CHAPTER DUA | PERHATIAN

8 4 2
                                    

SELAMAT MEMBACA CERITA SALMA DAN ARKA

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT

***

Rasanya malas bagi Salma berangkat menuju sekolah, sejak kejadian tersebut semuanya terasa berubah. Mulai dari anak Sekolah yang menatapnya dengan tatapan memangsa, nyinyiran netizen yang menganggap jika Salma itu cewek gak tahu malu karena mengungkapkan perasaannya terlebih dulu dan masih banyak lagi, satu lagi hubungan pertemannya dengan Raya seperti terasa renggang entah siapa yang memulainnya terlebih dahulu semuanya seperti magic.

"Sal, gak sekolah?" tanya Dea, mamahnya.

"Ah, anu mah," jawab Salma gelagapan

"Anu apa?"

"Salma sekolah mah," ucap Salma lalu segera bangkit dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

Sementara Dea, hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan putrinya itu.

***

"Sal, gue minta maaf," ucap Raya, terdengar tulus namun rasanya Salma masih belum bisa memaafkan Raya.

Salma menarik nafasnya perlahan, "Gue udah maafin lo kok, tapi untuk kaya dulu lagi gue belum bisa," jawab Salma, terlihat sedikit raut kecewa dari wajah Raya.

"Gue bisa terima itu kok, ini emang ganjaran buat gue karena udah keterlaluan kemaren, tapi jujur gue gak tau kak Arka bakal nerima surat cinta itu,"

"Yang udah biarin udah aja,"

"Thanks ya. Sal"

Salma mengangguk perlahan "Kalo gitu gue ke kantin dulu ya," pamit Salma lalu pergi meninggalkan Raya.

Bukan, bukan Salma egois tapi rasanya masih seperti mimpi saja, bahkan kini hidup Salma seperti terus  dihantui oleh kehadiran Arka, Salma tak tahu pasti alasan mengapa Arka bisa menerima cinta dari surat konyol itu.

Langkah Salma terhenti saat ada seseorang yang mencekal tangannya, Salma sedikit terlonjak kaget lalu berbalik, iris matanya bertemu dengan iris mata lelaki yang sangat Salma hindari kini. Arka.

"Lepasin kak," pinta Salma pelan, lalu mencoba melepaskan tangannya dari genggaman tangan besar Arka.

"Gue bakal lepasin asal lo tatap mata gue dulu," ujar Arka datar

Salma sedikit berfikir, permintaan konyol macam apa ini lalu apa sebenarnya motif Arka saat ini? Apakah Salma pernah ada salah padanya atau Salma pernah mengganggunya? Seingatnya tidak pernah.

Dengan sedikit Ragu Salma memberanikan menatap iris mata yang cukup indah namun sorotnya begitu tajam bak elang itu "Le—lepasin kak,"

"Gak segampang itu, ada beberapa hal lagi!"

Mata Salma membola "Apa lagi?"

"Pertama, jangan pernah jaga jarak dari gue," ucap Arka dengan satu alisnya terangkat

"Tap—,"

"Kedua; Lo terima bahwa kita emang udah jadian!"

"Mak—,"

"Ketiga; jangan menolak!"

Dengan susah payah Salma menelan salivanya, tiga permintaan sederhana namun terasa begitu berat bagi Salma, jika harus memilih antara mengerjakan tugas selama sebulan penuh ditambah membersihkan kamar mandi sekolahannya, Salma akan dengan senang hati memilihnya, daripada diberi pilihan seperti ini.

"Kak! Gue punya hak buat milih apa yang gue mau!" protes Salma

"Jadi mau lo apa?"

"Bebasin gue dan anggap gak pernah terjadi apa-apa!"

"Sayangnya itu gak bisa, terima atau nggak kita jadian!" bisik Arka tepat di telinga Salma, sebelum akhirnya pergi meninggalkannya.

***

"Ka, apa lo gak salah jadiin tuh anak kelas 11 pacar lo?" tanya Samudra

Seketika Ken dan juga Rendi menghentikan aktifitasnya yang tengah memakan bakso di kantin, sementara Arka hanya sibuk mengaduk-aduk minuman di dalam gelas tanpa menjawab pertanyaan dari Samudra.

"Woy!" teriak Ken sembari menggoyangkan bahu Arka

"Gue gak pernah salah dalam memilih," balas Arka datar

Rendi menatap Arka bingung, bahkan Rendi sampai mencondongkan tubuhnya dengan tangan menjadi tumpuan dagunya menatap Arka "Lo beneran suka sama Salma?"

"Belum,"

"Terus?"

"Gue bakal bikin Salma jatuh cinta sama gue dulu,"

"Abis itu?"

"Kalo gue balik suka sama dia gue pertahanin, kalo nggak," ucap Arka menggantung

"Kalo nggak?" Ken mulai kepo

"Tinggalin!"

"Parah!" heboh Rendi.

"Berisik," protes Samudra

Bel pulang telah berbunyi dari lima belas menit lalu, namun Salma masih sibuk dengan berkas-berkas jurnalis di sekretariat broadcast. Sudah hampir satu jam Salma berada disini sejak jam pelajaran terakhir ia pamit izin kepada gurunya karena harus mengurus berkas untuk rapat besok.

Salma mendesah pelan saat seluruh berkas sudah rapih dan siap digunakan untuk rapat besok.

"Akhhirnya," gumam Salma sembari meregangkan kedua lengannya yang terasa pegal

"Minum!" tiba-tiba tanpa sepengetahuan dirinya Arka sudah berada di hadapannya dengan sebotol air mineral di tangannya.

Salma yang kaget langsung bangkit dari kursinya dan menatap Arka kesal

"Apa lagi?" tanya Salma pasrah

"Kasih minum buat lo,"

"Gak perlu!"

"Lo pacar gue jadi gue perlu,"

Salma mendesah pelan "Harus berapa kali sih gue bilangin gue gak mau,"

"Lo sendiri yang nyatain cinta ke gue kan?"

"Tapi itu cuma tantangan dari sahabat-sahabat gue,"

"Gue gak perduli, dan cepet pulang udah sore," titah Arka lalu sedikit mengacak lembut puncak kepala Salma.

Tunggu. Seperti ada rasa hangat yang menjalar keseluruh tubuh Salma, namun Salma tak yakin jika itu bersumber dari Arka—kakak kelasnya, sungguh Salma tak ingin berurusan dengannya, laki-laki bad boy, satu lagi Salma hanya suka dengan Arga si ketua ekskul putsal.

***

Terima kasih telah membaca cerita Coincidence Couple.

Follow juga akun instagram aku di

@Duniaandini

Coincidence CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang