Bukannya menolak kehadiran sang hujan. Namun, Jaemin mengeluh karena hilangnya koneksi internet ditengah hujan deras seperti malam ini.
Padahal, ia sedang mencari informasi mengenai pemilik akun twitter dengan nama pengguna lunarants, ya siapa lagi jika bukan milik gadis yang meninggalkan kertas dengan polaroid di meja perpustakaan.
Jaemin terus menghela nafas, mengacak rambutnya yang memang sudah berantakan. Putus asa dengan koneksi internet yang menyebalkan.
Jaemin melempar asal ponsel pintarnya di atas kasur. Merasa kesal. Namun tak lama, Jaemin mengambil ponselnya kembali.
Teringat, jika cicilan ponselnya belum lunas.
Eum... Mengenai dari mana ia mendapatkan info akun twitter milik Luna, biar ia saja yang menceritakan.
Pada akhirnya, Jaemin bangkit dari kasur, berjalan menuju ruang tamu yang temaram. Hanya ada cahaya lampu kecil di sudut ruangan.
Beberapa ember berserakan akibat atap yang bocor. Ingat, Jaemin tak menduga jika hujan akan turun deras malam ini. Jadi, tak ada persiapan.
Ia menjatuhkan tubuhnya diatas sofa. Berharap agar hujan segera berhenti menjatuhkan dirinya pada bumi.
Jaemin kembali mengintip layar ponselnya berharap grafik sinyal pada layarnya akan bertambah.
Namun, hanya sebatang tersisa. Terkadang berubah menjadi tanda silang. Menyebalkan bukan?
Tiba-Tiba ia berdiri, berlari ke arah pintu dan mengambil payung berwarna hitam, lalu berlari keluar rumah.
Menggoyangkan pagar rumah milik tetangga seberang. Hingga seorang pria keluar, karena merasa terganggu dengan bunyi berisik yang Jaemin perbuat.
"Ngapain, woi?!"
"Mau numpang wifi!"
Tak lama pagar dibuka. Jaemin melipat payungnya. Dan masuk begitu saja. Membuat pria yang membukakan pintu menggelengkan kepala.
Jaemin sudah duduk santai di ruang tamu minimalis milik tetangganya. Tangannya terus mengutak-atik ponsel yang berada pada genggaman.
Namun, ia berdecak. "Bang Mark, password nya di ganti?"
Mark mendengus, tamu tak tahu diriㅡpikirnya.
"Iya. Kak Johnny yang ngubah." Pria dengan kacamata bulat itu kembali fokus pada buku komik di tangannya.
"Password nya apa?" Mark mengangkat bahunya, sungguh ia tak tahu menahu mengenai isi password wi-fi yang baru dirubah tadi pagi.
Salahkan sang Kakak yang lupa memberi info.
Tanpa disengaja, ekor matanya menangkap raut wajah pria yang lebih muda itu, putus asa?
Mark jadi iba.
"Pakai laptopku sana, pasti terhubung." Mark memberi solusi. Jaemin pun mengangguk samar. Kakinya melangkah menuju meja belajar milik pria kelahiran Bandung, tahun 1999 itu.
Baru saja Jaemin tersenyum karena berhasil mengakses laman Twitter. Tiba-tiba ruangan menjadi gelap gulita. Membuatnya terkejut sekaligus kecewa untuk kesekian kalinya.
"Sial, mati listrik." Mark menutup komiknya dengan kasar. Sedangkan Jaemin, hanya terdiam menatap layar laptop di hadapannya.
Begini banget nasibnya.
Pemuda yang lebih tua menghela nafas, berusaha berjalan menghampiri cahaya yang dipancarkan oleh layar laptop.
"Lho, buka Twitter? Kirain ada tugas."
Jaemin menoleh, lalu mengangguk samar.
"Lunarants? Woah, perempuan?! Sejak kapan kau peduli dengan perempuan, hah?"
Jaemin membuang nafas kasar. Mulai sudah jiwa menyebalkan yang dimiliki oleh si bule blasteran itu.
Kali ini Jaemin harus ekstra bersabar.
Yang harus dilakukannya adalah, menunggu hujan reda.
Ya, tapi itu tak akan sebentar. Mengingat hujan turun secara membabi-buta. Hingga menyebabkan pemadaman.
Pertanda, jika Jaemin tak perlu repot-repot menghubungi pemilik kertas itu.
Iya kan, semesta?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.