Chapter 16: Late Coming Months

42.8K 2.6K 121
                                    

Semenjak insiden Axel terkena tembak di hutan waktu itu, ia menjadi sangat manja terhadap Aleca. Apapun keinginanya harus dituruti oleh Aleca. Seperti saat ini, matahari sudah bersinar tetang tetapi Axel masih sangat manja terhadap Aleca dengan memeluk gadis itu di atas kasur king sizenya.

Ya, Axel memang sudah pulang dari rumah sakit dua hari yang lalu. Axel masih berbaring dengan memeluk erat tubuh Aleca menyandarkan kepala di dada gadisnya itu. Aleca lama-lama merasa jengah, ia tidak diizinkan Axel untuk mandi padahal hari sudah sangat pagi. Sekitar pukul sepuluh.

"Axel, aku ingin mandi." Axel tidak mengubris rengekan Aleca. Ia malah semakin mempererat pelukannya.

"Tanpa perlu mandi pun kau tetap wangi, baby." Axel mengecup kilat bibir halus Aleca. Gadis itu mendengus pasrag. Entah keberapa kalinya Aleca merengek ingin pergi mandi, namun selalu diacuhkan Axel.

"Baby, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" Aleca mengangkat sebelah alisnya.

"Tanyakan saja," Aleca mengusap rambut tebal Axel menyisiri dengan jari-jemari lentiknya.

"Negara apa yang sangat ingin kau kunjungi?" Aleca tampak berpikir-pikir, hingga bayangan kota Jepang hinggap di benaknya.

"Sebenarnya banyak, but saat ini aku sangat ingin mengunjungi Kota Jepang."

"Bersiaplah, hari ini kita ke Jepang." Aleca melebarkan matanya terkejut mendengar ucapan spontan Axel.

"Are you kidding me?" Axel mengecup pipi Aleca dan segera bangkit beranjak dari kasurnya. Pria itu nampak mengotak-atik ponselnya dan mendekatkannya ke telinga, terlihat seperti menelpon seseorang.

"Siapkan jet pribadiku, sebentar lagi aku berangkat ke Jepang bersama kekasihku." Aleca mengangakan mulutnya lebar-lebar memerhatikan Axel yang nampak sangat tenang.

Setelah mengatakan itu, Axel langsung memutuskan sambunga telepon dan melemparnya kembali ke atas kasur. Aleca menatap ponsel Axel dan pemilik benda pipih itu bergantian, masih tidak percaya dengan ucapan Axel.

"Cepatlah bersiap-siap pergi mandi atau kau mau kumandikan?" Axel menatap Aleca dengan tatapan mengodanya. Aleca mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali menatap Axel.

"Dalam rangka apa kau mau mengajakku pergi ke Jepang?" Axel mengedikkan bahu acuh. Ia duduk di sebelah Aleca dengan menatap dalam kedua mata Aleca.

"Selama ini 'kan kau sudah melewati banyak hari-hari yang sulit. Kau diculik Dave hingga sampai di Italia waktu itu, lalu insiden di hutan beberapa hari yang lalu. Kupikir kau butuh refreshing, ya bisa dibilang liburan." Aleca tidak menyangka Axel sangat mengerti perasaannya. Bisa dibilang Axel adalah pria yang peka. Aleca tidak bisa berkata-kata lagi, ia masih tidak percaya bahwa ia akan segera mengunjungi negara impiannya. Tinggal menunggu beberapa jam. Refleks, Aleca memeluk Axel dengan sangat erat, ia benar-benar merasa terharu.

/

Langit biru dihiasi awan-awan putih dengan matahari yang setia menyinari bumi membuat hari ini terasa sangat cerah. Seperti perasaan seorang gadis bersurai panjang, ia kini tengah berada di sebuah lapangan terbuka private milik pria yang sangat dikenalinya.

Siapalagi gadis itu jika bukan Aleca. Ia tengah memandang kagum jet pribadi Axel yang terpampang nyata di hadapannya. Sungguh indah sekali jet di hadapannya ini. Entah mengapa Aleca merasa agak mual melihat jet itu. Bukan hanya jet ini, tetapi semua pesawat yang diliatnya Aleca merasa sangat mual. Jet ini sangat berbeda dengan jet yang sebelumnya pernah dinaiki Aleca waktu itu. Yang Ini terlihat lebih mewah dan besar. Di bagian belakang jet itu terpampang tulisan di lapisi kilauan-kilauan indah yang sangat besar.

Axelleca.

Aleca sempat berpikir mengapa tulisannya Axelleca? Apakah tulisan itu memiliki makna?

Aleca hanya tidak tau saja, jika Axel merancang sendiri tulisan itu. Sebenarnya makna tulisan itu sendiri adalah kepanjangan dari Axel dan Aleca.
Aleca terlalu tidak peka dengan semua ini.

Aleca menaiki tangga jet itu satu persatu dengan Axel yang setia mengikuti di belakang. Ia tidak membawa koper ataupun pakaian ganti. Axel bilang beli disana saja. Sungguh Aleca merasa kesal, untuk apa membeli pakaian lagi jika pakaian yang lama masih layak untuk dipakai? Bukankah itu semua dinamakan pemborosan?

Hah sudahlah, Aleca tidak habis pikir dengan jalan pemikiran orang-orang berada. Kehidupan mereka sungguh berbeda dengannya yang selalu menghemat pendapatan.

Aleca duduk di kursi penumpang jet. Bokongnya mencium kursi yang sangat empuk itu. Axel duduk di sebelah Aleca memasangkan sabuk pengaman untuknya, karena sebentar lagi mereka akan take off.

"Perhatian untuk Tuan Miller dan Nyonya Miller yang terhormat. Pesawat akan segera lepas landas dalam tiga menit lagi, dimohon untuk memasang sabuk pengaman. Terimakasih."

"Kau sudah minum obat anti mabuk perjalananmu?" Aleca menggeleng sebagai jawaban.

"Jika aku minum itu pasti aku akan mengantuk dan tertidur selama perjalanan. Aku tidak ingin melewati perjalananku ke Jepang." Axel mengangguk-angguk mengerti.

/

Aleca sangat menikmati perjalanan panjangnya ke Jepang. Walaupun ia agak mual tetapi masih bisa ditahannya. Aleca tidak mau meminum obat anti mabuk yang membuatnya mengantuk dan berakhir tidur sepanjang perjalanan. Aleca tidak akan menyia-nyiakan perjalanannya ke negara impian.

Wajah Aleca menatap awan-awan di balik jendela jet ini. Langit sudah mulai gelap karena hari sudah malam. Perjalanan mereka masih lumayan jauh. Aleca nampak menutupi mulutnya menahan muntahan. Aleca bergerak gelisah di tempat duduknya dan itu semua tidak luput dari pandangan Axel.

"Muntahkan saja Aleca, ayo aku antar ke kamar mandi." Aleca nampak mengontrol ekspresinya seolah ia baik-baik saja.

"Ak..aku tidak papa...hoek," Aleca merasa sangat mual. Tidak seperti tadi yang bisa ia tahan.

Axel beranjak dari duduknya menuntun Aleca ke bilik toilet. Dimuntahkannya semua isi perutnya di closet toilet jet itu. Axel memijat tengkuk Aleca dengan sabar dan dipeganginya rambut Aleca yang panjang itu agar tidak terkena muntahan.

Setelah selesai Aleca menekan tombol di atas closet membersihkan muntahannya. Axel mengelap bibirnya dan tersenyum lembut.

"Aku ingin salad," Aleca berucap tiba-tiba. Entah mengapa saat ini ia sangat ingin memakan salad. Axel mengernyitkan kening. Axel pikir Aleca tidak terlalu menyukai semua jenis sayur-sayuran. Paling hanya beberapa. Sedangkan di salad terdapat banyak jenis sayuran.

"Bukannya kau tidak terlalu menyukai sayuran?" Mereka berjalan kembali duduk di kursi tadi.

"Memangnya aku tidak boleh memakannya jika aku tidak suka sayur?" Aleca berbicara dengan nada sinis. Axel semakin bingung, mengapa Alecanya sekarang begitu emosional seperti ini. Biasanya ia tidak akan menjawab dengan nada sinis seperti tadi. Axel seketika mengingat sesuatu.

"Kapan kau terakhir datang bulan?" Aleca nampak menaikkan sebelah alisnya bingung menatap Axel. Kemudian ia nampak berpikir.

"Aku telat dua bulan." Axel melebarkan matanya.

TBC...

Hay, ketemu lagi sama aku hehe. Maaf ya aku udah 3 hari gak update😭😭. Kemaren keluarga lagi berduka karena kakek aku meninggal. Yah karena faktor U juga si sakitnya. Jadi aku gak konsen banget nulis cerita. Dan maaf juga buat kaliam menunggu. Di part ini gak terlalu banyak kata²nya maaf ya😭😭.

Dan terimakasih banyak banget buat pembaca setia, ILY😍😍

Tuesday, 18 August 2020

My Possessive Devil  [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang