Bab 29 - Tespek

1.5K 208 45
                                    

Suasana ruang kelas 12 MIPA itu terasa hening, hanya ada suara cempreng Bu Siti yang tengah menjelaskan pelajaran Kimia. Semua murid terfokus pada papan tulis yang sudah dipenuhi oleh berbagai rumus.

Namun, satu murid di sana sama sekali tidak bisa fokus mencermati pelajaran, ia duduk gelisah di bangku jajaran kedua di ujung kanan ruangan. Di sampingnya, Ochi pun merasa tidak nyaman melihat temannya yang seperti sedang banyak pikiran.

"Cut, kamu kenapa?" bisik Ochi.

Cut menoleh, lalu menggeleng.

"Kamu sakit, ya? Kita ke UKS aja, yuk!" Punggung tangannya menyentuh kening Cut.

Panas.

"Aku gak papa, Chi. Cuma ngerasa lemes aja, dikit."

"Lemes aja gimana? Kamu panas gini, ih!"

Brak!

Meja kayu itu menimbulkan suara keras setelah mendapat gebrakan dari tangan Bu Siti.

"Kalian kalo mau ngobrol di luar aja!" bentaknya pada Cut dan Ochi.

Kedua orang itu sontak menunduk. Bu Siti jika sudah seperti ini, maka akan menjadi masalah besar.

"Keluar kalian! Ibu anggap kalian bolos!"

Mereka berdiri dan berjalan keluar ruang kelas dengan kepala tertunduk. Lalu memutuskan untuk pergi ke UKS saja.

Sesampainya di sana, Cut membaringkan tubuhnya di atas ranjang kecil.

"Gara-gara aku, kamu jadi bolos pelajaran. Maaf, ya!" ucap Cut dengan wajah penuh penyesalan.

"Apaan, sih! Gak papa kali. Lagian aku juga harus rawat kamu."

"Aku gak papa, Chi!"

"Stop! Jangan ngomong gitu lagi, aku gak suka!" Ochi berjalan ke toilet untuk mengisikan baskom kecil di tangannya dengan air. Kemudian mengopres kening Cut agar tidak terlalu panas.

"Makasih, Chi." Cut memejamkan mata dengan bibir tersenyum.

"Lekas sembuh, Cut."

Krriiiing...!

Bel istirahat berbunyi. Pintu UKS terbuka tiba-tiba, seiring dengan munculnya satu gadis dengan napas memburu.

"Cut, kamu gak papa?!"

"Gak papa kok, Dijah. Kenapa ngos-ngosan gitu?" timpal Cut.

"Alhamdulillah, tadi aku mau nyusulin kamu pas pelajaran Kimia, tapi gak dibolehin sama Bu Siti. Terus tadi aku dikejar kucing item pas mau buka pintu UKS. Kayak yang gak ngebolehin masuk."

"Jelas gak boleh lah! Mau ngapain juga kamu ke sini? Sok perhatian banget!" tandas Ochi sinis.

"Kenapa gak boleh? Aku juga kan pengin tahu keadaan Cut."

"Kamu dalang di balik sakitnya Cut, Dijah! Masih mau bela diri?"

"Sssttt... udah, Chi! Jangan terlalu nyalahin Dijah, dia gak salah," lerai Cut.

Sementara Khadijah kini tertunduk, merasa semakin terpojok dan menyalahi diri sendiri.

"Lebih baik kamu keluar deh, Dijah! Cut mau istirahat. Kehadiran kamu cuma ganggu!"

"Baiklah." Khadijah memilih mengalah, ia tidak mau menambah masalah.

***

"Cut, ayok pulang! Masih kuat jalan, 'kan?" ajak Ochi. Cut sudah berada di dalam kelas yang mulai sepi karena sebagian besar muridnya sudah pulang.

Penjilat Darah Haid - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang