Pagi itu terlihat sangat cerah. Perempuan berambut panjang itu sedang berdiri menghadap kaca. Terlihat cantik walau rambutnya diikat ke belakang. Lengkap dengan seragam sekolahnya. Hari ini ia berangkat bersama Allina seperti biasa, bedanya mulai sekarang yang dipakai adalah mobil milik Allina, setelah kejadian kemarin.
Sampai di sekolah keduanya berjalan menuju kelas seperti biasa namun kali ini mereka tidak terlambat lagi. Entah apa yang membuat Arletta mau berangkat pagi.
Waktu berlalu dengan cepat tanpa ada keributan. Berjalan dengan semestinya hingga bel istirahat berbunyi nyaring membuat semua siswa bersorak-sorai.
Begitupula Arletta dengan Allina. Duduk di meja kantin setelah memesan makanan. Pagi ini Arletta tidak sempat sarapan.
"Lett! Gw denger nih ya, Frans bubar, tapi ya kayak masih sama sama gitu cuman bukan lagi geng."
"Lah kok bisa?"
"Katanya sih disuruh sama bokapnya."
Arletta mengangguk samar mengiyakan ucapan Arletta. Dalam hati mengucap syukur, setidaknya tidak harus bertengkar lagi. Tiba-tiba muncul di otaknya ucapan seseorang. Begitu jelas di telinganya dan terekam lengkap di otaknya. Saat Reygand menjawab apa yang saat itu ia pertanyakan perihal hubungan tiba-tiba mereka. Di otaknya masih tak percaya dengan yang ia dengar sebab itu hal yang tiba-tiba, mengingat laki laki itu sangat jelas siapa. Ia mencoba menepis dan melupakannya. Keduanya beranjak lalu kembali ke kelas karena sebentar lagi bel akan berbunyi.
Waktu pun berlalu. Akhir yang di tunggu tunggu semua siswa. Bel pulang berbunyi nyaring. Semua siswa berbondong bondong keluar kelas sebab mata dan pikirannya sudah lelah. Kebanyakan pikiran mereka ingin segera merebahkan tubuhnya di kasur empuk.
Sama halnya dengan Arletta. Walau kali ini ia harus pulang naik taxi sebab Allina ada kepentingan mendadak. Namun sialnya, niatnya untuk langsung pulang terhenti karena seseorang yang ia temui. Padahal sebelumnya Arletta sangat bahagia tidak bertemu dengan laki laki itu. Reygand Argio.
"Apa lagi sih?"
"Ngajak bareng lah?"
"Gw naik taxi."
"Gak!"
"Serah gw lah!"
Tiba-tiba dari belakang Reygand seorang gadis tengah berlari menghampiri Reygand. Gadis itu memeluk erat tubuh Reygand dari belakang.
Hal pertama yang Arletta kini rasakan adalah sesak. Perasaan aneh itu muncul begitu melihat seorang gadis itu memeluk Reygand. Ia juga tak mengerti apa yang terjadi. Namun yang jelas hatinya terasa teriris melihatnya. Ingin menepis rasa itu namun ia tak kuat melakukannya. Seakan benar-benar tak rela.
Reygand yang merasakan sesuatu memeluk tubuhnya langsung berbalik. Ia terkejut karena melihat gadis itu di sini. Reygand segera mendorongnya untuk menjauh darinya. Namun gadis itu tetap bersikukuh mendekat ke arah Reygand.
"Jauh-jauh lo, Pril!"
Arletta diam sebab tak mengerti apa yang tengah terjadi. Ingin pergi namun tangannya dicekal erat oleh Reygand. Ingin menanyakan apa yang terjadi tapi sepertinya ia harus menyimak terlebih dahulu.
"Rey, dia siapa?" tanya Aprili sambil menunjuk ke arah Arletta. Ingin menjawab namun Reygand sudah menjawabnya lebih dahulu.
"Pacar gw!" tegasnya.
"Apa? Tapi, Rey, aku kan calon tunangan kamu!"
"Em Rey, sepertinya gw harus pergi," ujar Arletta tanpa ekspresi. Hal itu membuat Reygand semakin mengeratkan cekalan tangannya agar Arletta tak bisa berkutik.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIOLA (END)
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM BACA) (DILARANG MENJIPLAK KARYA INI!!) __________________ Ketika Jeda seperti ingin membunuhnya. Satu kata itu sukses membuatnya terluntang luntung tak tau arah. __________________ Tentang jeda yang mampu membuat keadaan terombang-a...