Sebuah Kemenangan

276 27 1
                                    

Happy reading

Jangan lupa ya kawan, untuk follow akun Instagram aku. Ig : wy_utami25

Oke, untuk melawan orang-orang itu aku harus berlatih terlebih dahulu agar semua otot-otot di badanku rileks dan lentur. Untungnya aku dulu semasa sekolah pernah ikut Judo, INKAI dan teekwondo sebagai ekstrakurikuler di sekolah serta les bela diri boxer di luar sekolah. Yaa walaupun aku lesnya diam-diam sih takut ketahuan mamah dan papah. Sebenarnya, aku dulu di leskan menjadi balerina tetapi karena aku gak minat namanya nari-nari jadilah aku keluar sendiri dari les dengan berbagai alasan tentunya, untungnya guru les aku gak membocorkan ke mamah. Kalau sampai membocorkan, matilah riwayatku bisa-bisa aku gak di kasih uang jajan hingga berbulan-bulan.

Hanya modal tekad dan kesungguhan secara diam-diam aku mendaftarkan diri ke les bela diri. Untuk membayar empat les sekaligus dalam waktu satu bulan, aku harus memakai uang jajan yang dikasih mamah dan terpaksa bawa bekal dari rumah, alhasil aku gak jajan di sekolah atau biasanya ngutang dulu di asisten rumah tangga aku, tapi tetap aku ganti kok walaupun sedikit lama. Bahkan, aku sering ambil secara diam-diam uang tabungan Bagas, jangan kasih tahu Bagas ya kalau sudah curi eh ambil diam-diam uangnya.

Bisa dikatakan, semua yang bersangkutan dengan bela diri, orang tua aku gak tahu karena memang aku gak pernah kasih tau mengenai itu. Tahu alasannya kenapa? Yah, karena memang mamahku gak suka kalau anak ceweknya itu beraktivitas seperti layaknya laki-laki. Intinya kalau mamah itu pengen aku sebagai cewek feminim sepenuhnya. Bisa masaklah, bisa narilah, bisa make up lah ampun dah ah, buat aku pusing saja lakuin itu semua.

Kembali ke aktivitas aku sekarang. Cukup 30 menit aku merenggangkan otot-otot tubuhku dengan melakukan berbagai macam pemanasan agar tubuhku tidak kaku lagi. Seperti memutarkan kepala ke kiri dan kanan, atas dan bawah. Memutarkan badan ke kiri dan kanan. Terakhir aku bahkan melakukan gerakan goyang dumang dan goyang itik agar urat saraf bagian belakang tubuhku ini tidak kaku.

"Mi, lawan sudah siap. Kita langsung saja nih atau bagaimana? Soalnya teman-teman sudah pada siap setelah pemanasan tadi. Apakah kita bakalan langsung nyerang?" tanya Citra.

Aku hanya menjawab dengan mengangguk sambil mengikat tali di kepalaku serta perutku. Kalau kalian nanya kenapa aku melakukan itu, aku juga gak tahu sih yang pasti biar keliatan keren saja. Haha

"Guys, kayaknya kita harus menggunakan strategi b untuk melawan mereka karena jumlah kita kalah banyak sama mereka," papar Rodi.

Dia berjalan menghampiri kami, karena posisinya tadi di ujung wilayah kami. Kenalkan secara singkat, Rodi temanku di kuliah dan bagian tawuran. Rodilah bagian strategi dalam melakukan tawuran, the best pokoknya dia tuh, kami sering menang jika menggunakan strategi darinya.

Aku kasih tahu ke kalian bagi yang belum pernah tawuran. Jika kalian ingin tawuran, tidak hanya keadaan fisik yang kalian pikirkan tetapi juga sebuah strategi untuk melawan hal itu perlu dilakukan namun sebelumnya kalian harus menganalisis keadaan lawan seperti apa dulu. Nah, begitulah kira-kira yang kami lakukan sekarang ini. Kami memutuskan menggunakan strategi b. Kenapa? Karena Strategi b yang dimaksud adalah kami yang bersepuluh harus mencar sehingga membentuk lingkaran yang bertujuan untuk mengepung lawan kami.

"Oke, kita mulai sekarang. Aku dan Rodi akan di bagian sini (bagian pusat). Citra di bagian sayap kiri, Cecep sayap kanan, yang lainnya di posisi biasa," paparku singkat.

Mereka pun mengangguk paham dan langsung mengambil tempat masing-masing. Sejujurnya tawuran ini bukanlah ajang untuk berkelahi semata, tetapi ajang untung membela kebenaran yang mana membela kaum yang lemah. Asal kalian tahu saja, preman tengil kayak upil kuda Nil itu ingin merebut wilayah panti asuhan samping terminal ini. Ketika kami menanyakan penyebab mereka melakukan itu, mereka hanya jawab karena tak menyukai anak kecil. Aku heran, mereka beneran manusia atau apa sih? mereka benar-benar tidak memiliki keprimanusian sedikitpun, bahkan anak kecil yang mungil, imut, menggemaskan dan tidak berdosa pun mereka ingin menyakitinya.

Docter and Misses (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang