Chapter 17: Cherry Blossom Country

40.4K 2.4K 92
                                    

Jantung Axel berdegup kencang. Perasaannya kini sangat bimbang antara senang dan sedih. Senang karena jika benar pemikiran Axel bahwa Aleca sedang hamil anaknya, dan sedih karena ia juga berpikiran apakah Aleca sakit?

Semoga saja perasaan keduanya itu salah. Semoga Alecanya tetap sehat. Seandainya ia sedang tidak berada di atas awan, Axel sudah pasti memanggil dokter kepercayaannya untuk memeriksa keadaan Aleca. Sayangnya, Axel tidak memiliki testpack jadi perasaanya sedang kalut.

Menurut gejala yang dimiliki Aleca, kemungkinan besar ia sedang mengandung. Yang biasanya Aleca tidak menyukai sayuran seperti salad, ia jadi menginginkannya. Dan Axel pikir, Aleca muntah-muntah bukan karena mabuk perjalanan, tetapi karena bawaan sang bayi yang tidak suka berbagai jenis pesawat.

"Permisi Tuan, Nyonya. Ini salad yang anda minta." Axel menerimanya dengan wajah datar seperti biasa pada semua orang, kecuali Alecanya. Dicicipinya sedikit salad itu untuk memastikan tidak ada sesuatu yang dicampurkan ke dalamnya, seperti racun mungkin. Dirasa aman, ia pun menyendokkan salad itu untuk menyuapi Aleca yang sudah menatap penuh minat dari tadi.

Aleca sudah tidak sabar menunggu Axel yang pikirnya sangat lambat menyuapinya. Diletakkannya tangannya di atas punggung Axel yang memegang sendok salad mengerahkannya ke dalam mulutnya dengan cepat. Cita rasa sayur-sayuran bercampur dalam satu mangkok itu menguar di dalam mulutnya.

Aleca mengambil alih mangkok itu dan memakannya dengan lahap. Axel melebarkan matanya menatap Aleca tidak percaya bahwa Aleca makan selahap inikah? Biasanya Aleca makan dengan tenang tidak terburu-buru.

Tanpa menunggu lama, Aleca telah selesai menghabiskan makanannya. Diambilnya segelas air putih di dekat Axel dan diteguknya habis. Tak lupa juga Aleca mengelap bibirnya dengan tisu.

"Oh god, ini sangat enak. Terimakasih Axel." Aleca menyerahkan mangkok kosongnya ke tangan Axel. Senyum lebar merekah di bibir manis Aleca. Perasaan Axel semakin yakin bahwa Alecanya sedang mengandung anaknya. Lagipula, mereka sudah pernah melakukan penyatuan berkali-kali.

"Saat sampai di Jepang nanti, kita langsung me dokter kandungan yang kukenal disana." Aleca menngernyitkan dahi menatap Axel.

"Dokter kandungan? For what?" Axel mengelus perut rata Aleca dengan senyum bahagia, tentunya Aleca terkesiap sekaligus bingung. Namun, ia membiarkan Axel mengelus lembut perutnya.

"Aku rasa ada seorang calon manusia baru yang tumbuh di dalam sini." Axel masih mengelus-elus perut Aleca. Dipandanginga dengan wajah senang.

/

Jet pribadi bertuliskan Axelleca mendarat mulus di lapangan terbuka Jepang. Jet itu terparkir rapi di tengah-tengah halaman dan perlahan pintu terbuka dengan menurunkan tangga.

Seorang pria berkacamata hitam adalah orang pertama yang terlihat keluar dari jet itu. Dituruninya anakan tangga satu persatu dengan seorang gadis yang mengikuti di belakangnya. Beberapa bodyguard menyambut kedatangan mereka dengan berbaris rapi sejajar lebar tangga di lapangan terbuka itu. Axel merangkul pinggang Aleca mendekatkan gadis itu semakin rapat dengannya.

"日本へようこそ、ミラーさん." ucap seorang pria berjas dengan mata sipitnya pada Axel.

(Selamat datang di Jepang, Tuan Miller)

"ここで私に最高の婦人科医を見つけてください。できるだけ早く彼との会議をスケジュールする. 次に、すべての準備ができたら電話してください." Pria bermata sipit itu tampak mengangguk hormat dan pamit pergi memenuhi perintah Axel.

(Carikan saya dokter kandungan terbaik di sini. Jadwalkan pertemuan dengannya sesegera mungkin. Setelah itu, hubungi aku jika semua sudah siap)

Aleca nampak kebingungan mendengar interaksi Axel dengan pria bermata sipit itu. Aleca rasa pria bermata sipit itu adalah orang kepercayaan Axel di Negeri Sakura ini.

"What were you talking about with him?" Axel mengecup pipi kiri Aleca dengan kilat.

"I told him to find the best gynecologist here for you," Aleca nampak menundukkan pandangannya. Ia takut jika ia tidak hamil Axel akan merasa sangat kecewa padanya. Padahal Axel begitu sangat bahagia jika Aleca benar mengandung anaknya.

"Hey baby, what's wrong?" Axel mengangkat dagu Aleca perlahan.

"Bagaimana jika sebenarnya aku tidak hamil? Itu akan membuatmu kecewa." Aleca berucap dengan nada sedih.

"Jangan sedih, baby. Jika kau tidak hamil anakku sekarang tidak apa, aku tidak merasa kecewa padamu. Aku bisa membuatmu hamil lain waktu, atau sekarang juga bisa. Kau tertarik?" Aleca merona malu. Ucapan Axel benar-benar memalukan. Disini bukan hanya ada mereka berdua, banyak bodyguard Axel berbaris rapi dekat dengan mereka. Oh Ya Tuhan, dimana Aleca harus menaruh mukanya sekarang?

Aleca mencubit perut Axel merasa gemas dengan ucapan Axel tadi. Pria itu mengaduh kesakitan dan menatap tidak percaya pelakunya.

"Baby ini sakit." Aleca mengabaikan rengekan manja Axel yang dibuat-buatnya. Aleca berjalan menjauhi pria itu berada. Tentunya Axel mengejar Alecanya.

Mereka berdua memasuki mobil limousin hitam mengkilat yang terparkir tidak jauh dari jet itu berada. Seperti biasa, mereka duduk berdampingan di kursi penumpang bagian belakang.

"通り," Axel memerintahkan dengan tegas pada sang supir.
(Jalan)

Aleca menatap kagum suasana jalanan Kota Jepang. Bunga sakura terlihat indah di pepohonannya. Berkali-kali Aleca berdecak kagum di sepanjang perjalanannya.

"Are you like it, baby." Aleca menoleh dan menganggukkan kepala dengan semangat. Refleks, Aleca memeluk Axel dengan sangat erat. Dan tentunya itu sangat membuat Axel bahagia.

"Terimakasih banyak Axel. Ini adalah liburan yang paling menyenangkan. Tidak kusangka aku bisa sampai ke negeri yang selama ini hanya bisa kuimpikan di dalam tidurku." Aleca merasa sangat terharu. Setetes air mata kebahagian turun ke pipinya.

Aleca benar-benar sangat tidak menyangka jika ia bisa menikmati indahnya negeri sakura. Ia hanya gadis yatim piatu biasa yang bekerja di sebuah cafe, namun dengan adanya Axel semua kehidupan Aleca berubah. Satu persatu impiannya terwujud. Slaah satunya ingin mengunjungi negeri sakura seperti saat ini.

/

Axel baru saja selesai mandi. Ia hanya melilitkan sebuah handuk di pinggangnya, sedangkan dadanya dibiarkan terekspos bebas. Aleca sendiri sedang berada di balkon kamar menghirup udara negara impian. Axel memeluk Aleca dari belakang yang membuat gadis itu tersentak.

Aleca semakin merasa nyaman berada di dalam pelukan Axel. Aroma maskulin bercampur sampo begitu menyejukkan.

"Istirahatlah, kita akan berkeliling besok." Axel berucap rendah di tengkuk Aleca. Sebenarnya Aleca ingin sekarang saja berkeliling, tetapi mengingat perjalanan jauh yang mereka lakukan membuat Aleca mengurungkan niatnya pergi berkeliling sekarang. Aleca rasa Axel begitu sangat lelah menyiapkan semua ini.

Aleca mengangguk mengerti. Mereka berjalan masuk ke dalam kamar hotel dan Axel menutup pintu balkon. Aleca menata tempat tidur dan duduk di pinggaran kasur melepas ikat rambutnya.

Axel membaringkan diri di tempat tidur itu dan menarik Aleca agar berdekatan dengannya. Di lingkarkannya tangannya di perut Aleca dan dikecupnya bibir manis Aleca.

Aleca masih merasa bingung tentang hubungannya dengan Axel. Menurut Aleca sendiri ia merasa sudah mencintai Axel. Tetapi entahlah dengan pria itu. Apakah cintanya terbalaskan atau hanya bertepuk sebelah tangan?

Jika pria itu mencintainya, Aleca belum pernah mendengarnya langsung dari bibir Axel. Tetapi, mengingat semua perlakuan manis Axel, Aleca jadi merasa semakin bingung. Jika Axel tidak mencintainya, untuk apa semua pengorbanan yang dilakukan pria itu untuknya?

Biarkan waktu yang menjawab semuanya.

TBC...

Nih aku kasih hari ini double update ya😍

Sekali lagi terimakasih pembaca setia😍😍😍

Oh ya, follow akun wattpad aku ya supaya kalian tau kalau sewaktu-waktu aku blom bisa update cerita ya. Yang kyak kmren gak updte 3 hari aku ngasih kabar di akunku. Makanya yg blom follow yuks follow🤗🤗

Love uuuu😍😍😍

Tuesday, 18 August 2020

My Possessive Devil  [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang