Sembilan

3.6K 484 333
                                    

Posting karena dipepet sama Cellestinee 💕 6500 word loh kebangetan kalo gak dispam komen 🥲

Posting karena dipepet sama Cellestinee 💕 6500 word loh kebangetan kalo gak dispam komen 🥲

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paginya, gue sengaja berangkat ke kantor lebih awal. Biar gak keduluan Kava sehubungan gue belum siap ditagih masalah nasi goreng. Lagian gue ogah ya tiap hari disuruh naik motor butut, kena polusi, habis itu diliatin sama sejuta karyawan. Mending gue berangkat lebih awal sebelum batang hidung Kava nongol di gerbang apartemen.

Hari ini gue udah dandan dan pakai baju pilihan Kava. Sekretaris gue, Moniq, sampai terbelalak liat penampakan baru gue.

"Kok ibu stylenya kayak gitu?"

"Kenapa? Gak cocok ya?" Gue insyekur sendiri.

Dia buru-buru geleng kepala. "Enggak, Bu. Cuma ehm gak biasanya." Sebelum gue tanggepin balik, Moniq udah ngacir keluar ruangan.

Oke, waktunya persiapan. Gue perlu ngaca sebentar, semprot parfum sana-sini, benerin poni dan nambahin gincu di bibir. Karena jam delapan tepat biasanya Sandi udah dateng. Setelah memastikan poni gue gak alay kayak dora, gue bela-belain lagi turun ke lobby sambil nenteng tas. Pura-puranya gue juga baru dateng gitu, biar bisa satu lift bareng Sandi.

Gak, gue gak deg-degan. Cuma berharap Pak Bos bakal ngasih atensi yang lebih pada diri gue. Please... notice gue Pak! Notice effort gue dan lo gak bakalan rugi.

Tuh orangnya, berjalan melewati lobby dengan wujudnya yang gagah dan berwibawa. Dengan handphone menempel di telinga, dia melambai sekenanya pada orang-orang yang membungkuk hormat padanya. Sandi bahkan gak menggubris sapaan menjilat dari Cahyo.

Sesampainya di depan lift, Sandi masih sibuk dengan teleponnya. Samasekali gak menyadari sosok gue yang berdiri disebelahnya. "Ehm..ehm..." Gue pura-pura batuk kecil.

Padahal gue udah ngikutin sarannya Kava, tapi kok Pak Sandi biasa aja? Apa ada yang salah sama penampilan gue? Lipstik gue terlalu mencolok kah? Rambut gue masih bau salon kah? Atau rok gue kurang pendek? Gue sok sibuk ngaca di dinding lift, padahal sudut mata gue fokus mengawasi Pak Bos.

"I told you, don't block my call." Gue dengar Sandi mendesis. "What? Cowok kamu yang nyuruh? Are you kidding me?"

Raut mukanya nampak kesal. Wah alamat buruk, nih. Kalau pagi-pagi Sandi udah bad mood mending jangan bikin perkara dengannya.

"Who's that guy? No, I will kill him!" Tuh kan, mukanya sampai merah gitu. Takut hamba. Mana lawan bicaranya tau-tau mutusin telepon, ya makin ngamuklah Sandi. "Anjing, ditutup!"

Gue yang merasakan tanda bahaya segera menggeser kaki sesenti demi sesenti. Berusaha menjauh dari jangkauan Pak Bos yang lagi labil emosinya. Tapi baru melipir selangkah tiba-tiba Sandi manggil gue. "Nama kamu siapa? Karin...?"

Step On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang