Chapter~8

23 4 1
                                    

Selamat Membaca💙
Maaf kalau banyak typo😚

🌸

"ngapain sih lo balik lagi?" Gerutu Bima yang baru saja menangkap pemandangan Manusia cantik di depannya ,yaitu Zasya.

Gadis itu tak menanggapi Bima dan melewati Bima begitu saja. Gadis itu langsung mengambil tempat untuk duduk sofa merah tua yang bersandar manis di dekat tembok putih ruang inap itu.

Setelah menghempas kan tubuhnya di sofa itu, barulah Zasya menatap cowok menyebalkan yang sedang duduk dengan tangan dilipat didepan dada.

"Lo udah ngabarin keluarga lo?" Tanya gadis itu.

Seketika Bima diam di tempat,
"Keluarga?" tanyanya. Dan dihadiahi anggukan dari Zasya.

"Gue..gu..gue.." Bima terbata-bata dalam ucapannya.

"Lo apa?" gadis itu kini menyelidik menarik kursi pelastik yang bertengger manis di sofa empuk merah tua itu agar bisa duduk lebih dekat dengan Bima, gadis itu kini tampak bersemangat ingin mendengarkan perkataan bima.

Namun baru saja gadis itu mendaratkan duduknya di kursi itu na bima merebahkan kembali tubuhnya ke kasurnya menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.

"Lo ngga perlu tau" Katanya seketika membelakangi Zasya.

Zasya mengerucutkan bibirnya, Bima benar-benar menyebalkan, Bima si es batu.

Sempat hening, Zasya kembali membuka suara.

"Sebenarnya, gue bukan ga mau pulang.., Tapi gue ga bisa pulang hari ini"

Gadis itu mulai bercerita tentang nya , namun Bima masih tak menjawab, Masih berbaring membelakangi Zasya. Sebenarnya di balik selimut Bima masih mendengarkan perkataan Zasya, Ia hanya malas untuk menanggapi.

"Hari ini gue ngelakuin hal yang belum pernah gue lakuin, Gue ngelawan sama orang tua gue"
Gadis itu kini terkekeh karena ceritanya sendiri.

"Durhaka lo!"

Gadis itu tersentak tiba-tiba Bima mengeluarkan suara di balik selimut tebal berbahan sutra itu.

" Durhaka? Hahah, lo pernah denger ga kisah orang tua yang durhaka ke anaknya?" Zasya spontan saja mengucapkan kalimat itu.

Bima mengibaskan selimut yang menutupi wajahnya, hingga wajah dengan mata coklat pekat yang menyipit saat tersenyum.

Bima tak mengubah posisinya membelakangi Zasya.

"Lo bego ya, mana ada yg namanya Orang tua durhaka sama anaknya, Cuci tuh otak lo" ujar Bima.

Zasya mengerucutkan bibirnya, emang kata-kata Bima tak ada yang menyenangkan hatinya, semuanya menohok.

Drrt..drrtt..

Benda pipih yang sedari tadi diabaikan di atas meja di samping ranjang Bima bergetar, bertanda panggilan Masuk. Bima meraih benda pipih itu, dan muncul sebuah title kontak Bi Yanni. Bima buru-buru menjawab telepon itu dan menempelkan layar menyala itu ke telinganya.

"Astagfirullah den bima..den bima dimana, kok jam segini belum pulang?"

Bima sedikit menjauhkan Hp Itu dari telinga nya, Karna Yanni berbicara di seberang sana dengan nada nyaris berteriak.

"Bibi kebiasaan nih, Assalamualaikum dulu bik" Jawab bima

"Eh..den bima mah, Assalamualaikum den, den bima teh dimana?"

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang