Chapter 1 : White Box [REVISI]

133K 5.2K 87
                                    

Hello semuanya, welcome to my first story in my new account WP^^

Jangan lupa kasih VC=Vote and Comment:).

Happy reading

Semilir angin berembus pelan membuat rambut seorang gadis beterbangan gemulai. Gadis itu sedang mengelap meja depan cafe tempatnya bekerja selama empat bulan ini.

Aleca Haliansi, namanya.

Aleca memulai hidup barunya sendirian di negara kelahirannya, Indonesia. Ia terus-terusan bekerja keras mencari uang demi semua kebutuhan hidupnya. Berbagai kerja paruh waktu telah dilakukan Aleca. Awalnya ia melamar pekerjaan di sebuah restoran kecil sebagai pencuci piring. Namun, beberapa tahun setelahnya restoran itu semakin sepi dan akhirnya bangkrut.

Aleca mencari pekerjaan lain di sebuah toko bunga kecil-kecilan milik seorang wanita paruh baya. Namun, lagi-lagi ia harus berhenti dari pekerjaannya, karena wanita paruh baya itu pindah ke Sulawesi tinggal bersama anaknya di sana. Dan pada akhirnya, di sinilah Aleca bekerja sekarang. Di sebuah cafe yang lumayan ternama di pusat kota Jakarta. Aleca hanya berharap semoga kali ini pekerjaannya tidak harus berpindah-pindah lagi.

Di sini Aleca bekerja sebagai pelayan cafe. Sikap ramahnya terhadap pelanggan membuat para pengunjung senang mendatangi cafe ini. Belum lagi pekerja lainnya yang menyambut Aleca hangat, membuat gadis itu merasa nyaman.

"Aleca, tolong antarkan pesanan ini ke meja nomor 5 di sana. Aku harus mengantarkan pesanan lainnya." Seorang pelayan lain bername tag Leta memberikan sebuah nampan pada Aleca saat gadis itu tiba di dapur cafe. Aleca langsung menyambut nampan itu dan berjalan keluar menuju meja nomor lima seperti yang dikatakan Leta tadi. Kali ini cafe terlihat sangat ramai lantaran ini adalah hari libur.

Terlalu asyik melayani para pelanggan, Aleca tidak menyadari bahwa sudah waktunya tutup. Aleca mengganti pakaian pelayan kafenya menjadi baju santai yang ia pakai tadi pagi dari rumah kontrakkan kecilnya. Ya, Aleca tinggal sendiri di sebuah rumah kontrakkan kecil yang sangat sederhana. Letaknya tidak jauh dari Cafe tempatnya bekerja.

/ / /

Aleca tiba di rumah kontrakkannya dan terkejut melihat sebuah kotak sedang berwarna putih tergeletak di depan pintu rumahnya. Tutup kotak itu bertuliskan namanya. Aleca betanya-tanya siapa yang meletakkan kotak ini di depan pintu rumahnya?

Apa ini kiriman kurir? Perasaan Aleca tidak pernah memesan barang secara Online.

Aleca celingak-celinguk menatap sekitarnya siapa tahu ada seseorang yang tahu jawaban pertanyaannya, namun nihil. Daerah sekitaran rumah Aleca terlihat sepi, hanya ada Aleca seorang disini. Mungkin para tetangga Aleca sudah beristirahat. Tidak ingin terlalu larut dalam rasa penasaran, Aleca membawa kotak itu masuk ke dalam rumahnya.

Aleca mengunci pintu rumahnya dengan rapat. Ia duduk di kursi ruang tamu dan menaruh kotak itu di atas meja kecil. Aleca juga menaruh tas kecilnya di samping ia duduk dan mulai membuka kotak putih yang dihiasi pita biru itu.

Isinya sebuah surat tulisan tangan seseorang yang ditulis rapi sedemikian rupa. Di dalam kotak itu juga ada sebuah jam tangan dengan merek ternama. Aleca semakin penasaran. Diambilnya surat itu dan dibacanya satu persatu kalimat yang tersusun rapi di sana.

Hello baby, besok aku akan menjemputmu. Bersiaplah aku sangat merindukanmu. Beristirahatlah dengan nyenyak malam ini, aku tak ingin kau kelelahan dan jatuh sakit. Besok adalah hari yang panjang untukmu.

From A.

Aleca mengerutkan keningnya bingung. Siapa seseorang berinisial A ini. Dan mengapa orang itu memanggilnya baby? Terdengar menjijikkan.

Apa salah alamat? Tetapi di penutup kotak itu sangat jelas tertulis namanya. Aleca Haliansi.

Apa mungkin orang iseng? Ah entahlah Aleca menutup kotak itu dan membuangnya ke tempat sampah. Sedangkan jam tangan itu, terlalu mahal jika dibuang begitu saja. Mungkin Aleca akan menyimpannya dan mengembalikannya ke pengirim kotak ini, siapa tahu dia kemari suatu saat. Aleca berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Setelah itu ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang kamarnya untuk beristirahat. Rasanya tubuh Aleca sangat lelah hari ini.

/ / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / /
Pagi telah tiba. Alarm Aleca telah berbunyi menandakan pukul setengah enam pagi. Aleca bangun dari tempat tidurnya meregangkan otot-otot tubuhnya. Ia akan bersiap-siap pergi bekerja.

Setelah mandi, Aleca membereskan tempat tidurnya dan pergi ke dapur membuat sepiring nasi goreng untuknya sarapan pagi ini. Aroma cita rasa yang khas tercium harum dari hasil masakan gadis itu. Aleca belajar memasak dari mendiang ibunya semasa ia masih remaja. Ibunya sangat pandai memasak. Namun sayang, ibunya lebih dulu pergi menghadap Tuhan. Meninggalkan Aleca sendirian di dunia yang luas ini. Ibu Aleca mengidap penyakit kanker yang membuatnya tidak bertahan lama untuk hidup. Ayah Aleca sendiri sudah tiada sejak ia berumur tujuh tahun. Aleca adalah anak tunggal dan sekarang ia menjalani hidupnya sendirian. Tanpa ada sanak keluarga yang menemani.

Gadis bersurai panjang itu memakan sarapannya dengan tenang di depan televisi yang menyiarkan kartun Malaysia kesukaannya. Walaupun Aleca sudah berumur dua puluh empat tahun, kebiasaannya menonton kartun tidak bisa diubah. Tayangan favoritnya adalah kartun, bukan kisah romansa yang disuka para gadis lain. Seperti inilah kegiatan Aleca. Bangun tidur pergi mandi bersiap-siap bekerja, membuat sarapan lalu menghabiskannya, kemudian berangkat pergi bekerja. Seharusnya diumurnya yang seperti ini ia harusnya kuliah atau bahkan sudah meraih cita-citanya, atau bisa juga ia sudah menikah mungkin. Memang ia sangat ingin berkuliah, namun karena kondisi perekonomian yang tidak memungkinkan Aleca lebih memilih bekerja daripada berkuliah.

Sudah selesai sarapan terdengar bunyi ketukan di pintu rumah Aleca. Gadis itu melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 06:20 a.m. Masih terlalu pagi untuk seseorang bertamu. Aleca menaruh piringnya dan berjalan menuju pintu rumahnya melihat siapa yang datang. Dilihatnya dari jendela tampak beberapa pria berjas di teras rumahnya berdiri tegap. Terbesit rasa takut dan penasaran dalam diri Aleca.

Siapa mereka?

Mengapa mereka mendatangi rumahnya pagi-pagi buta seperti ini?

Apa mereka polisi?

Lamunan Aleca buyar saat mereka mengetuk pintu rumahnya lagi. Aleca membuka pintunya perlahan mencoba untuk tidak terlihat gugup dan takut.

"Halo, apa ada yang bisa kubantu?" tanya Aleca setelah mengumpulkan keberanian dan bersikap tenang.

"Selamat pagi nona. Apa benar ini kediaman Mrs. Aleca Haliansi?" ucap salah seorang dari pria-pria berjas itu dengan tegas. Jantung Aleca berpacu cepat. Ia sangat gugup dari mana pria ini tahu nama lengkapnya? Rasa-rasanya mereka belum pernah bertemu.

“Iya, aku sendiri Aleca Haliansi. Ada apa ya?” Aleca berucap bingung.

"Bisa ikut kami nona?" jawab pria itu.

"Kalau boleh tahu kalian siapa? Dan maaf, Sepertinya aku tidak bisa ikut kalian, karena aku harus pergi bekerja." Aleca menolak sopan dan berniat menutup pintu rumah kontrakannya. Namun, sebuah kaki dengan sepatu hitam mengilat menahan pintunya membuat Aleca semakin dilanda rasa cemas.

"Maaf nona, tetapi Anda harus ikut kami." Seketika mulut dan hidung Aleca dibungkam menggunakan sebuah kain putih yang sudah diberi sesuatu dan perlahan kesadarannya mulai menghilang.

Aleca pingsan.

Namun, beruntungnya tubuh Aleca tidak terjatuh ke dinginnya lantai. Seorang pria bertubuh kekar dengan sebuah masker menutupi setengah wajahnya dengan sigap mengangkat tubuh Aleca ke dekapannya menggendongnya ala bridal style. Pria itu hanya menampakkan mata birunya. Hampir sepenuhnya wajahnya ditutupi dengan topi hitam dengan masker berwarna senada.

"Siapkan pesawatku.”

TBC...

Sunday, 2 August 2020

My Possessive Devil  [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang