Jam di handphone sudah menunjukkan pukul 23.40 WIB. Entah sudah berapa kali gelas kembali diisi oleh kopi, teman setia bersama malam yang menyelimuti bumi dengan segala macam tenangnya, sunyinya, sepinya, serta misteri dibaliknya yang ikut mengisi perjalanan hidup ini.
Lagu di radio ikut menambah nyanyian malam yang khas, dedaunan bergemerisik disetiap dahan pohon yang bergoyang tertiup angin malam.***
Warkop Pak Kus semakin sepi pengunjung, satu persatu kembali ke rumahnya masing-masing, hingga menyisakan aku dan Rama yang duduk dibangku kecil dengan meja bundar, bersisian dengan meja yang ditempati oleh Bang Kep, Kang Cep dan Pak Kus, sengaja memisahkan diri untuk menikmati malam. Bu Kus sedang merebahkan dirinya didalam warung.
"Oiya rif, tanggal 15 Februari nanti kita jadi dateng ke acara anniv angkatan lu dulu di akademi?" Pertanyaan Rama memecah lamunanku memandang tenang langit dengan bintang bertaburan malam ini.
"Eh, jadilah masa ngga. Kan gua mau ketemu 'dia', menyelesaikan apa yang gua mulai semasa di akademi." Jawabku dengan nada so'.
Jika, ada satu kalimat yang benar-benar bisa melukiskan semuanya, ku harap dapat ku tuliskan disini. Karena memang benar-benar akan menjadi cerita yang sangat panjang jika semua ditulis disini. Maka dari itu, paling tidak ku tuliskan saja bagaimana bisa aku bertemu dengannya, hingga aku termakan olehnya.
***
Cerita ini berlangsung di tahun ke-17 hidupku. Usia dimana insan muda penuh dengan impian, harapan, dan rasa yang menggebu-gebu. Sungguh, masa yang produktif untuk mulai berjalan menuju semua mimpi. Tapi, bagaimana denganku? Entah, saat ini pun aku lupa dengan apa yang kuimpikan waktu itu.
Waktu itu, Aku hanya asyik duduk di ranjang kasur membaca novel, padahal novel itu penuh dengan banyak pesan moral yang bila di pahami, maka dapat membantu dalam menggapai mimpi dan cita.Alya, namanya.
Nama seorang wanita yang aku ukir dengan bingkai kenang indah dalam memori otak dan kalbuku. Manusia dengan segala hal menarik yang dimilikinya, pada waktu itu. Menurutku.Bagaimana sekarang? Biasa saja.
Alya berasal dari keluarga yang lumayan ternama, seingatku pamannya pernah mencalonkan diri sebagai wakil presiden dalam pemilu beberapa tahun lalu.
Wanita dengan jiwa sosial yang tinggi, mudah berteman dengan siapapun, dengan caranya berkomunikasi yang baik, tak heran jika ia memiliki banyak kolega dan disukai banyak orang.
Pertemuan pertama kali adalah ketidaksengajaan, ketika berjalan sehabis menaiki tangga lantai gedung sekolah, tanpa diketahui darimana datangnya, Alya tiba-tiba berada didepan ku, nyaris sekali bertabrakan. Tapi segera aku hindari, kemudian mata kita saling bertukar pandang sekilas. Hanya sekilas. Namun setelah berlalu, kembali aku toleh kebelakang, menatap sekali lagi ia memasuki kelasnya.
Ya, hanya sekilas saja waktu itu. Selanjutnya adalah mau berapa kalipun kupandang mata indahnya, tidak pernah bosan untukku menatapnya dalam-dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
CerPen(g)
Ficción históricaInilah hidup Berjalan dengan adanya henti Tanpa peduli apa yang mengisi Dan tak satupun mungkin kembali Kecuali yang memang mau kembali