Bab 1 - Wanita Buruk Rupa

20.2K 1.2K 183
                                    

"Arrghh ...!"

Untuk ke sekian kalinya, Khadijah mengerang sakit saat minyak panas di atas wajan menciprat ke punggung tangannya. Begini lah yang terjadi jika menggoreng ikan tanpa mengenakan sarung tangan. Bahkan 'tak jarang juga cipratan minyak mengenai wajah mulusnya. Pernah sesekali ia memakai helm saat menggoreng, alhasil ditertawai teman sekobongnya.

Ya, Khadijah Nur Hasanah adalah seorang siswi yang kini tengah menduduki bangku SMA. Jarak antara rumah dan sekolah sangat jauh, hingga kedua orangtuanya menitipkan Khadijah di sebuah pesantren swasta, bernama Pondok Imah Sorga.

"Dijaaahhh ...!" Terdengar sebuah teriakan dari balik ruang dapur tempat ia berperang.

"Iya, Umi ... sebentar!"

Khadijah mengecilkan api kompor, lalu bergegas menuju sumber suara dengan sedikit berlari.

"Ada apa, Umi?" tanya Khadijah pada seorang wanita berkepala empat, yang merupakan istri pimpinan pondok.

"Setelah goreng ikan, tolong bersihin wc akhwat, ya! Soalnya besok bakal ada tamu," tutur Umi.

"Iya, Umi. Tapi ... Dijah minta bantu temen-temen, boleh? Soalnya Dijah masih belum selesai masak."

"Iya gak papa, terserah kamu aja."

"Ya udah, Dijah lanjut goreng ikan ya, Umi. Assalaamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalaam."

Khadijah masuk ke dalam dapur, kembali bertempur.

***

"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga goreng ikan."

Gadis itu terduduk lesu di atas kursi karet di luar dapur, pandangannya langsung disuguhkan pesawahan yang begitu luas.

"Oy!"

"Astagfirullah!"

Seorang gadis lain menepuk bahu Khadijah secara tiba-tiba, membuatnya terperangah kaget.

"Ochi! Apaan sih ngagetin mulu," rajuknya.

"Hehe ya maaf, lagian ini udah hampir Magrib tapi kamu masih santai-santai kayak di pantai."

"Capek, abis goreng-astagfirullah, Ochi! Tadi Umi nyuruh aku buat bersihin WC Akhwat, bantuin ya, biar cepet kelar."

"Dasar Mak-Emak! Yaudah ayok."

Khadijah dan Ochi bergegas menuju WC akhwat yang berada di sebelah dapur. Di sana, ada dua kamar mandi dan satu tempat wudhu. Pondok Imah Sorga adalah sebuah pondok yang sudah berdiri sejak sepuluh tahun yang lalu, yang bertempat di sebuah kampung terpencil. Hingga santri dan santriahnya masih bisa dihitung dengan jari karena tempatnya yang jarang diketahui. Dan kebetulan, Khadijah satu kobong dengan Ochi, dan kelima teman lainnya.

"Tak dung dung tak dung! Digeboy, geboy mujair. Nang ning nung ...!" Khadijah memukul kecil gayung yang dipegangnya, seraya bernyanyi ala-ala dangdut zaman dulu.

"Asiiikk, Dijah goyang euy!" sahut Ochi yang tengah menyikat lantai tempat wudhu, sedang Khadijah berada di dalam kamar mandi nomor 1.

"Sawerannya mana, Ceu? Hahaha."

Mereka berdua tertawa bahagia, untuk 'terakhir' kalinya.

"Heh! Ari maraneh teh kunaon? Ulah ngaganggu, sok arek meresihan WC mah tong bari garandeng! Magrib sakeudeung deui ge." (Heh! Kalian kenapa? Jangan mengganggu, silakan kalau mau membersihkan WC, tapi jangan sambil berisik! Magrib sebentar lagi.) Seorang kakek tua menegur Khadijah dan Ochi, tersirat kemarahan ditampakkan oleh wajahnya yang mulai keriput.

Penjilat Darah Haid - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang