O7

92 15 1
                                    

"Hari Jum'at bakalan ada pameran seni. Kamu mau datang?"

Pesan singkat yang datang tiga hari yang lalu, masih membuat Jaemin termenung di meja belajarnya. Menatap ponselnya yang menampilkan foto profil milik Luna.

Semesta, tolong beri tahu Jaemin agar tak terlalu bersemangat. Kasihan, jantungnya jadi bekerja lebih keras.

Hingga ponsel itu berdering, menampilkan wajah Sanha yang sangat tengil. Mengganggu, katanya. "Apa?" sapa Jaemin dengan tak ramah.

"Nanti sore, aku sama Renjun mau ke rumahmu-"

"Gak bisa. Ada kesibukan."

"Oh, padahal mau ngajak ke pameran-"

Jaemin memutus panggilan sepihak. Kembali mengacak rambutnya.

Pameran.

Kenapa sih, satu kata itu bikin hati Jaemin gonjang-ganjing tak karuan?

Jaemin mengusap wajahnya kasar. Ia tidak bisa menahan rasa aneh yang hadir dalam tubuhnya.

Ini kali pertama Jaemin pergi keluar dengan seorang gadis. Apalagi, dengan gadis yang ia kagumi.

Iya, Jaemin hanya kagum pada Luna.

Nggak tahu besok.

Nggak tahu besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul lima sore.

Dengan segala deru dalam dada. Jaemin memantapkan hati. Mengayuh sepedanya menuju alun-alun kota.

Mereka akan bertemu di sana. Lagi.

Semesta nampaknya mendukung, dengan memberikan suasana sejuk juga kungkungan jingga dan lembayungnya yang indah.

Rambut Jaemin dibawa bermain dengan sang angin. Menampilkan dahinya yang berpeluh.

Tenang sesaat.

Sudah lama, sejak terakhir kali ia menaiki sepedanya dengan tenang dan tak terburu-buru.

Menikmati keindahan suasana sore hari begini, bebannya terasa hilang terbawa dengan sang angin.

Lunar.

Satu nama terlintas begitu saja. Membuat jantungnya kembali berdegup kencang. Sedikit membuat kepala pening.

Hingga tak terasa, ia pun tiba.

Alun-alun kota, pameran seni, dan Luna.

"Jaemin!"

"Luna!"

Kali ini, keduanya saling mengenal.

Kali ini, keduanya tak sedang dirundung hujan.

Kali ini, keduanya akan berjalan beriringan.

Semesta mengatur segalanya dengan baik. Seolah menciptakan suasana hangat di antara dua orang yang tak lagi asing. Sesekali, Luna melontarkan candaan yang hanya Jaemin tanggapi dengan sebuah senyuman.

"Jaemin. Kamu nggak risih diliatin cewek-cewek begitu?" Luna yang sadar jika mereka menjadi pusat perhatian beberapa gadis pun menoleh ke arah Jaemin.

Membuat pria itu gelagapan sendiri. Seakan takut ketahuan jika ia menatap Luna sejak tadi.

"A-ah, sudah biasa." Luna menggelengkan kepalanya sembari terkekeh. "Kamu percaya diri banget, ya?" Jaemin berhenti melangkah. Membuat Luna juga menghentikan langkahnya, dan berbalik.

"Bukan begitu." Luna menarik kedua sudut bibirnya. Membuat kedua matanya menyipit setelah mendengar reaksi Jaemin.

"Iya, aku ngerti. Ayo beli tiket!" Luna menarik lengan Jaemin. Membuat keduanya berlari bersama. Menghadirkan rasa anomali sepihak.

Ragu.

Si Allandra ini ragu akan rasa yang ia anggap sekedar kagum.

"Luna," Luna menoleh, setelah ia membeli dua tiket untuk mereka masuk. "Ya?"

"Saya boleh tahu tentang Hyunjin?" tanya Jaemin dengan ragu. Namun, Luna mengangguk tanpa ragu.

Membuat pria dengan hoodie putih itu terkejut. Ia berpikir jika Luna akan marah atau menganggapnya terlalu ikut campur.

"Pasti kamu penasaran sama orang yang fotonya aja bisa bikin aku nangis." ucapnya. Sebelum berlari ke arah stand fotografi di depannya. Meninggalkan Jaemin yang masih terdiam.

Bukan itu tujuan utama dari si Allandra ini, Luna.

Bukan itu tujuan utama dari si Allandra ini, Luna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

wah, ada yang berdebu. apa itu? work ini.

hai, hehe.

Sejagat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang