Chapter 12 | Terungkap

14 4 0
                                    

Malam ini, Jo duduk termenung sambil menyesap dengan perlahan teh melati khas jogja. Pikirannya melayang ke kejadian beberapa hari lalu. Dirinya yakin, ada yang aneh. Semua kejadian itu seperti sudah direncanakan. Pertanyaannya, siapa yang merencanakan?

Meri masih belum punya pacar dan tidak ada pria yang dekat dengan calon istrinya itu, kecuali Riyo. Tapi tidak mungkin lelaki itu. Dia pernah bilang kalau dirinya dan Meri hanya teman biasa. Tidak ada perasaan lebih karena Riyo sendiri juga sudah punya pacar.

Kalau dari pihaknya tidak ada musuh. Lalu siapa? Tidak mungkin Meri sendiri. Nyatanya gadis itu menangis saat melihat kejadian itu.

"Ah, pusing. Jangkrik! Siapa yang berani cari masalah."

Telepon selulernya berdering, muncul nama Jenny di layar itu. Sejenak, Jo terdiam, mengingat Jenny yang selalu berusaha mendekatinya. Tapi pikiran itu segera ditepisnya. Jenny sahabat Meri. Tidak mungkin setega itu merusak hubungan sahabatnya. Walau Meri selalu bersikap dingin, tapi akhir-akhir ini, gadis itu mulai lunak. Wajahnya selalu bersemu merah setiap dia goda.

Deringan telepon itu mati karena Jo yang terlalu lama mendiamkan. Bukan sengaja, dia fokus pada pikirannya sampai melupakan telepon itu. Segera dia telepon balik Jenny.

"Halo, Jen. Ada apa?"

"Ehm ... enggak ada apa-apa kok, Mas Jo. Jenny cuma butuh teman ngobrol."

"Maaf ya, Jen. Aku lagi pengen sendiri. Gak bisa nemenin," tolak Jo saat mengetahui Jenny. Dia bukan sombong, hanya sedang malas mengobrol. Tanpa menunggu sahutan dia langsung mematikan sambungan telepon.

Suasana kembali tenang, dia harus mencari tahu semuanya. Hanya satu orang yang bisa dia mintai tolong, yaitu Riyo. Segera dia hubungi Riyo.

"Malam, Yo"

"Ngapain lo telpon gue? Lo dah bikin gue kecewa," bentak Riyo.

Jo mencoba menenangkan diri. Rasanya dia ingin memarahi Riyo. Usianya lebih tua tapi anak itu dengan tak sopannya malah membentaknya. "Aku mau minta tolong."

"Please, jangan dipotong. Aku mencurigai semua ini hanya permainan untuk memisahkan aku dengan Meri."

"Halah, bullshit! Gak usah ngeles deh lo. Lo tu-"

"Aku berkata jujur. Please, aku butuh bantuanmu. Hanya kamu satu-satunya yang bisa aku mintai tolong," mohonnya. Jo benar-benar putus asa. Hanya Riyo satu-satunya harapan.

Lama tidak ada jawaban, makin membuat Jo pesimis.

"Okay. Lo mau minta bantuan apa?“ Mendengar itu, matanya berbinar. Harapan yang sempat pupus kini tumbuh kembali.

Dengan jelas dan perlahan, Jo menjelaskan segalanya termasuk kecurigaannya kepada Jenny.

"Hm... gue akan coba pancing Meri. Kalau langsung mancing Jejen agak sulit, Jo. Dia lebih pinter dari si oneng Memer. Ada kemungkinan juga Jejen gak akan buka mulut kalau memang dia dalangnya. Mana ada dalang ngaku. Jadi paling aman gue pancing Meri aja," papar Riyo panjang lebar. Jo mengangguk paham dan sepakat.

Jika Jenny adalah dalang semua ini, maka tidak mungkin dia mau memberikan info. Kalaupun mau, bisa jadi info bohong. "Okay. Aku ngikut aja yang terbaik. Thanks ya, Yo."

"Ya, urwell. Gue tutup ya, mau kencan nih."

"Ya."

******

Pagi ini, Riyo mendatangi rumah Meri. Selain ingin membantu Jo, dia juga ingin menghibur Meri. Kata kakaknya Meri, adiknya nangis terus dari kemarin. Gak mau keluar kamar juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gesrek Couple [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang