Dentingan sendok saling sahut menyahut terdengar di sebuah ruang makan luas. Kini Aleca dan Axel tengah menikmati santapan makan malam. Di atas meja makan besar itu terdapat banyak hidangan berbagai jenis. Mulai dari hidangan pembuka hingga hidangan penutup dan camilan tambahan.
Sungguh melimpah sekali makanan ini, namun yang duduk di kursi makan ini hanya ada mereka berdua. Mana mungkin mereka menghabiskan makanan sebanyak ini. Lantas, jika tidak habis akan diapakan makanan ini? Dibuang? Yang benar saja, sangat mubadzir.
"Aku sudah kenyang." Aleca mengelap bibirnya dengan selembar tisu. Axel mengikuti hal yang sama, ia pun juga sudah merasa kenyang.
"Makanan ini tersisa sangat banyak, mau diapakan?" Aleca bertanya pada salah satu maid yang membereskan piring kotor miliknya dan Axel.
"Akan dibuang, nyonya." Aleca terbelalak. Gila sekali makanan ini dibuang, semua ini masih layak untuk dimakan.
"Dibuang? Jangan, yang benar saja. Sebaiknya disimpan saja ini masih bisa dimakan lagi saat dipanaskan, atau jika kalian belum makan bisa untuk kalian." Aleca tersenyum ramah. Maid itu terlihat melirik Axel menunggu perintah pria itu.
"Biarkan saja, baby. Kau bisa memakan makanan baru setiap kali kau mau, tidak perlu repot-repot memanaskan makanan lama."
"Tapi itu namanya mubadzir Axel, tidak baik. Banyak orang di luar sana yang mati-matian mencari makanan, sedangkan kau disini dengan seenaknya membuang makanan ini." Aleca tampak kesal.
"Simpan saja makanan itu untuk kalian." Axel berucap datar pada maid itu.
/
Keringat dingin mulai membasahi wajah Louis. Perasaannya sangat tidak enak, ia merasa khawatir. Saat ia berjaga berkeliling mansion, Luois menemukan sebuah kotak merah tergeletak di depan gerbang mansion.
Karena Louis merasa curiga terhadap kotak itu ia mengambilnya dan mengecek isi kotak itu.
Betapa terkejutnya Louis saat melihat isi dari kotak itu. Dua lembar foto dilumuri darah bangkai tikus. Sebuah foto Axel dan sebuah lagi foto Aleca. Di balik tutup kotak merah itu terdapat tulisan ancaman.
Tidak akan kubiarkan kau hidup bahagia Axel. Jika aku tidak bisa membuatmu menderita, akan kulakukan pada gadis manis yang bersamamu saat acara pelelangan semalam.
Salam musuh abadimu,
Dave"LOUIS!" Teriakan Axel membuat Louis tersentak. Ia buru-buru menemui Axel yang sepertinya sedang marah. Tak lupa dibawanya juga kotak merah tadi.
"Ya Tuan?"
"Bagaimana cara kau memimpin anak buahmu hah?! Lihat salah satu maid disini terkena tembakkan di lengannya entah dari siapa. JIKA ITU MENGENAI GADISKU APA KAU INGIN BERTANGGUNG JAWAB HAH?!" Louis menunduk takut. Sebenarnya ia sudah sering mendapati Axel marah-marah, namun kali ini terlihat lebih menyeramkan.
Aleca melilitkan sebuah kain tebal ke lengan maid yang terkena tembakkan itu untuk menghentikkan pendarahan sementara menunggu dokter datang.
"Sudahlah Axel tidak usah marah-marah lagi, lebih baik kau telepon dokter agar lebih cepat datang kemari atau kita bawa saja dia ke rumah sakit sekarang. Pendarahannya semakin banyak." Aleca sangat panik. Axel menelpon Devan menyuruhnya agar segera lebih cepat tiba kemari seperti permintaan Aleca.
"Perketat keamanan, jangan sampai kejadian ini terulang kembali. Jika Alecaku tergores luka sedikit saja, kau akan bayar dengan kepalamu." Axel berucap rendah berbisik di telingan Louis.
"Ba..baik Tuan. Maaf, saya menemukan kotak ini di depan dekat gerbang mansion tadi Tuan."
"Apa ini?" Axel membukanya kasar, aroma bangkai tercium langsung ke indra penciumannya. Axel berjalan menjauhi keberadaan Aleca yang tengah sibuk mengobati maid yang tengah terluka itu. Ia berjalan menuju taman bunga samping mansion.
"Fuck! Kau ingin bermain-main denganku rupanya, Dave." Axel tersenyum devil. Louis yang melihatnya pun dibuat merinding.
"Perketat keamanan mansion, jangan sampai Alecaku bertemu pria bajingan ini. Awas saja jika Alecaku berhasil bertemu Dave, akan kubuat pria brengsek itu mati saat itu juga. Tanpa mengulur waktu." Kotak merah yang berisi foto dan bangkai itu diberikan Axel pada Louis agar segera dimusnahkan, ia tidak ingin Aleca sampai mengetahuinya.
"Cari tau siapa pelaku yang menembak maid itu, introgasi dia jangan membunuhnya jika belum dapatkan semua informasi. Cari tau juga apa rencana Dave selanjutnya," smirk devil mulai muncul di wajah Axel.
"Baik Tuan." Axel mengisyaratkan Louis agar pergi dari hadapannya.
Diremasnya kuat-kuat tutup kotak yang bertuliskan ancaman itu hingga menjadi terlipat dua. Mata tajamnya menatap ke arah depan dengan emosi yang sudah di ambang batas. Dibuangnya tutup itu ke sembarang arah.
Selama ini Axel sudah mau berbaik hati pada Dave dengan tidak membunuh pria itu. Bagaimanapun juga, mereka memiliki hubungan kakak beradik. Itulah alasan Axel hanya memberikan hukuman-hukuman kecil pada Dave, tidak sampai membunuhnya. Namun kali ini, Axel akan mengambil cara lain menghukum adiknya, perbuatan Dave kali ini sudah membuat Axel benar-benar merasa sangat marah. ia sudah berani mengancam akan membuat Aleca menderita. Maka dari itu, Axel akan membuat sebuah permainan untuk Dave tanpa harus melibatkan Alecanya.
"Axel?" Panggil Aleca mencari-cari keberadaan Axel.
"I'm here, baby" Seketika emosi Axel luruh begitu saja hanya dengan mendengar suara merdu Aleca.
"Dokter yang kau telepon sudah tiba, maid itu juga sudah selesai diobati olehnya." Axel memeluk tubuh mungil Aleca dengan sangat erat. Menghirup dalam-dalam aroma gadisnya.
"Sebenarnya siapa yang menembak maid itu?" Aleca mendongakkan wajahnya menatap Axel yang jauh lebih tinggi di atasnya.
"Tidak perlu kau pikirkan, baby. Aku akan mencari tau semuanya dan melindungimu dengan seluruh nyawaku. Karena itu, jangan mencoba-coba mengkhianati diriku."
Deg!
Mengapa perasaan Aleca rasanya akan pergi jauh dari Axel? Padahal dirinya belum ada niatan pergi dari pria itu. Berangsur-angsur perasaan Aleca terasa nyaman berdekatan dengan Axel.
/
Sang surya sudah bersinar terang, namun Aleca masih setia memejamkan mata. Hingga suara burung berkicau mengganggu tidur nyenyaknya. Ia terbangun dalam keadaan naked di bawah selimut. Semalam ia melakukan hubungan intim lagi dengan Axel.
"Good morning, baby." Axel nampaknya baru selesai mandi, terlihat dari rambutnya yang masih basah keluar dari pintu kamar mandi. Aleca tersenyum membalas ucapan Axel.
"Tidurmu nyenyak?" Axel mengambil pakaiannya di dalam lemari. Aleca memperhatikan pria itu. Ia bergumam membalas ucapan Axel.
"Apalagi tadi malam kita melakukannya berkali-kali hingga kau berteriak kenikmatan, membuatmu semakin nyenyak tidur, iya 'kan?" Axel tersenyum menggoda Aleca.
Blush!
Rona merah mulai bermunculan di kedua pipi Aleca. Ia sangat malu dengan Axel. Pria itu malah tertawa kecil melihat wajah imut Aleca.
"Mandilah, tiga jam lagi kita harus pergi ke San Francisco."
"For what?" Axel mendekat ke arah Aleca mengecup bibir ranum gadis itu.
TBC...
Aku sedih lo yg baca udah seratusan tapi yang vote gak nyampe separonya😭.
Ayolah kasih votenya kaka😭
Tuesday, 11 August 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Devil [PROSES TERBIT]
RomanceSeorang gadis cantik yang awalnya bekerja sebagai pelayan kafe tiba-tiba mendapatkan sebuah kotak di depan pintu rumah kontrakannya dan nama pengirim kotak tersebut sangat tidak jelas. Pengirimnya hanya memberikan nama inisial yang tidak dimengerti...