Nagda (Bagian Sepuluh)

18 1 0
                                    

The Coven

Nagda (Bagian Sepuluh)

Dannies dan ketiga saudarinya sedang berkumpul di ruangan Helyna dirawat. Kondisi Helyna tidak baik saat ini. Infus terpasang di tangan kirinya, wajahnya pucat, rambutnya acak-acakkan. Yah, walau Helea sudah merapikan rambut adiknya itu tadi. Helyna baru saja mengonsumsi herbal yang diberikan perawat untuknya. Untuk sementara, dia belum bisa menggunakan sihirnya karena chakranya sangat tipis.

“Dann, bisa kau berhenti menatapku? Aku risih tahu,” komentar Helyna pada Dannies yang memang sudah menatapnya bermenit-menit yang lalu.

“Sorry, aku hanya ingin memastikan kondisimu, Cuma itu,” balas Dannies.

Helyna tersenyum tipis. “Aku baik-baik saja, serius.”

Helea dan Mandy hanya diam, memperhatikan kedua adik mereka yang asyik berbicang itu. Helea memperhatikan mereka berdua bergantian, begitu juga Mandy. Tampaknya duel hari ini membuat suasana hati mereka berdua tak baik. Bisa kulihat dari ekspresi wajah mereka. Bahkan Helea yang biasanya bisa menutupi kegelisahan di wajahnya, kini tampak jelas. Berbeda lagi dengan Mandy yang biasanya santai dan kalem, kini lebih memilih bungkam dan berekspresi datar.

“Aku mau tanya, kalau boleh,” ucap Dannies.

“Ya?”

“Apa Nessie melakukan sesuatu padamu? Aku bertemu dengannya di ruang persiapan sebelum duel, dia tidak mengizinkanku bertemu denganmu. Apa dia memberimu sesuatu? Di arena tadi, kau terlihat kurang sehat, Lym. Serius.”

Helyna menggeleng. “She did not do anything. Dia hanya bilang ‘kau tidak akan menang,’ padaku, itu saja. Aku tidak menganggap seius ancaman itu, to be honest.” Helyna tertawa kecil di akhir kalimatnya. “Ternyata aku berakhir seperti ini, menyedihkan,” tambahnya.

Entah kenapa dia masih bisa bersikap seperti itu walau keadaannya mengenaskan. Kau yang terbaik, Helyna. Itu pendapat pribadiku, by the way.

“Serius? Lalu kenapa kau tampak pucat? Sepertinya kau tidak menggunakan sihimu sepenuhnya, apa tebakanku salah?” tanya Dannies seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. Well, pengamatan Dannies tajam juga rupanya. Aku terkesam.

“Iya, dia hanya mengancam saja. Kalau masalah sihirku yang tidak sepenuhnya, itu karena hal lain,” jelas Helyna.

“Terus kenapa?” tanya Dannies polos.

Helyna mengibaskan tangannya. “Lupakan, bukan hal penting.”

“Ayolah Lyn, tell me.”

“Aku tidak yakin kamu akan paham, lupakan saja,” balas Helyna enteng. Aku tahu Helyna tidak serius. Dia hanya ingin mempermainkan Dannies saja sebenarnya.

“Aku tidak sebodoh itu, please.” Dannies menepuk keningnya pelan.

“Alright, simak.” Helyna membenarkan posisi duduknya. “Alasan aku tidak bisa menggunakan sihirku sepenuhnya karena sihirku masih tertekan. Kau tahu, ruangan khusus yang terletak di bawah tanah itu menekan sihirku. Aku belum pernah merasakan itu sebelumnya. Butuh beberapa jam bagiku untuk memulihkan sihirku seperti semula. Tapi duel itu dimulai sebelum aku memulihkan diri. So, aku gunakan chakraku yang terbatas itu. Tamat.”

Dannies terdiam sejenak.

“Bisa dipahami?” tanya Helyna memastikan.

Dannies mengangguk pelan. “Tidak adil dong, kalau begitu,” komentar Dannies kemudian.

“Apanya?”

“Duelnya. Kan, sihirmu masih tertekan. Sedangkan yang kau hadapi, sehat dan bugar,” tambah Dannies.

The CovenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang