Pagi cerah yang menyenangkan, langit biru tanpa awan bak hamparan laut jernih tak terlalu dalam. Burung berkicau menyanyikan lagu pagi hari, menambah khidmatnya keceriaan pagi. Banyak orang bersua kemudian saling bersapa, terlibat beberapa bincang tentang kabar semalam dan pagi ini. Pagi yang cerah.
Namun pagi yang mendung adalah favoritku. Ketika burung tak bercuit mengganggu, awan kelabu menggantung di langit, entah kapan akan tumpah. Angin berhembus menusuk tulang menambah khidmatnya tenang dan diam, tak lupa minuman hangat menemani, itulah waktu yang paling kusukai. Memang kelam terasanya, namun memang semua suasana itu adalah aku.Meski tetap saja, aku adalah aku. Seorang pelengkap yang semua bisa nyaman tanpa hadirku. Aku adalah aku, yang sering kali menjadi bulan-bulanan diriku. Aku adalah aku, yang terlalu banyak hanya menjadi pengamat sekitar, tanpa mau melibatkan berbagai kepedulian sosial pada diriku. Ya memang benar, ini semua hanya tentang diriku. Dan dengan diriku ini, aku ingin berbagi macam-macam moral yang aku dan diriku lewati, sungguh hanya melewatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CerPen(g)
Historical FictionInilah hidup Berjalan dengan adanya henti Tanpa peduli apa yang mengisi Dan tak satupun mungkin kembali Kecuali yang memang mau kembali