Di Motor

38 4 0
                                    

Malam hari di Plaza Mal Cibubur, adzan isya sudah lewat sekitar 30 menit yang lalu. Awan kelabu menggantung di langit, entah kapan akan turun. Pengunjung datang dan pergi meninggalkan musholla.

"Ram? Udah jam segini balik kaga?"

"Ya udah, kuy" jawab Rama setelah selesai memakai sepatu.

Lanjut melangkah menuju eskalator, kemudian turun dua lantai. Keluar dari lobby mall, berjalan menuju parkiran. Rama mengeluarkan kunci motor dari sakunya.

"Berapa parkir bang?"

"Empat ribu mas" kata abang kang parkir menarik mundur motor.

Kuberikan sejumlah uang kepada abang kang parkir. Aku duduk dibelakang Rama yang menyetir, kemudian Rama langsung menarik gas pelan.

"Rif, mau gua ceritain ga kisah gua dapetin Resa?" Tanya Rama.

"Sok cerita"

Dan dimulailah pengulangan sejarah. Sembari mendengarkan, aku memperhatikan sekeliling yang masih ramai oleh aktivitas banyak manusia. Haha, gelakku dalam hati, terlintas masa lalu di jalan ini. Dan benar saja ceritanya Rama kurang terdengar olehku, suaranya jelas kalah dengan angin malam yang saat itu lumayan kencang bertiup, ditambah sedang mengendarai motor.

"Isi bensin dulu euy! Sisa sebatang nih" seru Rama.

Dan berakhirlah sejarah panjang bapak dan ibu negara RIA--- sekarang menjadi Pungut Empire.

"Beneran lu tulis di Wattpad tuh?" Tanyaku.

"Iyaa. Dari dulu kan gua suka tulis tulis ga jelas tuh di sekolah, nah temen kelas gua ada yang saran, 'buat tulisan di Wattpad ae gih, kan banyak tuh penulis terkenal yang mulai nya dari Wattpad', jadi gua tulis ae dah sejarah perjuangan gua dapetin Resa dulu.

"Lu ga punya pacar apa Rif?" Sambung Rama.

"Hahaha, lu nanya gua? Orang yang mukanya kek tapir gini.

"Hehe, belum ada Ram" seringai ku.

"Eh iya ya, jelas gua lah yang ganteng. Kan udah punya pacar, hehe" sombong Rama.

"Ibab kau.

"Tapi gua ada cerita nih. Jadi sepanjang jalan yang kita lewatin ini nih, ada ceritanya"

"Pertamaxnya dua puluh mba" sahut Rama kepada petugas pom bensin.

"Cerita apaan? Terimakasih ya mba, ayo Rif naik" sambungnya.

Berlanjut kembali perjalanan dan pengulangan sejarah di atas motor.

"Dulu waktu gua SMP, gua suka sama wanita yang jadi teman baik gua.

"Waktu itu gua kelas 7, gua punya temen semeja---kalo sebangku mah sempit, namanya Nabil. Dibelakang meja gua dan Nabil, ada Witri dan Meta.

"Kita berempat gua anggap jadi teman baik, setiap di sekolah kita berempat kemana-mana sering bareng--- kecuali ke kamar mandi. Sampailah naik kelas 8, si Nabil pindah sekolah, si Meta jadi beda kelas dan jadi jarang bareng lagi, tinggal gua sama Witri yang masih bareng. Waktu itu gua sama Witri masuk di kelas 8-1, tapi ga duduk semeja.

"Dan di dalam pertemanan baik gua bertambah satu orang. Faris namanya, temen kelas gua juga dari kelas 7--- tapi kurang deket.

"Witri emang dasarnya orang baik--- yaa meski yang punya hati pasti baik. Dia juga orang yang polos, satu hal yang lucu, waktu itu dia pernah nonton drakor dikelas, tiba-tiba dia nangis, gua tanya dah, 'kenapa wi?', 'ini bapaknya dia meninggal.', 'oalah kirain apaan.' Itulah witri dengan kepolosannya.

"Satu ketika gua jadi OSIS di SMP gua, dan ada kesepakatan bikin jas almamater OSIS. Hal yang sudah jadi tradisi dari waktu ke waktu. Dan tradisi yang baru gua kenal ini jadi kendala buat gua.
Karena waktu itu ekonomi keluarga gua masih kurang, dan gua jadi bingung mau bilang ke ortu soal jas almamater ini. Nah entah gimana caranya si Witri tau keadaan gua, terus dia dengan segala kerendahan hatinya, ringan tangan ngebantu gua melunasi biaya pembuatan almamater OSIS, tanpa minta diganti sedikitpun. Gua tau si Witri bayarin biaya jas almamater itu dari orang lain, bukan dia sendiri yang bilang, padahal kalo dia mau pamer kan bisa ya, tapi ini nggak cuy.

"Witri adalah perempuan yang polos bahkan taat dalam syarat agama, ga mau sama sekali disentuh laki-laki. Pernah si ocot ga sengaja nyentuh pergelangan tangan witri--- kesenggol kayaknya mah---, langsung lah witrinya beristighfar. Kemungkinan yang paling masuk akal, Witri kaget sama si ocot.

"Tapi ada hal yang buat gua ga ngerti."

"Pelajaran Al Jabar kan." Celetuk Rama.

"Naah, ga salah tapi bukan itu cuy."

"Sebelumnya gua kenalin dulu, Faris namanya, teman baik gua. Gua dan Faris udah sekelas dari kelas 7 sampai 9. Faris adalah laki-laki baik, orang yang jadi saingan gua. Dan kejadiannya itu dikelas, waktu istirihat, anak kelas mah masih suka banget main lari-larian, termasuk si Faris, pas Faris berhenti sebentar dari kejar-kejaran dan mau lanjut main lagi, tiba-tiba jari tangannya Faris sedikit kegores paku, dengan tiba-tiba Witri langsung megang tangannya Faris buat ngecek ada luka apa tidak.

"Hal yang mengejutkan dan buat gua heran. Juga tiba-tiba ada rasa sesak di dada gua. Gua waktu itu tau maksud dari rasa itu apa, soalnya gua udah mengakui--- ke diri sendiri, bahwa memang gua suka sama Witri.

"Yaa, gua suka sama Witri waktu itu!"

CerPen(g)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang