Spring, 1st Year -- 3

677 141 10
                                    

Bel istirahat akhirnya berbunyi setelah sekian lamanya mendengar dongeng dari guru sejarah.

Ya, dongeng pengantar tidur yang sangat berfaedah walau kadang bikin otak lag juga kalau belum respawn sepenuhnya.


"yo! [name]!"


Suara teriakan itu menginterupsi [name] yang sedang memasuki dunia lamunannya.

Atsumu and the geng datang dengan kotak bekal makanannya terutama Osamu yang udah makan rotinya duluan.


"hey, apa kita memang harus melakukan ini? Ini mengganggu seisi kelas, kau tahu?"

"memangnya kenapa? Lagipula kita teman dekat, bukan?"

"ya, hanya teman."

"ayolah, Samu. Kau saudaraku."

"kita temenan aja, ya?"


Atsumu mengacungkan jari tengahnya. [name] sih owh aja dan mengambil kotak bekal makan siangnya dari dalam tas lalu menuju kerumunan laki laki di ambang pintu dengan Suna sebagai penonton setia dan Ginjima yang berusaha melerai keduanya.


"kita akan makan siang bersama?"

"ya. Begitulah. Ini rencana si kembar. Lebih tepatnya Atsumu. Soal gudang kemarin... Maaf..."

"ya, tak apa. Jadi apa mereka akan tetap bertengkar disana?"

"Sebaiknya biarkan saja mereka. Ginjima! Kembar! Kami duluan!"

"hoi! Suna! Bantu aku, kau Rubah Tibet!"

"maaf, tapi perutku lebih penting sekarang ini!"


Dan mereka berdua pergi. Tepat di saat itu juga Kita-san datang untuk numpang lewat ke arah kantin dengan anak kelas 3.

Tapi tenang... Ginjima bebas. Hanya si kembar saja yang disemprot dengan ceramahan.

Setelah 10 menit berlalu dengan ceramahan panjang lebar dari Kita-san, akhirnya si kembar datang dengan banyak plester di wajah mereka berdua.


"sudah selesai? Kami menunggu kalian berdua."

"ya."

"baguslah. Kalau begitu kita langsung saja pada acara utama."


Semua orang membuka kotak bekal makan mereka dan aroma enak tercium dengan pemandangan indah di hadapan mereka setelah energi diambil alih oleh otak.


"ITTADAKIMASU!!"


Tapi tidak untuk Atsumu.


"Atsumu? Kau tak membawa bekal lagi?"

"ya... Begitulah..."

"jangan hiraukan dia. Dia hanya setan. Tak baik membicarakan setan saat makan."

"heh! Ini semua karenamu, kau tahu?!"

"aku tempe."

"berisik!"


Semua orang hanya acuh tak acuh pada Atsumu yang sedari tadi hanya bisa menunduk dengan suara gemuruh di perut yang menggelegar.

Satu sumpit sushi terulur ke arah Atsumu, membuatnya tersadar dan menoleh ke samping.

Malaikatnya akhirnya datang memberikannya nyawa untuk hidup. Jangan lupa air mata terharu yang mengalir dari kelopak matanya.


"[name]... Kau..."

"mungkin kita bisa berbagi. Lagipula bekalku terlalu banyak untuk perutku."


Oh tidak. Bayangkan saja [name] makan 2 porsi tiap makan di rumahnya.

Baru saja Atsumu bersiap untuk membuka mulutnya, saudaranya datang dan menyingkirkan wajah Atsumu dari hadapan [name] dengan telapak tangannya.


"[name], tak baik memberi makan setan. Wanita sepertimu harus jauh jauh darinya. Biar aku saja yang mengurusnya."

"hoi! Apa masalahmu?!"

"mencegah orang menodai seorang wanita dengan indirect kiss? Ya, itu benar."

"aku tak mungkin melakukan itu!"

"sudahlah, ini. Sushiku saja."

"tidak ma-... Hmph!-..."


Satu sushi berhasil menyumpal mulut Atsumu dan membuatnya terpaksa harus mengunyahnya walau dia tak ikhlas melakukannya.


"pedas! Apa yang gunakan untuk mencelakaiku kali ini, hah?!"

"wasabi."

"tapi kau memberikan wasabi ke seluruh permukan sushinya! Kau ingin membunuhku, ya?!"

"yup! Kau benar sekali."


Ginjima datang dan menutup telinga [name] yang sedang menyaksikan adu gulat secara live ini. Suna diam diam mengambil sushi milik Osamu yang tengah jambak jambakan dengan saudaranya.


"[name]! Berikan aku sushimu!"

"tidak! Jangan! Sudah kubilang dia hanya setan!"

"jaga ucapanmu!"


Suna akhirnya menarik Atsumu menjauh. [name] dan Ginjima pastinya tak mau diam saja dan pada akhirnya menarik Osamu.


"kita ini sedang makan siang atau melakukan praktek perang dunia ketiga, sih?!"

"lepaskan aku, Suna!"

"ketenangan makan siangku terganggu olehmu, kau tahu?!"

"ini semua karena Atsumu!"

"hah? Aku? Salahkan dirimu juga yang memulainya duluan dengan wasabi!"


Atsumu dengan santuynya membuka mulutnya, menunggu sushi [name] masuk ke mulutnya. Tapi kali ini Ginjima tak ingin kalah dan memberikan telur gulungnya pada [name] sebagai pengganti sushi yang diberikan pada Atsumu.


"modus!"

"apa yang kau maksud? [name] menyukai sushi yang dimakan olehmu dan itu yang terakhir. Aku hanya membagi sedikit bekalku sebagai pemggantinya."

"sama saja!"


[name] pasrah dan detik kemudian banyak sumpit juga onigiri yang terarah padanya. Bukan hanya Ginjima, tapi Osamu dan Suna juga ikut serta.


"sebagai pengganti sushimu yang dimakan oleh iblis."

"aku membawa banyak onigiri. Jadi mungkin kau mau."

"kau ingin telur gulungku lagi? Kita bisa berbagi."

"apa yang kalian lakukan?!"

"iblis diam saja."

"untuk mendoakan kepergian sushi [name] di dalam perutmu."


Tidak. Bukan karena itu. Mereka melakukannya karena ingin sushi [name] juga.

Friends Forever [Inarizaki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang