Prolog

771 45 13
                                    

Happy reading

Kenalkan aku bernama Mia Gunawan anak dari Dion Gunawan dan Ayu Gunawan. Papah aku campuran Indonesia dan Italia sedangkan mamah aku campuran Indonesia dan China, sehingga wajah aku pun seperti orang luar dan mengundang penasaran khalayak ramai akibat tampak parasku ini, bisa dikatakan wajahku ini percampuran wajah Asia dan Eropa, entahlah aku harus mengidentifikasikan wajahku seperti apa.

Aku dibesarkan dari keluarga Gunawan yang kaya raya tidak habis hingga tujuh turunan tetapi kedua orang tuaku tidak pernah memanjakan semua anaknya, karena mereka selalu mengajarkan betapa pentingnya hidup mandiri yang dilandasi oleh kerja keras dan tawakal terhadap Allah SWT. Semua hal aku lakukan di rumah ini sendiri, baik itu dalam hal :

Masak sendiri
Nyuci sendiri
Makan sendiri
Bersih-bersih sendiri
Tidur sendiri
Nonton sendiri

Nasib jomblo dari lahirnya serba sendiri gitu. hiks.

Pada dasarnya kedua orang tua aku adalah tipe orang tua workaholic yang jarang di rumah, mereka sibuk dengan pekerjaan di luar negeri dengan urusan bisnis yang bergerak di bidang properti dan fashion. Akan tetapi, yang aku banggakan mamah dan papah tetap ada waktu bersama anaknya walaupun hanya sesekali bertemu. Misalkan saat hari raya, hari ulang tahun anaknya, tahun baru atau bahkan penerimaan rapot keduanya tetap pulang.

Karena mereka jarang pulang, akhirnya keduanya memutuskan untuk menyewakan asisten rumah tangga yang bernama bi Inah dan satpam bernama pak Asep, agar rumah terawat dan aman pastinya. Mereka takut jika aku sendiri yang mengurus urusan rumah, maka dapat dipastikan rumah akan menjadi hancur mungkin lantai jadi atap, atap jadi lantai, kamar mandi dijadikan kamar tidur, dapur hangus terbakar atau bahkan ruang tamu penuh dengan peralatan bengkel yang aku miliki. Lebih kurang seperti itu pemikiran mereka tentang diriku.

Sebegitunya mereka tak percaya kepadaku, yang notabene anaknya. Hiks

Oh ya, aku hampir lupa kalau aku punya kakak cowok namanya Bagas Gunawan yang ganteng, imut, tinggi, putih, mukanya glowing ditambah lagi otaknya yang encer tidak seperti aku memiliki otak beku. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa kakakku ini mempunyai sifat kaku kayak kanebo kering. Aku biasanya memanggilnya Abang, si gak asik dan kanebo kering. Anggap saja aku adalah adik kurang ajar terhadap kakaknya, tapi tak menampik kenyataan bahwa aku sangatlah menyayanginya

Kadang aku juga heran punya saudara cakep tapi akunya burik.

Pernah sekali aku nanya ke mamah.

Flasback on

"Mah, Abang kok glowing ? Kok adek gak glowing sih." Ucapku dengan kesal.

"Kamu kan anak pungut mamah. Mamah ambil kamu dari panti asuhan. Hahaha." Ucap beliau sambil ketawa guling-guling. Papah yang melihatnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pusing dan malas untuk berkomentar menghadapi istri dan anaknya yang bertingkah laku sangat unik.

Jangan tanyakan bagaimana reaksiku, pastinya syok setengah mati. Kalau sepenuh mati nanti nama aku udah ada embel-embelnya di depannya.

Tau kan ?

Yeah, betul sekali menjadi Almarhumah Mia Gunawan.

Hingga pada akhirnya, aku memaksakan kedua orang tuaku untuk tes DNA.

Deg-degan sih awalnya saat tes itu.

Namun aku tetap bertekad, jika benar aku bukan anak mamah dan papah, aku akan mencari identitas keluarga aku hingga mampu bertemu dengan orang tua kandunku.

Aku yakinkan hal itu Pasti terjadi !.

Akan tetapi, ternyata dugaanku salah jika aku bukanlah anak mamah dan papah. Karena tipe darah yang aku miliki mirip sekali dengan papah yaitu AB.

Hufft syukurlah, setidaknya aku gak bakalan capek nyari keluargaku.

Flashback off

Terus ya, kita kembali ke Bagas Gunawan alias si gak asik dia sekarang kerja di Rumah sakit terkenal dengan gaji yang fantastis, ia bekerja sebagai dokter spesialis bedah, sehingga ia jarang pulang ke rumah dan mengakibatkan aku sendiri merasa kesepian di tengah malam yang sunyi, uhuk. Ibaratnya tuh, rumah sakit ada rumah keduanya. Bahkan, sebagian barang-barangnya itu ada di rumah sakit. Sungguh ironis hidupmu nak, cekcekcek.

Ihh apaan ya jadi dokter ?,

Jadi dokter saja bangga. Disanakan bakalan terpapar dengan virus-virus yang berbahaya, aku sih malas kuadrat terus dikubikkan kalau disuruh ke rumah sakit karena memang aku memiliki imunitas tubuh yang rentan, sehingga aku mudah sakit bahkan itu mengidapnya dari kecil.

Intinya aku berbanding terbalik dengan sifat kakak aku itu. Jika dia keju aku singkongnya, lalu jika dia manis akulah asinnya.

Agak lebay sih perumaannya, tapi begitulah kenyataannya yang terjadi.

Bahkan saat aku SD itu dulu saat di tanya guru ingin menjadi apa ? ya aku jawablah jadi Preman alhasil dapat ceramah dari guruku sekaligus dapat lima jari dipantat sama mamah dan papah setelah sampai di rumah. Kalau di pikir lebih rinci memang salah profesi itu, tetapi aku ingin merubah pemikiran orang-orang jika preman itu tak selalu jahat. Contohnya saja Aku mau jadi preman gahul, yang baik hati dan tidak sombong., Jarang-jarang loh cewek itu jadi preman.

Dapat dikatakan bahwa Bagas itu adalah lelaki terpopuler sepanjang sekolahnya, sedangkan aku seperti butiran debu yang tak nampak oleh pandang mata hidung oleh orang. Bahkan saking populernya ia dikejar-kejar oleh wanita-wanita genit nan sok cantik padahal make up tebal. Kalau aku sih mmm pernah jatuh cinta, cinta yang pahit sepahit kopi tanpa gula. Huhu. Habis manis sepah di buang, dapat dikatakan seperti itu. Sedih emang, tapi mau gimana lagi ya begitulah takdir yang aku terima dan aku sedang berusaha untuk tidak mengingat kembali kejadian itu.

Kalau pengen tahu lebih lanjutnya, ntar deh aku kasih tahunya. Ikutin terus cerita aku ya teman-teman.

Suatu hari, si gak asik minta tolong ke aku untuk anterin dia ke Rumah sakit tempat dia kerja.

Ya jelaslah aku nolak !!!, karena jelas-jelas aku gak bisa ke rumah sakit.

Akan tetapi, dia dengan usaha maksimalnya minta tolong ke aku sampai beliin coklat besar, ice cream coklat dua box, permen susu sama minuman coklat. Lah sialan emang, kalau kayak gini aku mah gak bisa nolak lagi, semua yang diberikan adalah makanan favorit aku.

Akhirnya, dengan malas aku antar dia dengan
mobil Fortuner warna putih yang aku beri nama Ali Baba. Biar keren saja gitu namanya. Heheh

Awalnya, perjalanan berjalan dengan lancar sambil bersenandung kecil di dalam mobil. Namun naas, tiba-tiba saat di pengkolan rumah sakit sesuatu hal tidak diinginkan terjadi yaitu dari arah belakang nampak mobil putih ingin menyalip dengan laju yang sangat kencang.

Cit...

"Woi bisa nyetir gak sih !!!." Ujarkh dengan emosi melebihi gunung Everest.

"Awas itu orang, aku kepret juga dia ntar." Lanjutku dengan nafas yang memburu. Aku pun segera keluar untuk memeriksa keadaan mobilku. Ternyata lumayan parah lecetnya. Mau gak mau aku harus pergi ke ketok magic biar si Ali baba sembuh seperti sediakala.

"Mobilmu kenapa dek ?." Tanya si gak asik khawatir.

"Coba Abang gak nyuruh aku anterin Abang ke rumah sakit. pasti gak bakalan begini." Tunjukku ke arah lecet mobilku ini.

"Maafin Abang ya, Abang deh yang ganti rugi. Ntar Abang kasih uang, oke ?." Aku hanya mendengus lalu segera masuk ke dalam mobil.

"Ayolah dek, jangan marah." Rayu Bagas, aku masih diam saja.

"Mau apa biar Abang beliin." Belum mempan kali rayuan anda, batinku.

"Dahlah, terserah kamu saja. Abang capek tahu gak daritadi rayu kamu Mulu." Ujarnya frustasi.

"Yang suruh rayu juga siapa ?!." Ucapku sambil emosi, dia hanya mendengus lalu memalingkan wajah ke arah jalan raya.

To be continued...

Docter and Misses (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang