1 : Hilang

782 52 7
                                    

Aku berjalan sendirian di tengah kota sambil membawa tas kresek belanja berisi cemilan dari supermarket.

Setiap akhir pekan, aku rutin ke supermarket untuk menyetok cemilan belajarku.

Aku melirik ke benda berwarna hitam yang melingkar sempurna di tangan kiriku.

"Ahhh, pukul 11 malam tepat. Aku terlalu lama di supermarket. Eomma dan appa pasti khawatir dirumah."

Aku bergegas menuju halte bus terdekat. Tiba-tiba kakiku terhenti dengan sendirinya. Mataku terfokus kepada seorang pria yang keluar dari bar dekat halte bus tersebut.

Jari telunjukku membenarkan posisi kacamataku yang sudah melorot di ujung hidung kecilku. Pria itu tampak berjalan ke arahku, dan menatap tubuhku tanpa kedip.

Sekali lagi aku membenarkan posisi kacamataku agar memastikan, bahwa pria itu tidak menuju kearahku. Melainkan dengan orang yang berada di belakang, atau disamping ku.

Tapi, aku salah. Sama sekali tidak ada orang di dekatku. Tanpa ku sadari, pria itu sudah berada di hadapanku. Menatap tajam setiap inci wajahku. Membuat jati diri ku kecut, takut tak berdaya.

Rahangnya yang tajam terus bergerak. Karena terus menerus menelan saliva nya sendiri. Mata dan hidungnya merah. Dasi yang bergelantungan di lehernya.

Tidak.

Ini buruk.

Orang ini, pasti mabuk berat. Masalah apa yang kau hadapi tuan hingga menjadi seperti ini?

Hidungku tak bisa menerima aroma dari tubuhnya. Ini sangat menyengat. Benar-benar menusuk penciumanku.

Ku tutupi penciumanku dengan tangan mungilku.

"P-permisi tuan... Saya mau lewat" ku tundukkan sedikit kepala ku sebelum berjalan.

Satu langkah melewati pria itu, tiba-tiba pergelangan kanan ku tertahan. Ternyata pria itu yang menahannya.

Dia mengangkat suara.

"Hana-ya"

"Jangan tinggalkan aku lagi"

Aku mengernyitkan alis ku bingung.

"Mwo?"

Pria itu melanjutkan.

"Kau... -"

"Kau... Hanya milikku"

Sekali lagi, wajahku kebingungan.

"Mwo?"

"Ikutlah denganku"

Tanpa izin dariku, pria ini menyeret laju lengan kananku.

"Ahjussi.. Lepaskan, ini sakit"

Aku meringis kesakitan. Pasalnya, ini terlalu kencang.

"Jebal.. Ini sangat sakit"

Aku tak bisa menahannya lagi. Air mataku jatuh, memenuhi pelupuk mataku.

"Masuklah"

"Si-shireo!"

"MASUK!"

Setelah memaksaku, sekarang pria itu membentakku. Aku sangat takut di bentak. Tuhan, selamatkan aku. Aku sangat takut. Tangis ku semakin jadi.

Dengan berat hati aku menuruti permintaan orang gila ini. Aku masuk ke dalam mobilnya, dengan penuh ketakutan.

Pria itu juga masuk setelah diriku. Dan menutup keras pintu mobilnya.

Aku tertunduk kecut, memijit pelan lengan kanan ku yang sangat merah.
Sepertinya peredaran darah ku di bagian lengan terhenti sebentar.
Aku bisa merasakan bibirku mengering. Entahlah.

I'm Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang