0

13.4K 1.2K 117
                                    

"Hmm... Jaemin Nakula Sadewa. Kamu.. yakin mau kerja disini sebagai sekretaris saya?" Orang tampan yang sedang duduk di kursi kebesarannya itu memandang serius pada sesosok makhluk Tuhan yang paling seksi bernama Jaemin.

"Iya, Pak."

"Hmm.. padahal pengalaman kamu bisa dibilang kurang, loh... Gatau kalau pengalaman 'yang Iya-iya', kita liat aja nanti."

Jaemin terdiam. Bulir-bulir jeruk, maksudnya bulir-bulir keringat mulai turun dari kepala Jaemin.

"Jangan takut, dong. Saya cuma bercanda. Nanti malah dikira saya lagi anggur-anggurin kamu di ruangan ini."

"Maaf, Pak. 'anggur-anggurin' maksudnya apa ya, Pak?" Jaemin bertanya dengan takut.

"Masa' kamu gak tau sih? Bahasa Inggrisnya anggur kan Grape, kalo diplesetkan ya jadi grape-grape alias grepe-grepe. Alias saya remas-remas–"

"S–saya udah paham, Pak!"

"Kamu ngebentak saya? Bahkan saya aja belum jadi atasan kamu, loh."

"Maaf, Pak. Kalau begitu saya tarik–"

"Eits, no no no! Nggak bisa, kamu udah saya terima jadi sekretaris saya sejak awal. Jadi... Mohon bantuannya ya, manis."

Pria yang diketahui bernama Jeno itu pun keluar begitu saja dari ruangannya. Meninggalkan Jaemin dengan mulut yang menganga.

Namun sedetik kemudian orang itu kembali masuk ke dalam ruangan dan mengambil sebuah kartu di atas mejanya.

"Black card saya ketinggalan." Lalu ia keluar dari ruangan. Jaemin hanya memandang heran. Tapi kemudian orang itu masuk lagi ke dalam ruangan.

"Ehm.. permen durian saya juga ketinggalan."

Dan lagi-lagi Jaemin hanya memandang heran. Dan Jeno tiba-tiba masuk lagi ke dalam ruangan.

"Oh iya! Kamu boleh pulang sekarang. Besok jam enam harus sudah ada di ruangan ini." Dan kali ini Jeno benar-benar meninggalkan ruangan itu.











.
.
.
.

TBC

Dear, Pak Jeno [NoMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang