#cemburu
"Pak Bayu!" seru seorang karyawan wanita, "koleksi baju terbaru sudah datang kemarin, Pak?"
Pria yang dipanggil Bayu adalah seorang pemuda berpenampilan rapih dengan setelan kemeja sederhana. Ia memiliki tubuh tinggi dan tegap. Kulit wajahnya putih, bersih, dan terawat.
Bayu adalah anak dari pemilik butik bergengsi yang berada di sebuah Mall besar di tempatku berdiri kini. Sudah beberapa minggu ini pemuda ramah itu sibuk mengelola butik milik ibunya.
Dia selalu datang tepat waktu untuk bekerja. Sama seperti karyawan lainnya. Walaupun dia adalah seorang manajer, tapi sikapnya selalu sopan dan menyenangkan. Bahkan kadang-kadang dia ikut melayani pengunjung yang datang tanpa gengsi. Tak ayal karyawan di butik termasuk aku menyukainya.
Tapi sayang, aku bukanlah apa-apa. Diliriknya saja sudah membuatku merasa senang. Padahal setiap hari aku selalu berpenampilan menarik, cantik, seksi, dan menawan. Terkadang lengkap dengan segala aksesorisnya makin membuatku berbeda di tempatku biasa bekerja. Dengan postur tubuhku yang tinggi semampai seharusnya mampu menarik perhatiannya. Tapi hal itu ternyata hanya angan-angan belaka.
Hingga suatu hari seorang gadis cantik dengan rambut panjang tergerai indah masuk ke dalam butik. Dia mencari Bayu. Aku bertanya-tanya, siapakah gadis itu. Tak berapa lama Bayu datang menghampirinya. Melihat keakraban mereka di depan mataku membuatku menduga-duga ada hubungan spesial di antara keduanya. Apalagi tanpa canggung Bayu merengkuh mesra bahu gadis itu. Mengajaknya pergi meninggalkan butik saat makan siang. Aku hanya bisa tercengang melihat mereka berlalu melewatiku. Ada rasa yang tak nyaman di hati.
Esoknya ternyata gadis cantik itu datang lagi mencari Bayu. Tangannya langsung merangkul manja lengan pemuda yang selalu kunantikan kedatangannya.
"Bay, hari ini kita mau makan siang di mana?" tanya gadis itu.
"Terserah kamu aja, Yang. Aku sih ngikut aja," balas Bayu.
Ternyata benar dugaanku. Gadis itu kekasihnya. Padahal menurutku gadis itu berperawakan agak pendek, tidak sepertiku yang tinggi semampai dan anggun. Hanya saja rambutnya memang indah. Sedangkan aku? Ah sudahlah. Aku memang tidak memiliki rambut seindah dirinya. Tapi kulitku tak kalah putih bersih. Bahkan licin dan mulus bak porselen. Sementara dia jika kuperhatikan ada beberapa noda hitam di wajahnya yang tertutupi riasan tebal dan tanda lahir di lengannya. Berbeda denganku yang tanpa riasan pun aku sudah cantik dengan wajah ovalku, pipi tirus, hidung mancung, bibir sempurna, mata besar dan tubuhku yang sangat langsing. Secara fisik seharusnya aku lebih baik darinya bukan. Itu sudah pasti.
Kehadiran kekasih Bayu yang hampir setiap hari datang ke butik makin membuatku geram. Aku selalu berusaha menarik perhatiannya. Tapi dia hanya melirikku sekilas. Dengan pandangan mata yang aneh seperti biasanya. Aku berusaha untuk tersenyum. Tapi dia malah menjauhiku. Apa yang salah denganku. Aku hanya ingin dia menyadari keberadaanku saja. Aku yang setiap hari selalu memperhatikannya. Ke manapun dia bergerak aku mengikutinya. Berusaha membantu penjualan butiknya agar selalu laris manis. Wajar kan jika aku ingin diperhatikan lebih?
***
Bayu berjalan cepat memasuki ruang pengelola butik di belakang toko. Ruangan ber-AC itu tetap saja tak bisa mencegah bulir-bulir keringat yang sejak tadi membasahi keningnya. Ia gemetaran. Gelagat anehnya itu disadari oleh karyawan butik yang sedang sibuk menata barang.
"Ada apa, Pak Bayu?" tanya karyawan wanita itu heran.
Bayu terlonjak kaget. Ia sampai tak sadar ada orang lain di ruangan itu.
"Eh, Wati. Kirain siapa."
"Memangnya ada siapa lagi, Pak? Dari tadi saya di sini lagi beresin stok barang." Wati makin merasa heran dengan sikap anak majikannya itu.