33. Deja vu

38 4 0
                                    


Vomentnya juseyeo...

+++

Matahari perlahan-lahan mulai kembali keperistirahatannya, bergantian dengan sang rembulan yang tampaknya sedikit tidak beruntung malam ini karena awan pekat menutupi cahayanya juga para bintang.

Jalanan kota Seoul semakin di padati, sejak sore tadi kendaraan jauh lebih banyak terlihat lalu-lalang, awalnya hanya terlihat didominasi siswa dan siswi lalu kemudian berganti menjadi para pekerja paruh waktu dan terakhir pekerja kantoran dan profesi lainnya.

Tak jauh dari kebisingan jalan, Jungkook duduk di dalam mobilnya yang terparkir dibawah pohon, dekat sungai Han.

Merenungi semua yang ia temukan hari ini, merasa dikhianati tapi juga dibuat kebingungan.

Kata 'kenapa' selalu terputar di kepalanya, menanyakan alasan dari orang itu melakukan semua pekerjaan kotor ini.

Jungkook tidak merasa ragu sedikitpun saat matanya kembali menemukan hal lain yang dapat ia jadikan bukti beberapa menit setelah ia menemukan arti kode dua digit angka dari keyboard handphone jadul tersebut.

Sebuah bingkai foto, secarik kertas permintaan maaf dari seseorang dan yang paling hebat ialah pisau lipat dengan bercak darah mengering di pegangannya.

Sungguh kejutan yang begitu luar biasa.

Sebelum memustukan untuk menjobloskan orang itu kepenjara, Jungkook butuh mendengar alasannya terlebih dahulu, maka dari itu ia segera membungkam mulut Aerin dan menahan tangan gadis itu saat ia mengatakan akan melaporkan hal ini ke kantor pusat agar dapat segera di proses. Tidak sulit, cukup dengan berkata lembut dan penuh pengertian, dalam semenit Aerin berubah tenang dan mau mengikuti perintah Jungkook.
Di tekankan sekali lagi, Jungkook bukanlah orang yang baik, jika itu dilihat dari caranya memperlakukan seorang wanita yang mencintainya. He is a real bad guy.

Lama termenung dengan mata terus menatap seseorang yang berada diseberang sana, akhirnya Jungkook memutuskan untuk kembali kekantor, masih ada beberapa hal yang ingin ia pastikan dan tentu jawabannya ada didalam ruangan itu.

Setelah menyalakan mesin, perseneling pun dipindahkan membuat keempat ban hitam tersebut bergerak maju, meninggalkan kawasan sungai juga perempuan asing yang sejak tadi ia jadikan objek tatap oleh mata hazelnya.

***

Matanya menjelajahi seluruh sudut lorong rumah sakit, mencari keberadaan dokter yang pagi tadi meminjam jas dokter miliknya.

Setelah mendapat pinjaman charger dari resepsionis, akhirnya Jungna bisa menghubungi seseorang.

Namun sebelum jarinya mendial nomor milik laki-laki aparat yang belakangan ini menghuni kehidupannya, mendominasi pikiran bahkan kadang mampir ke mimpinya, Jungna memutuskan untuk menguhungi Mirae.

Dokter itu seolah menghilang di telan bumi setelah melakukan wawancara tadi siang.

Entah mengapa Jungna dibuat khawatir akan hal itu.

Sejak pukul enam sore tadi ia genap 6 kali secara terus menerus datang ke ruangan Mirae, sekedar  memeriksa apakah pemiliknya telah kembali.

Disaat tangannya meraih engsel pintu ruangan dan membukanya yang kini ganjil ia kunjungi sebanyak 7 kali, Jungna di buat terkejut dengan adanya bercak darah di lantai dan beberapa berkas yang berhamburan di lantai, di sudut atas ruangan, dimana kamera CCTV di letakan terlihat bekas lubang kecil dengan kabel kamera mencuat keluar dan sebagian kaca lensa hancur.

Apa yang sudah terjadi, tiba-tiba sekelabat ingatan mengenai penemuan mayat siswa di yang kala itu berputar di ingatannya, bagaikan kaset rusak, menampilkan potongan video buram yang sayang nya tampak jelas di bagian genangan darah dan raut wajah kesakitan gadis itu.

Tubuhnya mengalami tremor, kakinya gemetar hingga tak sanggup lagi menopang bobot tubuh hingga akhirnya merosot turun.

Napas Jungna berganti sesak hingga rasa-rasa seperti ada batu besar yang menghimpit dadanya.

Tepat setelah itu ia ingat dengan seseorang, data diri itu milik laki-laki yang Jungkook jelaskan sebagai atasannya di divisi satu, Jungna tak pernah bertemu dengannya, tapi nama itu sudah cukup menjelaskan.

Ia sendiri bingung kenapa hal ini bisa tiba-tiba terpikirkan olehnya, belum sempat berfikir kembali, saku jasnya bergetar tanda panggilan masuk.

Dengan tangan gemetar ia meraih benda persegi panjang itu dan mengangkat panggilan tanpa membaca nama yang tertera.

Suara laki-laki di seberang sana membuat mata Jungna semakin digenangi air. Berakhir dengan terdengarnya isakan.

"Ju-jungkook, tolong aku."

+++

TBC

Sorry kalau pendek, kuy lanjut baca.

The Case Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang