Bab 1

4 0 0
                                    

Suara tapak kaki beradu dengan tanah yang becek terdengar dari kejauhan. Beberapa orang terdepan menebas ilalang setinggi satu setengah meter dengan parang, untuk memperlancar pergerakan mereka. Orang-orang ini bergerak dengan sangat gesit dan efisien. Meskipun tubuh mereka sendiri sudah cukup kelelahan karena tiga hari berada disebuah lereng gunung di daerah Jawa Barat. Nampaknya waktu istirahat di malam hari yang tentunya terpotong evaluasi dan briefing tak mampu memulihkan tenaga yang terforsir.

Sekelompok orang ini tergabung dalam operasi SAR-Search and Rescue-Ahmad. Seorang survivor yang dipredikasi tersesat saat melakukan pendakian solo di Gunung Salak. Cuaca Gunung Salak kala itu memang sedang tidak bersahabat. Badai sedang terjadi hampir diseluruh lerengnya, sehingga tidak mengherankan jika longsor terjadi dibeberapa titik.

Menurut kesaksian tiga orang pendaki, mereka sempat berpapasan dengan Ahmad ketika berada di pos 4 jalur pendakian via Cimelati. Kala itu hujan sudah mulai turun, walaupun memang belum terlalu deras. Ketiga pendaki ini sudah menawarkan Ahmad yang hanya mengenakan daypack untuk ikut turun bersama mereka, akan tetapi Ahmad menolak.

Tanah becek dipadu dengan gerimis yang konsisten sejak pagi menejemput, membuat setiap langkah cepat harus sejalan dengan konsentrasi tingkat tinggi. Bila tidak, nasib baik jika hanya terpeleset alih-alih menggelinding menuju kedalaman jurang di bawah sana.

Dibarisan belakang, seorang wanita yang memegang HT ditangannya tampak menyejajari langkah pria di depannya.

“Bang, survivor katanya jatuh ke jurang. Belum tahu kondisinya gimana.”
Wanita itu menjelaskan ulang apa yang ia dengar dari SRU 1 yang berhasil menemukan survivor, melalui sambungan HT.

“Oke, koordinatnya bener yang tadi kamu bilang kan?”

“iya.”

Tak berselang lama, sekelompok ini telah bergabung dengan SRU 1 dan SRU lainnya yang telah sampai terlebih dahulu. Beberapa di antara mereka telah mengeluarkan alat evakuasi medan sulit, karena posisi survivor yang terjatuh ke jurang.

Semua orang bergerak dengan taktis mempersiapkan alat untuk membantu penyelamatan survivor tersebut. Tambatan utama dipilih pada sebuah pohon besar dengan menautkan tali kernmantle sesuai dengan prosedur keselamatan.

Selagi beberapa orang menyiapkan jalur penyelamatan, sisanya mempersiapkan alat penanganan darurat termasuk konsumsi yang sekiranya dapat diterima oleh survivor ketika telah berada di lokasi yang aman.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih empat jam, Ahmad akhirnya dapat dibawa menuju lokasi yang aman. Regu penanganan darurat segera menghampiri untuk mengecek tanda-tanda vitalnya.

“Sasa, kamu cek kondisi survivor dulu.”

Wanita yang dipanggil Sasa itu segera mengecek nadi Ahmad. Untungnya nadi sang survivor masih berdetak meskipun cukup lemah. Wanita itu selanjutnya mengecek jalur pernapasannya.
Meskipun masih hidup, nampaknya kondisinya cukup lemah dan tak sadarkan diri. Sasa kemudian memeriksa seluruh tubuh survivor untuk menemukan cedera yang dideritanya.

“Fraktur terbuka kaki kanan, lengan kirinya robek tapi kayaknya gak ada fraktur. Aku cek kayaknya fraktur rusuk kanan juga.”

Sasa memberi tahu rekannya sambil mengambil kotak p3k dan mengobati luka-luka terbuka pada tubuh survivor. 
Tak berselang lama, survivor tersebut siuman. Sasa segera memperkenalkan dirinya sebagai anggota tim SAR. Ia juga menanyai survivor bagaimana kondisi tubuh yang dirasakannya.

Setelah merasa kondisi Ahmad cukup stabil, ia segera dipindahkan pada tandu untuk dibawa ke basecamp.

Membawa survivor dengan tandu terlebih kondisi jalan ekstrim sangatlah tidak mudah. Ditambah bila survivor memiliki fraktur maupun luka terbuka serius lain, penanganannya pun harus sangat hati-hati. Jangan sampai malah memperparah kondisi survivor ketika akan dipindahkan ke basecamp.

UP STREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang