Ziyah (28)

3 1 0
                                    

Saat mereka menunggu selesainya oprasi ziyah, seseorang berlari ke arah mereka dengan wajah cemas.
Bobby dan raffi yang sadar akan kedatangan pria itu, mereka langsung mencegah ia melanjutkan langkahnya.

"Lo ngapain disini? Huh?!" ucap bobby penuh penekanan

"Gue disini mau tau kedaan cewek gue" sahut nathan dengan melepaskan cekalan bobby dan raffi

Ia kemudian berjalan ke pintu ruang oprasi ziyah, gibran yang sadar akan itu pun mendongakkan kepalanya menatap pria itu.

"Cewek lo bilang? Setelah lo ngeduain dia, lo bilang ziyah cewek lo?" ucap gibran dengan seringai jahatnya. Nathan pun berjalan ke arah gibran yang sedang duduk, dan menatap gibran lekat lekat.

"Perlu lo tau, gue sama sekali ngak pernah bilang putus ke ziyah" katanya penuh penekanan menatap gibran.

Gibran pun berdiri daei tempat duduknya, menyakukan tangannya di celana jeans yang ia kenakan.

"Gimana kalo ziyah tau ternyata cowok yang selama ini menjadi alasan hidupnya malah ngehianatin dia di belakang" ujar gibran, dan nathan masih terdiam membisu.

"Lo udah sia siain ziyah, mending lo pergi dari sini sekarang juga!" ucap alvin penuh penekanan dan menunjuk ke arah dimana jalan pulang untuk nathan.

"Jadi lo ngehianatin ziyah nath? Gue ngak nyangka sama lo, harusnya lo jaga ziyah karena ziyah udah milih lo. Dan yang harus lo tau, kalo ziyah sudah nyaman dengan pria lain. Dia akan menganggap kalo dia bersama dengan almarhum papinya, tapi lo malah ngehianatin dia" kini rama yang angkat suara dengan menatap nathan lekat lekat.

Tanpa mereka sadari, lampu opraai sudah mati. Itu pertanda jika opraai yang dilakukan sudah selesai, saat pintu ruang oprasi terbuka keenam pria itu melihat langsung keadaan ziyah yang memejamkan mata dengan memakai pakaian rumah sakit. Mereka terus mengikuti kemana suster akan membawa brankar ziyah berhenti, hingga akhirnya mereka diminta untuk menunggu diluar karena ziyah di tempatkan di ruang icu.

Setelah suster dan dokter menutup tirai ruangan icu, beberapa menit kemudian dokter sanaya keluar untuk menemui pria yang sedari tadi menunggu ziyah. Dokter sanaya melepas masker dan sarung tangannya, lalu berjalan ke arah mereka berenam.

"Pencangkokan tumor ziyah berhasil dan berjalan dengan lancar" ucap dokter sanaya dengan senyuman

Keenam pria yang awalnya memasang wajah tegang, mereka akhirnya bernafas lega setelah mendengar kabar dari dokter sanaya.
Mereka mendekatkan diri mereka ke kaca ruang icu untuk melihat keadaan ziyah

"Apa kita boleh masuk ke dalam dok?" tanya alvin sambil berjalan ke arah dokter sanaya

"Bisa, tapi maksimal 2 orang. Kalian bisa di bantu dengan suster anis" ucap dokter sanaya, lalu ia berlalu dari hadapan mereka semua.

Suster anis pun membawa mereka ke ruang ganti untuk memakai baju hijau dari rumah sakit, pertama yang akan masuk adalah gibran dan alvin. Mereka masuk ke ruang icu untuk melihat keadaan ziyah, mereka berjalan ke kursi yang sudah tersedia di kedua sisi ranjang rumah sakit ziyah.

Gibran mengaitkan jari jarinya kepada tangan kiri ziyah yang pucat dan dingin, lalu menatap ziyah nanar.

"Lo pasti ngak tau apa yang terjadi sekarang zi, cowok yang selama ini lo banggain. Dia udah ngehianatin lo" ucap gibran di balik masker, namun tak ada jawaban dari ziyah. Melainkan hanya terdengar bunyi dari computer yang mengontrol keadaan ziyah

"Lo cepet baikan zi, gue bakal selalu ada buat lo, dan gue janji bakal satu apartemen sama lo" tambahnya tak sadar bulir bening di ujung matanya menetes. Ia menundukkan wajahnya di tangan ziyah, dan berusaha tegar menerima kenyataan.

Z I Y A H .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang