Rha (Bagian Sembilan)

5 1 0
                                    

The Coven

Rha (Bagian Sembilan)

Oh baiklah, sampai di mana kita. Ah, aku ingat. Kita sampai pada bagian Delnessie menantang Helyna untuk berduel. Aku sendiri juga heran, apa duel bisa menyelesaikan masalah? Mungkin bagusnya kita menyimak cerita ini supaya mendapatkan penjelasan.

“For Loki Sake, kau sudah jelas bersalah, tapi masih mengadukan duel?” Mandy menatap Delnessie geram. Kekesalan tampak jelas di matanya. Bukan, bukan kesal karena Delnessie yang tidak mau mengalah. Melainkan karena janjinya tidak akan cepat lunas kalau Delnessie seperti ini.

“Kenapa, Anak Baru? Kau tidak suka? Memang seperti ini aturan di coven ini, tahu,” balas Delnessie seraya melipat tangan di dada. “Mother Coven, aku mohon undur diri untuk duel besok pagi.” Delnessie memberi hormat lalu meninggalkan ruangan.

“Ah, sial,” gerutu Mandy.

“Monic, bisa kau bawaa Helyna keluar dari ruang baawah tanah dan pinta dirinya untuk menyiapkan diri?” pinta Hena lembut. “Aku akan menyiapkan arena untuk duel besok pagi.”

“Baik, Kak.” Momo meninggalkan ruangan setelahnya.

Mandy menghela napas panjang. “Demi Papa Loki, aku harus bilang apa pada Dannies sekarang?”
***

Helea yang sedang sibuk mencuci piring di dapur dikejutkan dengan kemunculan Mandy yang berlari terburu-buru ke arahnya. Helea heran, kenapa Mandy tampak risih seperti itu? Dugaan Helea, Mandy baru saja menambah masalah. Ah tidak, jangan sampai. Masalah yang ini sudah cukup, jangan ditambah lagi, tolong.

“Mad, apa yang tejadi?” tanya Helea yang kemudian meletakkan piring bersih ke lemari kaca.

“Aku tidak tahu harus menjelaskan apa pada Dannies, tapi ... Delnessie, dia menantang Helyna berduel untuk menyelesaikan masalah ini. Bagaimana menurutmu?” jelas Mandy singkat.

Helea bukan seperti Dannies yang harus dijelaskan perlahan dan berulang-ulang. Helea cukup pintar untuk memahami situasinya. Piring yang dipegang Helea terlepas dan jatuh ke lantai, hingga pecah seketika.

“Demi Bunda Gaia.”

“Demi Papa Loki, i know,” balas Mandy. Dia melirik ke bawah, pecahan piring itu berserakan.

“Di mana Lyn sekarang?” tanya Helea.

Mandy memiringkan kepalanya. “Monic yang menjemputnya dari ruang bawah tanah. Dannies, di mana dia?”

“Di kamarnya, dia baru saja makan.” Helea memungut pecahan piring yang berserakan di lantai. Berulang kali Helea mengatur napasnya, mengatur detak jantungnya. Helea tak menyangka bahwa masalah itu akan berakhir dengan duel seperti ini.

“Bisa aku minta bantuanmu sedikit?” tanya Mandy.

“Ya?”

“Aku tidak ingin melihat wajah kecewanya untuk saat ini. So, bisakah kau yang memberi kabar ini pada anak itu? Sedangkan aku akan ke pemakaman sebentar.”

Helea membuang pecahan piring yang dipungutnya ke tong sampah. “Ya, tentu saja.”

“Thanks,” ucap Mandy yang kemudian berlalu.

Setelah selesai dengan pekerjaan di dapur, Helea bergegas pergi ke kamar Dannies. Tak lupa Helea mengatur mood, napas, serta ekspresi wajahnya sebelum menemui adiknya. Jujur Helea sendiri juga tidak sanggup memberi kabar tidak bagus ini pada Dannies. Helea bisa menebak Dannies pasti menangis setelah mendengar kabar ini.

“Dann?” Helea mengintip masuk ke dalam kamar.

“Ya, Kak?” Dannies menoleh ke arah sumber suara.

The CovenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang