Chapter 7 |Misi Kedua : Insyallah Sukses

23 5 4
                                    


Meri dan Jejen pindah duduk di sofa depan TV setelah Tarjo pamit pulang.

"Mer, lo kemarin bikin rencana, terus gagal, 'kan?" tanya Jejen.

"Iya, sebel banget gue. Memangnya kenapa?" jawab Meri ketus, mengingat kejadian semalam.

Jejen membenahi posisi duduknya mendekat pada Meri.

"Gimana kalau kali ini, gue bantu lu bikin rencana lagi supaya berhasil?" tawarnya pada Meri. Dalam hati dia berharap, semoga rencananya menjauhkan Meri dari Mas Jo berhasil.

"Boleh tuh, emang lu punya rencana apaan?" tanya Meri.

"Jadi gini...."

Suasana hening seketika

"Jadi gimana? Yang jelas dong!" bentak Meri.

"Gue haus ambilin minum lah," jawab Jejen dengan nyengir.

Meri beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman, kemudian kembali ke sofa depan tv meletakkan minuman tadi dan duduk seperti semula

"Emm... gimana kalau lu cari cowok yang ganteng banget, putih mulus, tajir, badannya kekar, terus glowing gitu. Dijamin si Tarjo pasti bakal mundur alon-alon," usul Jejen dengan antusias dan meneguk minuman yang disuguhkan oleh Meri

"Mergo sadar aku sopo... Mung di-"

"Heh! lu kok malah nyanyi sih," potong Jejen.

Meri melongo. Lalu dia menyandarkan punggungnya.

"Lu, sih, pakek ada mundur alon- alon segala." Meri menanggapi dengan agak malas.

"Ya, intinya lu harus cari cowok yang shining shimmering splendid," tukas Jejen.

Meri menghela napas, "Lu pikir Aladdin, hah? Jangan yang aneh-aneh dong, Jen. Di Jakarta nggak ada Aladdin," kelakarnya.

Jejen melotot. "Merii! lu bisa nggak sih serius sedikit aja," pekiknya tertahan.

Ingin rasanya Jejen melempar sahabat gesreknya itu ke Kutub Utara. Membiarkan Meri terkena hipotermia dan hilang di Samudera Antartika.

Jejen hampir kehilangan kesabaran. Untung saja dia masih bisa menahannya. Kalau tidak, mungkin dia akan tega melakukan hal konyol yang di pikirkannya tadi.

"Makanya, rencana lu yang ngotak dikit dong," kata Meri.

"What? lu bilang gue nggak ngotak?" Jejen menatap nyalang ke arah Meri. Bagaimana bisa dia dibilang tidak 'ngotak' seperti itu.

"Siapa yang bilang lu yang nggak ngotak, sih. Gue cuma bilang rencana lu yang nggak ngotak," balas Meri tanpa dosa.

Jejen pusing, tak habis pikir bagaimana dia bisa memiliki sahabat yang gesreknya sudah stadium akhir itu.

Suasana kembali hening, Jejen kemudian berfikir rencana apalagi yang bisa dia lakukan untuk menjauhkan Meri dan Tarjo.

"Mer, nih gue ada rencana lagi mau tau gak?" Tanya Jejen dan memecahkan keheningan pagi itu.

"Rencana apaan?" jawab Meri singkat.

"Pura-pura aja kalau lu udah dijodohin sama orang lain. Pasti mundur tuh, si Tarjo,"

"Dijodohin sama siapa, Jen?"

"Emm...sama anaknya ustadz aja. Terserah mau ustadz siapa, ustadz Shobirin, ustadz Yasin, ustadz Yusuf. Pokoknya ustadz deh. Intinya yang alim."

Meri memutar bola matanya malas. Dia benar-benar tak habis pikir dengan sahabatnya itu. Sebegitu antusiasnya membantu Meri dengan rencana-rencana tak masuk akalnya itu.

"Kok lu antusias banget si bantu gue jauh dari Tarjo, lu suka ya sama dia?",

"Kan lu sahabat gue jadi sudah wajib hukumnya untuk membantu, gue ga suka sama dia kok, biasa aja," jawab Jejen menutupi perasaannya.

Meri seakan tak percaya. Jejen terlihat sedikit gugup saat mengatakannya.

"Yakin lu ngga suka sama Mas Tarjo? Kan, lu sendiri yang bilang kalau Mas Tarjo itu ganteng," goda Meri.

"Gak! Dah lah terserah lu,"

"Iya deh, terus ini gimana? kalau pura-pura dijodohin, terus nanti Mas Tarjo nanya ke mama gimana dong?"

"Coba sekongkol sama mama lu, kali aja dia mau bantu"

"Ngotak lah, mama gue mana mau bohong!"

"Udah 2 rencana ga masuk diotak lu, maunya yang kayak gimana sih?"

"Yang jelas rencananya harus bener-bener buat Tarjo menjauh tapi inget harus ngotak lah!"

"Yaudah, gue mikir lagi." Jejen menopang dagunya, berpikir.

Lagi-lagi suasananya hening. Mereka sama-sama diam dengan pikiran masing-masing. Jejen memikirkan kembali bagaimana rencana yang akurat untuk menjauhkan Tarjo dari Meri, dan mendekatkan dirinya dengan Mas Tarjo, sedangkan Meri memikirkan sikap anehnya Jejen yang antusias membantunya jauh dari Tarjo.

"Meri, Meri, Meri, gue ada ide bagus!" Jejen menggoyang-goyangkan tubuh Meri. Jejen terlalu heboh dan antusias dengan idenya kali ini. Dan Jejen yakin bahwa idenya kali ini akan berhasil.

"Apasih? bikin gue kaget aja lu," ujar Meri.

"Jadi gini, rencananya tuh kita sewa cewek buat pura-pura hamil anak Tarjo," ucap Jejen serius.

"Terus?" tanya Meri dengan wajah penasaran.

"Biar gak keliatan disengaja, suruh mamah lu ngundang Tarjo makan dirumah," jawab Jejen.

"Oke juga tuh, kebetulan besok lusa ada acara arisan keluarga. terus gimana kelanjutannya?" tanya Meri semakin penasaran.

"Nanti kan, Mas Tarjo datang tuh. Sambut aja kayak biasa nyambut tamu. Nah, nanti kita sibuk aja kayak lagi nyiapin acara. Kita sembunyiin ceweknya dulu dimana gitu.

"Kalau Mas Tarjo udah duduk menikmati acaranya dan semua keluarga udah ngumpul, kita kode si cewek buat siap-siap masuk ke rumah. Terus, kita pura-pura nganter makanan apa minuman gitu ke orang-orang yang lagi arisan. Nah, disitu lah, nanti si cewe masuk dan bilang kalau dia hamil anak Tarjo sambil nangis minta Tarjo tanggung jawab," jelas Jejen.

Akhirnya, Meri setuju dengan rencana busuk Jejen sahabatnya. Lalu mereka pun mulai menyusun strategi.

Satu jam kemudian...

"Deal! gue siap menjalankan misi rahasia ini," seru Meri.

Setelah berjam-jam menguras pikiran dan tenaga, Jejen berpamitan ke Meri untuk pulang.

"Oke, gue juga. Yaudah, gue udah capek. Gue pulang dulu, Mer." Jejen beranjak dari duduknya. Dia sudah tak sabar menunggu hari itu. Hari dimana dia akan mendapatkan hati Mas Tarjo tercintanya.

TBC!
Jangan lupa vote, komen dan share.
Jangan bosan-bosan sama mas Jo yaa.

Gesrek Couple [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang