Chapter 9: Evil Plan

55.1K 2.9K 40
                                    

Peringatan akan ada hal-hal dewasa di chapter ini! MOHON UNTUK BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN! Dosa ditanggung sendiri, author tidak bertanggung jawab😅

~    ~    ~

Byur!

Seorang pria baru saja melompat ke dalam kolam renang pribadi. Pria itu mengayunkan lengan dan menggerakkan kakinya layaknya seseorang yang tengah melakukan gaya bebas berenang.

Axel hanya memakai sebuah pakaian dalam yang menutupi bagian tubuh bawah paling privasi. Rambutnya yang basah, dada bidang terekspos bebas membuat penampilan Axel sekarang ini terlihat jauh lebih seksi.

Aleca baru saja keluar kamar ingin mengambil minum ke dapur, namun matamya tak sengaja menatap pemandangan indah ke arah kolam renang.

Ya, Aleca sudah tidak dikurung Axel lagi di dalam kamar. Dirinya sudah diperbolehkan bebas berkeliling asalkan masih dalam pagar lingkungan mansion.

Aleca mengedip-ngedipkan mata berkali-kali dan meneguk ludah kasar melihat Axel yang terlihat sangat seksi.

"Aish dasar mata nakal," Aleca membatin dan segera pergi dari sana. Kaki jenjangnya melangkah ke arah dapur.

"Nona? Ada yang bisa saya bantu?" Mia menyapa terkejut pada Aleca. Ia bingung mengapa Aleca bisa sampai ke dapur? Jika Aleca atau Axel butuh sesuatu 'kan bisa tinggal memanggil.

"Oh hay Mia. Aku hanya ingin membuat minuman, rasa-rasanya aku ingin meminum sesuatu yang menyegarkan." Senyum manis terbit di bibir ranum Aleca.

"Emm, maaf nona. Jika anda perlu sesuatu, biar saya saja yang membuatkannya nanti akan saya antarkan ke kamar nona."

"Tidak, terimakasih. Aku bisa membuatnya sendiri."

"Tapi nona, Tuan Miller..."

"Tenang saja Mia, jika Axel marah padamu aku yang akan membelamu. Tidak akan kubiarkan dia menyakitimu," Aleca menyela ucapan Mia, berniat memberi ketenangan. Mia hanya mengangguk pasrah.

Aleca membuat sebuah ice coffee white cream, salah satu minuman favoritnya. Aleca menyiapkan bahan-bahan dan membuatnya dengan lincah. Ia sudah biasa melakukannya saat masih bekerja di cafe waktu itu. Terlalu asik mengaduk, Aleca tidak memperhatikan sekitar.

Tiba-tiba, sepasang lengan kekar melingkari perut rata Aleca dengan sangat erat dari arah belakang. Kegiatan mengaduk minuman Aleca pun sempat terhenti, karena tersentak kaget.

Aroma maskulin khas tercium ke indra penciuman Aleca. Ia sangat mengenali aroma ini, siapa lagi jika bukan Axel.

"Kau sedang apa, baby?" Axel berucap rendah. Kepalanya diletakkan di bahu kanan Aleca, matanya menatap wajah Aleca dari samping. Aleca menoleh ke arah wajah Axel dan menatap dalam mata biru pria itu.

"Membuat ice coffee," Aleca membalas lembut. Ia tidak menyadari jika di tempat ini hanya ada mereka berdua. Para pelayan sudah disuruh Axel menjauh, karena ia ingin berduaan dengan Alecanya dulu disini.

"Kau 'kan bisa menyuruh pelayan. Mengapa repot-repot membuatnya sendiri. Apa mereka tidak melayanimu dengan baik?" Aleca langsung berbalik menghadap Axel.

"Tidak, mereka melayaniku dengan sangat baik. Awalnya aku dilarang Mia pergi ke dapur. Dia bilang, dia saja yang membuatkan sesuatu untukku. Tetapi, aku yang bersikeras ingin membuatnya sendiri. Kau jangan memarahi para pelayanmu lagi, mereka tidak bersalah." Aleca berucap panjang lebar memberi pengertian pada Axel.

"Siapa Mia?"

"Salah satu pelayanmu disini. Ia juga keponakannya Ellie." Axel hanya mengangguk. Kedua tangannya berada di kedua sisi pinggang Aleca.

"Oh ya, bagaimana keadaan Ellie? Apa ia masih di rumah sakit?" Aleca menjadi merasa khawatir. Axel mengangguk tanda jawabannya.

"Bolehkah aku membesuknya?"

"Tidak." Aleca menghembuskan napas pasrah. Apa-apa saja menyangkut keluar mansion ia selalu dilarang Axel.

"Pergi denganmu juga tak apa. Aku hanya ingin meminta maaf pada Ellie secara langsung tidak berniat melarikan diri, aku janji." Axel mengecup bibir Aleca.

Yang awalnya hanya sebuah kecupan kini berubah menjadi lumatan-lumatan. Aleca tidak membalas ciuman Axel, tetapi lama-kelamaan ia merasa terbuai. Kakinya terasa lemas, tangannya dilingkarkannya di leher Axel takut terjatuh.

Diam-diam Axel menyingkirkan ice coffee yang dibuat Aleca tadi. Dinaikkannya tubuh Aleca ke atas dan didudukkannya gadis itu di dekat wastafel. Kedua tangan Axel menyangga berat badannya dengan meletakkan di kedua sisi tubuh Aleca. Kedua mata Aleca terpejam, tanpa sadar ia membalas ciuman Axel.

Axel tersenyum miring. Akhirnya Alecanya membalas ciumannya juga. Lidah Axel mengabsen setiap inci gigi rapi Aleca tanpa tertinggal sedikit pun. Axel kini hanya menggunakan handuk putih yang melilit  bagian bawah tubuhnya dalam keadaan shirtless.

Lama terhanyut dalam ciuman mesra di dapur, kesadaran Aleca mulai terkumpul kembali. Di dorongnya dada bidang Axel untuk menghentikan kegiatan ini. Axel tersenyum menggoda Aleca.

"Menikmatinya, baby?" Rona merah tercipta di kedua pipi tirus Aleca hingga menjalar ke telinga. Saat ini ia benar-benar merasa malu. Ia benar-benar tidak sadar membalas ciuman Axel. Demi Tuhan rasanya Aleca ingin hilang saja dari muka bumi ini.

Aleca turun dari duduknya dan cepat-cepat mengambil ice coffeenya pergi dari hadapan Axel. Sungguh ia merasa sangat malu. Axel hanya terkekeh kecil melihat tingkah menggemaskan dari babynya itu.

/

Di sebuah tempat dengan pencahayaan remang. Seorang pria duduk sendirinya di tengah-tengah ruangan itu. Tangannya memegang sebotol wine dan meneguknya secara kasar. Kancing kemejanya terbuka tidak beraturan. Rambutnya sudah terlihat acak-acakan.

Pria itu Dave.

"Akan kurebut semua milikmu Axel. Termasuk kekasihmu."

Dave terlihat sangat acak-acakan. Tetapi, dengan penampilan seperti ini dia terlihat lebih menggoda dan tampan. Namun, tetap saja nilai ketampanan tertinggi masih jauh dipimpin Axel.

"Gadismu cantik juga dan ia telihat seksi. Bagaimana rasanya saat di ranjang nanti?" Tanpa aba-aba, bagian bawah tubuh pria itu terasa sesak.

Dave memanggil tangan kanannya yang dikenal dengan nama Robert. Seorang pria tegap bersetelan rapi datang menghadap Dave dan membungkuk hormat.

"Carikan semua data tentang kekasihnya Axel. Semua harus lengkap jangan ada yang tertinggal." Roberto mengangguk tegas tanda mengerti.

"Aku ingin data itu sampai di tanganku secepatnya, jangan menunda-nunda."

"Baik Tuan." Roberto izin pamit melaksanakan perintah dari Dave. Ia keluar ruangan itu meninggalkan Dave sendirian.

Dave terlihat menyunggingkan senyum miring. Apapun menyangkut kebahagiaan Axel akan ia rebut. Tidak akan Dave biarkan Axel bahagia seumur hidupnya. Bahkan jika pria itu mati, Dave akan dengan senang hati mengantarkannya ke neraka terdalam.

Seorang wanita berpakaian sangat seksi masuk ke ruangan itu mendekati Dave. Ia duduk di atas pangkuan pria itu berniat menggodanya. Diusapnya perlahan rahang tegas Dave dan dikecupnya telinga dan leher pria itu.

Dave membuang botol winenya dan meremas kasar bokong wanita yang ada di atasnya ini.

"Apa kabar, honey? Sudah lama sekali kita tidak bertemu." Wanita itu berbicara dengan suara menggoda.

"Kudengar Axel mempunyai seorang kekasih ya?" Lidah wanita itu menjilat telinga kiri Dave.

"Apa rencanamu selanjutnya, honey?" Dave tersenyum miring bersama wanita itu.

TBC...

Yuk yang belum kasih vote dan commentnya dikasih dulu✨

Share juga ke temen-temen kalian siapa tau mereka juga suka ya🤩

Terimakasih yang sudah menjadi pembaca setia😘

Monday, 10 August 2020

My Possessive Devil  [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang