bagian tiga

24 8 2
                                    

"Gio?"

Gio berjalan mempersempit jarak antara dirinya dan Risma. Saat jarak keduanya hanya tiga langkah, dia mengusap kepala Risma gemas dengan senyum manis diwajahnya.

"baru pulang?" tanya Gio.

Risma mengangguk.

"sama siapa?"

"gojek"

"Vindy kok nggak antar kamu?"

"aku yang nggak mau. kamu ngapain ke rumah aku?"

"mau kasih ini"

Gio menyodorkan sebuah paper bag berwarna biru muda. Risma pun meraih paper bag itu lalu melihat isi di dalamnya. Isinya sebuah hoodie berwarna baby blue dengan tulisan 'confident' ditengahnya.

hm, hoodie lagi. Batin Risma.

"kan aku udah bilang jangan beli lagi"

"kali ini jangan di kasih ke Rumi, ya?"

Risma mengangguk terpaksa, "makasih" ucapnya.

"maaf ya, Ris?"

"hm? soal apa?"

"soal tadi pagi"

"oh, nggak apa-apa kok. aku pikir kamu yang marah"

Gio terkekeh, "sedikit kesal, tapi sekarang udah nggak"

"eh, kok kamu nggak masuk?"

"nggak ada orang kayanya. aku pulang ya?"

"nggak mau mampir?"

Gio menggeleng, "aku pulang dulu ya, Risma" lagi-lagi Gio mengusap puncak kepala Risma.

Risma mengangguk lalu melambaikan tangannya seiring dengan menghilangnya Gio dari pekarangan rumahnya. Risma segera masuk ke dalam rumah, dan benar saja rumah ini kosong. Pamannya memang masih di luar kota karena urusan pekerjaan, tante Mira mungkin sedang pergi arisan, Rumi? Ah, cewek itu sangat jarang dirumah. Biasanya, Rumi pergi bersama pacarnya diam-diam tanpa sepengetahuan tante Mira.

Saat melintas di depan dapur, dapat Risma lihat tumpukam piring, gelas, dan alat makan lainnya di wastafel. Harusnya hari ini adalah giliran Rumi mencuci piring, tapi gadis itu memang gemar memberikan tugasnya kepada Risma dengan alasan karena Risma hanya menumpang di rumah ini, dialah yang seharusnya mengerjakan tugas rumah bukan Rumi.

Risma segera mengganti pakaiannya dengan kaos dan celana biasa, lalu memulai kegiatan bersih-bersih rumahnya. Setiap kali Risma ingin marah dengan perlakuan semena-mena Rumi, dia selalu ingat bahwa posisinya dirumah ini hanya menumpang, dia membenarkan pendapat Rumi bahwa dirinyalah yang harus mengerjakan pekerjaan rumah, sebagai tanda terimakasih karena telah diterima dirumah ini.

Sejak ayahnya meninggal tiga tahun lalu, Pamannya, Surya lah yang merawat Risma. Walau tante Mira dan Rumi tidak menyukai Risma, tapi karena janjinya dengan almarhum kakaknya, Paman Surya tetap merawat Risma dengan ikhlas dan memastikan Risma hidup dengan baik.

Ibu Risma? Oh, wanita itu. Risma pun tidak tau dimana keberadaannya. Yang Risma tau, ibunya menikah lagi dan pindah ke kota lain yang Risma tidak tau dimana. Risma juga tidak pernah repot-repot mencari ibunya.

***

Hari sudah malam, setelah menunaikan shalat maghrib dan makan malam, Risma segera masuk ke kamarnya untuk belajar. Saat masuk ke dalam kamar, tatapan Rumi yang tak lepas dari Risma membuat dirinya risih. Risma pun menatap balik.

"kenapa? ada yang salah?" tanya Risma.

"gue lagi nungguin omelan lo"

Risma mengerutkan keningnya, "maksudnya?"

"biasanya kalau gue nggak nyelesain pekerjaan gue, lo pasti omelin gue kan? kenapa sekarang nggak?"

"karena nggak perlu" jawab Risma enteng.

"kenapa gitu?"

"cuma buang buang waktu gue aja. toh, lo nggak pernah berubah juga kan? manusia emang gitu, susah dirubah"

Rumi terdiam.

Setelah mengatakan kalimat itu, Risma segera duduk manis di meja belajarnya. Tapi, deringan ponsel tanda pesan masuk mengusik telinganya. Dia pun meraih ponselnya di atas nakas tempat tidur.

+6285867*****90

ris, ini gue
fano
save ya

Risma membulatkan matanya, darimana Fano mendapat nomornya? Di chat seperti ini oleh orang yang dia sukai adalah suatu kesenangan tersendiri untuknya. Risma senyum-senyum tidak jelas sembari membaca kembali pesan dari Fano. Dia segera menyimpan kontak Fano lalu membalas pesannya.

Fano🥰

udah di save, no

nggak belajar ris, buat besok?

oh, ini lagi belajar no. lo sendiri?

gue baru selesai nih

Obrolan via chat mereka pun berlanjut. Hal itu tentu saja membuat Risma merasa senang, tak henti-hentinya ia tersenyum membaca pesan yang dikirimkan oleh Fano. Hingga dia melupakan niat untuk belajar malam ini, padahal besok ada ulangan kimia. Dan dia masih belum paham dengan materinya, memang orang yang sedang jatuh cinta bisa segila ini.

***

TBC

Jumat, 31 Juli 2020

Happy eid adha semuanya🙏

G A P A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang