Menyesal Setia

28 7 0
                                    

Rasa kesal sudah memuncak di hatiku. Sejak beberapa hari yang lalu aku menunggu balasan SMS dari pacarku, Hilman. Tapi dia seperti amnesia dengan keberadaan pacarnya sendiri. Kami sedang LDR-an terpisah jarak kota. Aku di suatu desa di Kudus. Sementara dia di suatu desa di Yogyakarta. Kami berdua sedang mengikuti KKN dari universitas.

Aku dan Hilman satu angkatan dan sama-sama anak teknik. Hanya beda jurusan. Kami memulai hubungan ini sejak semester ketiga.

Wajah murungku rupanya menarik perhatian lebih dari salah satu teman satu grupku bernama Gilang. Dia anak jurusan Kimia. Berkulit putih dan berdarah Sunda. Orangnya baik dan perhatian padaku. Temanku bilang kalau dia suka padaku. Tapi aku tak pernah serius menanggapinya. Berusaha bersikap baik apa adanya tanpa melukai perasaannya. Padahal dia tahu kalau aku sudah punya pacar.

Bahkan dia pernah menulis puisi cinta untukku suatu malam. Seumur hidupku baru kali ini aku dikirimi puisi dari seorang lelaki. Tapi sayang kata-kata indahnya yang diramu cantik dan berirama itu tak sanggup menggetarkan hatiku. Aku selalu berusaha menjaga hatiku untuk Hilman.

Aku mendesah kecewa lagi manakala kuperiksa inbox di ponselku. Tak ada SMS dari Hilman lagi. Apakah dia sibuk? Sampai-sampai hanya sekedar membalas pesanku sesekali saja tak bisa.

"Hai Nisa. Gimana programmu? Berjalan lancar?" Terdengar suara seorang lelaki berkulit putih dengan lesung pipi di senyumnya itu mengalihkan perhatianku.

"Lumayan lancar Dit. Kalau kamu sendiri gimana?" Tanyaku balik. Dia malah tersenyum.

Para peserta KKN sedang berkumpul kembali di balai desa. Saat itulah aku bertemu lagi dengannya.

Mahasiswa dari Jurusan Hukum itu menyapaku ramah. Dia ketua grup KKN dari desa sebelah. Namanya Aditya. Aku mulai akrab dengannya walaupun kami beda desa. Pertama kali aku melihatnya saat berkumpul di auditorium menjelang persiapan berangkat KKN. Kupergoki dia tengah menatapku diam-diam. Lalu ketika kubalas melihatnya dia malah mengalihkan pandangan.

Hal itu terjadi lagi. Yang kedua kalinya saat seluruh mahasiswa KKN sampai di Kudus, di Kecamatan Kota. Sebelum disebar menuju desa masing-masing seluruh peserta dibina terlebih dahulu. Disana setiap ketua grup KKN diminta maju ke depan di balai desa. Saat itulah aku tahu nama, jurusannya dan dari mana dia berasal. Orangnya sangat supel dan selalu pandai berkelakar. Membuatnya mudah bergaul dan dengan cepat memiliki banyak teman baru. Apalagi ditunjang dengan wajahnya yang cakep. Membuatnya mudah menarik perhatian lawan jenis. Termasuk aku.

"Nis, boleh minta no HP-mu gak?" Tanyanya ragu-ragu. Ia tersenyum manis dengan lesung pipi yang menawan.

"Boleh tapi buat apa?" Tanyaku balik pura-pura tak mengerti.

"Ya buat hubungin kamu dong. Barangkali aku tiba-tiba ada perlu denganmu kan gampang hubunginnya." Jawabnya sambil terkekeh.

"Ooh oke deh. Catat ya!" Kusebutkan beberapa angka padanya. Dia langsung menyimpan di ponselnya.

"Nanti malam aku hubungin kamu ya. Gak apa-apa kan?"

"Gak apa-apa. Kalau malam aku suka bengong lho."

"Kok bengong?" Ia mengernyit heran.

"Iya habisnya pacarku yang sedang KKN di Yogyakarta jarang hubungin aku. Bikin aku bete." Aku mendesah kecewa.

Dan kulihat wajahnya juga kecewa. Sorot matanya meredup seketika itu juga. Tak seperti awal yang berbinar-binar menatapku dengan senyum sumringah.

Maaf Dit. Aku sadar kamu menyukaiku. Tapi aku sudah punya pacar. Dan aku hanya sedang berusaha menjaga hatiku. Walaupun sebenarnya aku begitu tertarik ingin mengenalmu lebih jauh.

Semangkuk SaladTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang