#23 - Truth or Dare

195 21 4
                                    

Ten kembali ke balkon dengan membawa dua cangkir coklat panas. Taeyong berdiri dengan berpangku tangan di pagar pembatas. Ten menyelipkan cangkir coklat miliknya di tangan. 

"Orang bilang coklat bisa membuat perasaan menjadi lebih baik." ucap Ten. Taeyong menerima cangkir itu sambil tersenyum tipis. 

"Terima kasih." ucapnya. Keduanya sama-sama menatap lurus pada pemandangan perumahan yang mereka lihat hampir setiap hari. Ten menyeruput minumannya perlahan. Rasa manis dan sensasi hangat itu mengalir dari lidah ke tenggorokan Ten. Ten mengecap bibirnya tanpa suara. Ia penasaran apakah Taeyong juga merasakan sensasi yang sama? 

Ten pun menoleh ia mendapati Taeyong masih menempelkan bibirnya di cangkir bergambar kucing itu. Ten menunggu reaksi Taeyong. Tetapi, ketika Taeyong menjauhkan bibirnya dari gelas itu, fokus Ten justru bukan pada reaksi Taeyong. Melainkan pada bibir merah muda milik Taeyong. Ia menatap intens bibir tersebut. 

Saat Taeyong menjilat bagian atas bibirnya untuk membersihkan sisa coklat, entah kenapa Ten merasa tubuhnya sedikit panas. "Ten?" Ten seketika tersentak. Ia menggelengkan kepalanya. Dalam hati ia mengutuk dirinya sendiri karena sudah memikirkan hal yang tidak-tidak. Padahal Taeyong sedang butuh dihibur. 

"Y-Ya?" jawabnya gugup. 

"Bagaimana rasanya punya ibu yang menyayangimu?" tanya Taeyong. Ten menghela napas pelan. Ia lalu berbalik dan menyenderkan punggungnya pada pagar pembatas. 

"Ayah dan ibu berpisah waktu kami berusia 12 tahun, Oppa lebih dekat dengan ibu sementara aku lebih dekat dengan ayah, jadi aku tidak punya banyak kenangan dengannya," Ten mengangkat kepalanya. Langit gelap mulai menampakan bintang-bintangnya. "Yang aku ingat dia sangat penyayang, dia juga tidak pernah membedakan anak perempuan dengan anak laki-laki, dia memastikan aku dan oppa tidak pernah kekurangan apapun, tetapi takdir siapa yang tahu, sekarang dia sudah menjadi salah satu bintang-bintang yang ada di sana." Kata Ten menunjuk langit. 

Taeyong ikut menatap langit. "Ibuku juga seorang bintang, tapi jaraknya terlalu dekat sehingga membuatku silau," ucap Taeyong. Ten menoleh. "Sebenarnya bukan salahnya, bukan salah ayahku, bukan juga salahku, keadaan yang memaksanya untuk menikah dengan pria yang lebih tua 20 tahun dan tidak dicintainya," 

"Lalu, di puncak kejayaannya dia harus menghadapi ketakutan terbesarnya, memiliki anak." kata Taeyong menoleh pada Ten. Ten bisa melihat begitu banyak luka dan kekecewaan dari tatapan matanya itu. "Dia menyalahkanku atas semua kegagalannya, dia bilang aku ini anak pembawa sial, merepotkan, dan tidak berguna," 

"Mau seberapa banyak pun aku mengemis cintanya, aku sadar dia tidak akan pernah menganggapku seumur hidupnya, karena dia aku tidak percaya dengan yang namanya cinta," Ten menunduk menghindari tatapannya. "Kemudian sekarang entah apa yang dipikirkannya, dia tiba-tiba dia mengaku sebagai ibuku, padahal aku sudah lama menganggapnya mati, kupikir aku mungkin akan mendapatkan apa yang aku impikan selama 24 tahun ini. Tapi ternyata... dia menggunakanku untuk mendapatkan perhatian dari orang-orang lagi, dia hanya memanfaatkanku." Suara Taeyong mengecil di akhir kalimatnya. Ten bisa merasakan getaran dari ucapannya. Ten pun menaruh gelasnya dan mendekati punggung Taeyong. Taeyong menatap lantai bawah dengan sendu. 

Tanpa bicara Ten menyenderkan tubuhnya di punggung Taeyong dan melingkarkan tangannya di pinggang Taeyong. Taeyong menyentuh tangannya dan berbalik untuk kembali mendekapnya. Taeyong senang memeluk gadis ini. Tubuhnya pas dalam pelukannya. Wanginya tidak menyengat seperti gadis-gadis kebanyakan. Yang jelas dengan memeluk Ten, Taeyong merasa semua beban yang ia miliki hilang begitu saja. 

. . .

Akhir minggu pertama bulan ini jadwal mereka dikosongkan. Meskipun sudah mendapat waktu luang tidak ada satupun yang berniat untuk pergi keluar. Mereka justru berkumpul di rumah dengan kegiatan mereka masing-masing. Taeyong asik bermain game dengan nintendonya, Jaehyun sedang sibuk membaca novel, sementara Ten menikmati drama korea favoritnya yang sudah tertinggal beberapa episode. 

You're Too BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang