Kaliga (Bagian Tiga)

6 1 0
                                    

The Coven

Kaliga (Bagian Tiga)

Pada episode kali ini aku tak akan banyak berbasa-basi. Aku yakin kalian sudah tidak sabar mengikuti episode kali ini. Sekilas kuingatkan tentang episode lalu. Helyna mendatangi kediaman keluarga Dannies setelah membereskan keluarganya sendiri. Helyna mengajak Dannies untuk pergi dari kediamannya, pulang ke panti asuhan. Sepertinya Bunda Alam memang menghendaki mereka pulang ke panti asuhan.

Mereka sampai di panti asuhan pukul tiga pagi. Siapa yang akan membukakan mereka pintu di waktu seperti itu? Padahal mereka berdua sangat kelelahan karena menempuh perjalanan cukup jauh dengan berjalan kaki dan berlari. Sesekali mereka beristirahat di trotoar jalan yang sepi. Sialnya, tidak ada kendaraan umum yang melintas di sepanjang perjalanan.

“Please Lyn, siapa yang sudah bangun pukul tiga pagi begini?” ucap Dannies yang kemudian duduk bersandar di pagar panti asuhan.

“Pasti ada. Kau tunggu di sini, aku coba hubungi Helea dengan drone hewanku.” Helyna bergerak menjauhi Dannies. Dia mencari serangga atau hewan apa saja yang sekiranya bisa dia kendalikan untuk menyusup masuk ke dalam panti lalu memberi kabar pada kakaknya.

“Drone hewan?” tanya Dannies. Posisinya cukup jauh dari Helyna, namun Helyna masih  bisa mendengarnya.

Helyna kembali membawa seekor serangga di tangan kanannya. Dia duduk di samping Dannies lalu memejamkan matanya. Bibir mungilnya bergrak-gerak, merapalkan mantra yang tak bisa didengar oleh Dannies. Seketika serangga di tangannya terbang naik ke langit lalu melesat memasuki pagar panti asuhan. “Yes, menggunakan hewan sebagai drone,” ucap Helyna setelahnya.

“Kereen!”

“Tentu saja, akan banyak sihir yang bisa kutunjukan padamu, Dannies. Perjalanan ajaib kita belum berakhir, kan?” ucap Helyna diakhiri dengan tawa kecil.

Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, seseorang membukakan pagar untuk mereka. Di hadapan mereka berdiri sosok gadis dengan rambut panjang terurai berkulit sawo matang, Helea.

“Demi Bunda Alam, bagaimana bisa kalian kemari? Apa yang terjadi? Oh ya ampun, lihat diri kalian.” Helea langsung mengamati dua sosok di hadapannya. Helyna yang mengenakan pakaian pelayan toko yang kusam akibat duduk di tanah. Dannies dengan baju tidur yang ditutup dengan jaket cukup tebal. Dalam sekali lihat, Helea bisa menebak kalau kedatangan mereka ke panti asuhan adalah sesuatu yang di luar rencana.

“Bisa kita bicara di dalam saja? Dannies kelelahan by the way.” Helyna melirik Dannies yang kakinya bergetar.

Helea hanya menghela napas sebelum mengajak kedua adiknya untuk masuk.
***

“Baik, kuharap kalian bisa jelaskan apa yang terjadi.” Helea melipat kedua tangannya. Dia menatap Helyna dan Dannies secara bergantian. Gadis itu mendadak berubah menjadi tukang introgasi, tatapannya menjadi menyeramkan.

Mereka bertiga kini berada di ruang baca. Mengobrol di kamar bukan ide bagus, takutnya akan ada yang terbangun dan mendengar yang seharusnya tidak didengar. Akhirnya mereka memutuskan untuk bicara di sini, di ruang baca.

“Pria berkumis yang mengadopsiku, dia hanya berniat menjualku kepada pimilik klub malam di kota. Jadi untuk rasa terima kasihku, kuberi kedua pria itu hadiah,” ucap Helyna diakhiri dengan senyum tak berdosa khasnya.

“Hadiah? Apa?” tanya Dannies kepo.

“Kau sungguh ingin tahu?” Helyna balik bertanya.

Dannies mengangguk, walaupun sedikit ragu. Firasatnya mengatakan Helyna tidak membicarakan “hadiah” yang sebenarnya, bisa saja hadiah itu adalah mimpi buruk atau malapetaka. Mungkin saja.

The CovenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang