau nama gue, dimana gue kerja dan disinilah kita sekarang, saling berhadapan di meja cafe yang lokasinya gak jauh dari kantor gue. Namanya Andika, doi ngakunya berprofesi sebagai chef dan punya restauran sendiri.

Pikiran gue langsung optimis melihat kemapanannya, sampai udah mikir jauh mau pake adat mana buat resepsi nanti...ya kali aja gue bakal langsung dilamar sama dia. Bye Sultan, nyesel gak lo nyia-nyiain gue, emang enak dipacarin tanpa kepastian. Nih cowok gentle tuh kayak gini, gak pake muter-muter langsung to the point.

"Gue langsung aja ya?"

"Silahkan." Gue tegakin punggung dengan gaya seanggun mungkin. Pokok gue gak boleh terkesan ngebet, meski dalam hati udah pengen jerit. Kebayang gitu muka sumringah papi dan mami yang sebentar lagi akan gelar acara mantu anak bungsunya.

"Gue pacar Sultan. Sama kayak lo."

"Lo apa?" Mata gue terbelalak.

"Pacar cowok lo." Ulang Andika dengan kalem.

Oh ini toh namanya disambar petir di siang bolong. Auto gosong sampai sanubari gue pun berubah kelam. Tolong kasih tau kalau ini cuma mimpi.

"Sebenarnya...kita udah jalan lama bahkan sebelum dia kenal lo." Lanjut Andika.

Gue tanya baik-baik, pernah gak lo diduakan cowok? Rasanya pasti sakit diatas ingkar. Tapi itu semua gak seberapa dibanding yang gue alamin sekarang, double sakitnya. Gue masih oke kalau berhadapan dengan sesama cewek. Asli ini gak bohong, rasanya cekot cekot mantap, bahkan saking shocknya mau marah aja gue gak sanggup.

"Sebenarnya gue gak boleh bongkar rahasia kita ke elo, tapi gue harus ngelakuin ini biar Sultan sadar, dia gak bisa terus-terusan ngebohongin diri sendiri dan juga elo." Niat Andika sebenernya baik, gue kok tau maksudnya. "Lo cuma dijadiin tameng di depan teman-teman dan keluarganya. Sultan sudah belok sejak remaja, lo pikir gak aneh cowok mapan kayak dia gak segera nikah diumurnya yang sekarang?"

Mulut gue nganga lebar, masih berusaha mencerna fakta yang diungkapkan oleh Andika. Gue gak bisa denial karena Andika mempertontonkan foto-foto intim mereka yang bikin mata gue kebakaran.

Shit, shit, shit. Anjing. Tremor gue dihantam kenyataan.

"Kalian..." Akhirnya gue menemukan kembali suara gue.

"Pasangan gay? Yes, we are."

"Sudah berapa lama?"

"Sepuluh tahun."

"What?!" Ulu hati gue rasanya kayak dibetot.

"Lo gak percaya?"

"Bu-bukan itu maksud gue..." Suara gue bergetar seperti orang putus asa. "Sultan keliatan normal, dia....argh sialan gue gak ngerti!"

Step On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang