#10

329 45 3
                                    

Hinata berjalan paling depan masih lengkap dengan kemben yang mengekspos bahu, lengan dan kaki jenjangnya sementara sekumpulan calon tamu 'nggak tahu diri' berjalan santai di belakangnya.

Nggak usah ditanya, matanya Sasuke nggak bisa lepas dari Hinata. Bukannya otak bokep, ini normal bagi cowok yang emang normal. Jangan tanya juga Kiba kayak gimana, matanya sih nggak se-jelalatan matanya Sasuke tapi matanya Kiba seakan dipasangi kacamata kuda, doi nggak bisa ngeliat pemandangan lain selain rambut panjang Hinata yang tergerai bebas menutup sebagian punggungnya.

"Tu mata dijaga..." kata Shikamaru sambil menjotos kepala Kiba.

Ngomong-ngomong soal Shikamaru, setidaknya cowok berambut gonrong ini masih memiliki kadar 'tahu diri' dibanding temen-temennya yang lain. Doi rela membawa keranjang cucian Hinata yang belum sepenuhnya tercuci bersih.

Sai, Naruto dan Gaara berjalan menikmati pemandangan alam yang begitu hijau, desa kecil yang dikelilingi oleh jejeran gunung yang seolah ditutupi oleh lautan awan *apaansih*. Tidak cuma Hinata, ada begitu banyak gadis yang berlalu lalang dengan tampilan yang tidak jauh beda dengan Hinata. Benar-benar perpaduan keindahan ciptaan Tuhan.

"Seger beneeerrr..." Sai geleng-geleng memandang gadis-gadis yang lewat.

"Apanya yang seger?" tanya Gaara, polos.

"Pemandangan alam beserta isinya" sahut Naruto yang tak kalah 'geleng-gelengnya' dari Sai.

Jarak rumah Hinata dari sungai tempatnya mencuci nggak jauh-jauh amat kok. Setidaknya masih lebih dekat dari jarak antara Bumi dan Matahari tapi masih lebih jauh kalo dibandingkan jarak antara aku dan kamu.

Sebuah rumah kecil nan sederhana beserta kebun hijau disekelilingnya.

Itulah rumah Hinata.

"Kalian istirahat aja dulu" ucap Hinata membuka pintu.

"Hinata..." panggil Sasuke dengan nada suara pelan nan sexy.

"A-apa?" berhubung Hinata cuma cewek normal yang matanya juga masih normal, dia nggak bisa mangkir dari kenyataan bahwa Sasuke tuh cowok yang bisa bikin gregetan. Gregetan pengen cubit misalnya, atau yang lebih ekstrim dikit gregetan pengen meluk, atau yang paling ekstrim gregetan pengen nyium.

"Sebaiknya Hinata pake baju atau rok atau apa gitu, jangan pake kemben ya" ucap Sasuke dengan tatapan penuh arti. Penuh arti dalam artian mesum level maximum.

"Me-memangnya kenapa?" tanya Hinata heran.

"Aduh, mending Hinata-chan nurut aja. Sasuke tuh anaknya suka main khilaf seenaknya kalo liat pemandangan yang unyu di depannya" sahut Gaara sambil membuka sepatunya kemudian meletakkan backpack-nya.

Hinata mengangguk kemudian melangkah memasuki ruangan yang dicurigai sebagai kamarnya. Shikamaru meletakkan keranjang cucian Hinata di bale-bale teras rumah Hinata, Naruto duduk disamping Shikamaru lalu membuka bajunya, gerah. Sedangkan, Sai masih melakukan observasi disekitar rumah Hinata.

Sementara Kiba?

"Lo mau kemana?" tanya Sasuke dengan nada nggak suka pas ngeliat Kiba nyelonong masuk ke dalam rumah. Perasaan Hinata belum mengucapkan 'anggap aja seperti rumah sendiri' tapi Kiba udah main nyelonong aja.

"G-gue cuma haus kok, pengen minum" kata Kiba sok kehausan.

"Nggak sopan masuk rumah orang, apalagi di dalem ada cewe unyu begitu" Sasuke pun melepas kaosnya yang mulai lusuh, kaos malang itu sudah lulus seleksi untuk dijadikan 'kain lap'

"Tapi kan gue haus, ~"

"Alesan lo, kalo haus, ini minum gue" Gaara datang menghancuran rencana Kiba untuk ngedeketin Hinata.

NgetripTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang