Setelah obrolan via chat malam itu, hubungan Risma dan Fano semakin dekat. Mereka sering mengobrol bersama, berbagi makanan, berbagi jawaban saat mengerjakan ulangan harian, bahkan keduanya pernah pergi ke kantin bersama. Hal ini selalu berlanjut hingga menimbulkan kecurigaan dalam hati Nara. Melihat orang yang selama ini menyukainya malah terlihat lebih dekat dengan yang lain. Fano nya tak biasa seperti ini. Dan Nara mulai bosan, ini sudah ketiga kalinya dia melihat Fano datang ke kantin bersama dengan cewek bernama Risma itu. Cewek yang juga teman satu ekskul dance nya.
Nara ingin sekali bertanya, tapi dia urungkan. Nanti saja, saat Fano mengantarnya pulang dia akan meminta penjelasan pada Fano. Nara memilih duduk bersama kedua temannya, Zahra dan Diva di tengah kantin. Dia tidak fokus mendengarkan cerita kedua temannya, matanya terus tertuju ke tempat dimana Risma dan Fano duduk berdua. Menyantap makanan sambil mengobrol, mereka terlihat senang karena beberapa kali tertawa bersama hingga Fano terbatuk-batuk dan Risma memberikan air minum padanya. Menyebalkan. Dia benci melihat kedekatan dua orang itu.
"lo ikut kan, Ra?" tanya Zahra.
Nara bergeming. Matanya menyiratkan kebencian menatap dua sejoli di kiri depan matanya.
Zahra yang merasa tak di respon pun segera menggoyang goyangkan bahu Nara.
"Ra! lo dengar kan gue ngomong apa?" tanyanya sekali lagi.
Berhasil. Nara mengerjap, kemudian menatap kedua sahabatnya yang kini menatap dirinya juga dengan tatapan kesal. Setelah sadar akan situasinya, Nara pun menjawab.
"ah, ya? apa tadi?" tanyanya kebingungan.
Mendengar itu, Zahra dan Diva tau cewek itu memang tidak mendengarkan sedari tadi mereka bercerita.
"lo kenapa, Ra? sakit?" Diva yang melihat sahabatnya itu sedikit aneh hari ini pun mulai khawatir kalau-kalau Nara sedang tidak enak badan.
"nggak apa-apa. tadi bilang apa, Zah?" Nara mengalihkan pembicaraan, kentara sekali dia tidak ingin menjawab pertanyaan Diva.
"lo ikut kan, malam ini ke pesta ulangtahun nya Zico?"
Nara mengangguk, "ya, ikut."
"beli kado, yuk?" tanya Diva.
"gue sih, oke. lo gimana, Ra?"
"gue nggak bisa, ada yang mau gue omongin sama Fano. penting."
"lah, masa lo nggak kasih apa-apa ke Zico?"
"nanti gue beli waktu mau berangkat ke acaranya aja"
Zahra dan Diva saling menatap. Tak lama, penjaga kantin mengantarkan tiga piring nasi goreng dan tiga gelas es teh ke meja mereka bertiga. Ketiganya pun menyantap makanan dengan hikmat.
***
Risma baru habis buang air kecil. Saat ingin mencuci tangannya di wastafel, tatapan matanya bertemu dengan netra Nara. Gadis itu menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan. Tapi, akhirnya dia tersenyum.
"hai, Risma" sapanya ramah.
"eh, hai Nara" jawab Risma kikuk.
Dia pun segera menghidupkan keran dan mulai mencuci tangannya.
"gue boleh tanya sesuatu?" tanya Nara.
Risma mematikan keran lalu menghadap ke arah Nara. Keduanya kini dalam posisi berhadapan.
"lo ada hubungan apa sama Fano?" niat awalnya ingin bertanya langsung pada Fano seketika luruh saat melihat Risma. Dia ingin mendengar langsung penuturan dari cewek itu.
"teman" jawab Risma singkat.
"teman tapi punya perasaan?" ledek Nara.
Risma mengernyitkan dahinya, "maksud lo?"
"mana ada teman yang pergi ke kantin berdua udah kaya pasangan" Nara masih berbicara dengan nada lembut, walau dirinya ingin sekali menggertak gadis di depannya ini.
Risma terdiam. Cukup lama. Tampak berpikir. Hingga akhirnya dia menjawab, "lo cemburu?" tanyanya dengan tatapan menyelidik.
Skakmat. Mati-matian Nara mencoba agar kecemburuannya tidak terlihat, ternyata gadis itu tak pandai berbohong.
Nara tersenyum, "lo tau kan Fano sukanya sama gue?"
"nggak tau"
"sekarang gue kasih tau. Fano itu cinta mati sama gue. jadi kalau lo berharap dia mau sama lo, mundur aja deh. lo udah pasti gagal"
"kenapa? lo takut saingan sama gue?"
Nara terkekeh, meledek Risma. "gue cuma nggak mau lo sakit hati nantinya. Fano emang gitu, baik sama semua cewek. jangan baper. dan satu lagi, lo bukan saingan gue, Ris. terlalu rendah" setelah mengatakan itu, Nara berbalik dan menghilang dari pintu toilet meninggalkan Risma yang terdiam mematung.
Walaupun Risma mencoba sekuat tenaga untuk tidak memikirkan ucapan Nara, tetap saja dia kepikiran. Benarkah Fano tidak akan menyukainya karena di hatinya hanya ada Nara? Belum lagi, kedekatan keduanya sudah sangat lama. Bahkan banyak murid yang mengatakan mereka sangat cocok jika berpacaran. Nara yang cantik, dan Fano yang ganteng. Perpaduan yang pas sehingga Risma pun tak dapat memungkiri dua orang itu memang sangat cocok. Di bandingkan Nara, tentu dirinya kalah jauh dari cewek itu. Risma tidak secantik, sepintar, dan seramah Nara. Mana mungkin dia cocok menjadi pasangan Fano?
Sedangkan Nara, dirinya merasa puas, emosinya sejak beberapa hari yang lalu dapat tercurahkan sekarang. Dia memang takut Fano berpaling dari dirinya, walaupun dia sendiri tidak pernah memberikan jawaban pasti untuk Fano. Dia menyukai Fano, hanya saja dia tidak mau mengubah status mereka menjadi pacar. Karena, saat putus nanti dia mungkin tidak bisa berbicara santai dengan Fano seperti saat mereka menjadi teman.
***
Jum'at, 14 Agustus 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
G A P A I
Novela Juvenilsepenggal kisah tentang aku yang tak bisa menggapaimu. cr: pinterest