"Kembali ke kamarmu, baby." Axel berucap dingin. Ia menahan emosinya agar gadis ini tidak terkena imbasnya.
"Tidak sebelum kau membebaskan pria itu," mata Axel berkilat tajam. Axel paling tidak suka dibantah. Sudah banyak Aleca membantah ucapannya, kali ini kesabaran Axel sudah habis.
Hukuman akan segera di dapat Aleca.
~ ~ ~
"Masuk kamarmu Aleca." Suara Axel terdengar semakin dingin. Awalnya Aleca takut, namun ia mencoba bersikap berani.
"Lepaskan dia!" Tanpa aba-aba, Axel menarik kasar lengan Aleca masuk ke dalam mansion. Ia membawa Aleca kembali ke kamar. Tentunya Aleca terkejut, ia memberontak.
Suara Aleca yang minta dilepaskan dianggap angin lalu oleh Axel. Semakin Aleca mencoba melepaskan diri, semakin kuat cengkraman Axel di pergelangan tangannya.
Axel mendorong Aleca ke ranjang kamar dengan kasar. Tak lupa ia juga mengunci pintu kamar dan membuang kuncinya sembarang. Axel berjalan mendekat pada Aleca yang tengah meringis kesakitan di ranjang.
"Aku paling tidak suka dibantah Aleca. Dan kau tadi sudah membantahku, kali ini kau akan menerima hukuman." Air mata Aleca semakin deras mengalir. Baru kali ini ia melihat Axel semengerikan ini.
Axel membuka kancing jasnya satu persatu dengan cepat. Aleca semakin takut saat melihat Axel merangkak mendekati Aleca. Dengan satu kali tarikan pakaian yang dikenakan Aleca terlepas begitu saja.
Dan malam ini, hanya diterangi sinar bulan. Aleca dan Axel melakukan hubungan suami istri di luar ikatan sah.
/
Aleca terbangun dari tidurnya saat merasakan lengan kekar memeluk pinggangnya erat. Tubuhnya terasa sakit, bagian bawahnya pun terasa sangat nyeri. Saat ini masih pagi buta pukul empat pagi. Kilasan kejadian yang dialami Aleca bersama Axel tadi malam masih tercetak jelas dalam ingatan Aleca. Axel menggagahinya berkali-kali, berjam-jam hingga pukul dua pagi baru berhenti.
Tubuh Aleca dan Axel berada dalam satu selimut tanpa sehelai benang pun. Aleca merasa dirinya sangat kotor. Harta satu-satunya Aleca yang ia miliki kini telah hilang begitu saja. Aleca malu terhadap suaminya nanti jika ia sudah tidak perawan lagi.
Axel menarik Aleca hingga punggung Aleca bersentuhan langsung dengan dada bidang polos Axel. Tangannya memeluk lebih erat pinggang Aleca, kepalanya di benamkannya di leher jenjang Aleca yang terdapat banyak tanda yang dibuat pria itu. Axel terlihat sangat nyenyak dalam tidurnya.
Aleca sendiri sudah pasrah terhadap hidupnya. Air matanya masih mengalir, namun ekspresinya menatap datar ke arah dinding kamar. Sudah tidak ada yang harus Aleca pertahankan dalam hidupnya. Ia merasa sangat hina.
Tak ada lagi semangat hidup dalam gadis itu. Keluarga, tempat tinggal, pekerjaan, bahkan keperawannya sudah tidak ada lagi. Lama termenung, rasa kantuk dan lelah membuat Aleca terlelap kembali menyelami alam mimpi.
/
Matahari telah bersinar terang. Aleca mengernyit saat cahaya sang mentari menyilaukan matanya. Aleca bangkit dari tidurnya duduk di kepala ranjang sambil memegangi selimutnya erat menutupi bagian tubuh polosnya. Baru sedikit Aleca bergerak, nyeri di bagian tubuhnya kembali terasa. Seluruh anggota tubuhnya terasa pegal. Kini Aleca sendirian di kamar luas itu, entah kemana perginya Axel Aleca tidak peduli.
Suara ketukan pintu kamar terdengar. Namun, Aleca mengabaikannya. Hingga pintu itu terbuka dan tampaklah Ellie dengan senyuman ramahnya.
"Nyonya sudah bangun?" Aleca masih diam tidak menanggapi ucapan Ellie. Matanya menatap ke arah jendela dengan pandangan yang kosong. Aleca sempat bingung mengapa Ellie memanggilnya dengan sebutan 'nyonya' namun Aleca masih dalam keadaan tidak peduli.
"Tuan Miller menyuruh saya untuk membantu anda membersihkan diri, akan saya siapkan air untuk nyonya berendam." Ellie masuk ke dalam kamar mandi dan Aleca masih setia menatap ke luar jendela dengan pandangan kosong. Tidak lama Ellie kembali masih dengan senyuman ramahnya.
"Mari nona, airnya sudah siap." Ellie membantu Aleca berdiri berjalan ke arah kamar mandi. Ellie juga membantu Aleca membersihkan diri, memilihkan pakaian dan menyisiri rambut gadis itu. Sedangkan Aleca ia tidak membuka suara. Masih diam dengan tatapan kosong.
Setelah selesai mengurus keperluan Aleca, Ellie membereskan tempat tidur kamar itu. Seprai putih itu terdapat bercak darah. Sekarang Ellie paham. Dari awal ia membantu Aleca membersihkan diri, gadis itu sudah tidak memakai pakaian dan terus-terusan termenung. Rupanya, Aleca semalam telah melakukan hubungan dewasa bersama tuannya pikir Ellie.
Ellie mengambil senampan makanan berisi macam-macam makanan lezat menggugah selera. Namun, makanan itu tidak membuat perhatian Aleca dari tatapan kosongnya beralih. Aleca dari tadi disuruh makan oleh Ellie tetapi ia tidak menanggapi. Matanya masih setia menatap kosong ke arah jendela. Nampan besar yang berisi berbagai macam makanan empat sehat lima sempurna sama sekali tidak membuat nafsu makan Aleca tergoda. Ellie tak henti-hentinya membujuk Aleca agar gadis itu mau makan. Bahkan, Ellie sendiri menawarkan diri menyuapinya makan namun Aleca tidak membuka mulut dan masih menatap kosong.
"Nyonya jangan seperti ini, jika Tuan Miller tau dia pasti akan marah. Makanlah dulu nyonya sedikit saja tak apa, saya mohon," Ellie sebenarnya sudah lelah membujuk Aleca yang seperti mayat hidup. Wajah dan bibirnya terlihat pucat. Ellie begitu peduli pada Aleca sehingga ia tidak menyerah membujuk Aleca agar mau makan.
"Pergi." Satu kata akhirnya keluar dari bibir pucat Aleca. Matanya masih setia menatap kosong ke arah jendela luar.
"Saya akan pergi jika Nyonya sudah selesai makan," dengan sabar Ellie membujuk Aleca.
"AKU BILANG PERGI!" Ellie tersentak kaget. Aleca membentaknya. Demi Tuhan, Aleca terbawa emosi mengingat kejadian buruk tadi malam sampai-sampai ia melampiaskannya pada Ellie.
"Aku ingin sendiri, kumohon pergilah biarkan aku sendiri." Kini Aleca berucap lirih. Sungguh sangat buruk sekali mood Aleca hari ini. Ellie yang melihat menjadi tidak tega. Ellie memahami keadaan Aleca, ia pasti sangat terpukul. Jadi, Ellie maklum dengan Aleca yang membentaknya tadi. Terdengar helaan napas rendah dari Ellie.
"Baiklah nyonya, saya akan menaruh nampan ini disini. Saya harap anda mau memakannya dan menghabiskan, jika tidak Tuan Miller akan marah." Setelah mengucapkan itu Ellie pergi dan kembali menutup pintu kamar. Sebenarnya Ellie tidak siap menerima hukuman dari Axel, karena tidak berhasil membuat Aleca memakan makanannya. Tapi, apa boleh buat.
Air mata Aleca luruh begitu saja. Kini sudah hancur total kehidupannya. Aleca merasa sudah tidak berguna lagi hidup di dunia ini. Tidak ada lagi kebahagiaan, semuanya telah hilang. Aleca merasa ingin mengakhiri hidupnya dan bertemu orangtuanya di surga. Mungkin dengan cara bunuh diri, dapat membuat Aleca tidak terpukul lagi seperti ini.
Aleca membuka laci nakas mencari-cari sesuatu. Hingga ia mendapatkan sebuah benda tajam panjang, gunting. Aleca mengarahkan gunting itu ke pergelangan tangannya tepat di pembuluh nadinya. Air mata Aleca semakin deras mengalir.
Baru saja ia hampir menggoreskan gunting itu tepat ke nadinya, sebuah tangan kekar mengambil alih gunting itu dari tangan Aleca dan membuangnya ke sembarang arah.
TBC
Makasihhh banyak yang sudah kasih vote.
Bagi yg blum kasih VC=Vote Comment, yuk klik tombol vote dan commentnya yah😁
Thursday, 6 August 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Devil [PROSES TERBIT]
Storie d'amoreSeorang gadis cantik yang awalnya bekerja sebagai pelayan kafe tiba-tiba mendapatkan sebuah kotak di depan pintu rumah kontrakannya dan nama pengirim kotak tersebut sangat tidak jelas. Pengirimnya hanya memberikan nama inisial yang tidak dimengerti...