D. Salah Tingkah

178 28 3
                                    

Pukul tiga dini hari, Mika terbangun dari tidur dengan rasa sakit dan pegal di seluruh tubuhnya. Ia turun dari ranjang dengan tubuh yang hanya terbalut kaos lengan pendek kebesaran milik Alva. Ditatapnya sebentar lelaki yang masih memeluk guling dengan dengkuran halusnya. Percaya tidak percaya, semalam Alva berubah menjadi romantis bahkan memperlakukannya dengan sangat lembut. Hm, memikirkannya saja sudah membuat Mika senyum-senyum sendiri.

Menghela napas ringan, Mika berjalan pelan menuju kamar mandi untuk bersesuci. Setelah itu, ia mengambil beberapa baju yang baru saja dibelikan Alva kemarin malam. Pilihannya jatuh pada gamis motif bunga-bunga dengan kerutan di pinggangnya. Masih dengan bathrobe yang membungkus tubuhnya, Mika kembali berjalan menuju kamar mandi untuk berganti baju dan berwudhu. Lalu melaksanakan sholat malamnya dengan khidmat.

Sholat tahajjud, sholat taubat, dan sholat hajat. Masing-masing Mika melaksanakannya sebanyak dua rakaat satu salam yang akan berakhir dengan sujud panjang setelah ia memanjatkan doa-doanya. Tak jarang pula, ia menambahkan dua rakaat sholat istikharah saat dirinya merasa bimbang dan dilema akan pilihannya. Seperti saat dulu, sewaktu Alva menikahinya.

Begitu selesai berdoa, Mika langsung menyatukan dahi dan seluruh wajahnya di permukaan sajadah. Sujud panjangnya dimulai. Ia berserah diri, bersimpuh di hadapan-Nya sambil terus memuji Allah di dalam hati.

Tak urung juga Mika memohon ampun atas segala kekhilafan dan kesalahannya selama ini sembari mengharap ridha agar pernikahannya senantiasa dilimpahkan rahmat dan dilingkupi barakah agar mereka bisa melaksanakan ibadah terpanjang ini dengan baik.

Sujud panjang seperti ini, sudah menjadi favorit Mika sejak ia muallaf. Perasaannya masih tidak berubah. Ia selalu merasakan nyaman, seolah-olah Allah sedang mengusap lembut kepalanya sambil menyebut indah namanya. Bersamaan dengan asmaul husna yang sudah mengalir di setiap detak jantungnya.

Hampir sepuluh menit Mika nyaman pada posisinya. Tidak sampai tertidur, karena setelah ini ia akan membaca al-quran sampai tiba waktu subuh.

Seperti biasa, surat as-sajdah masih menjadi favoritnya sampai saat ini. Dimulai dengan membaca ta'awudz dan al-fatihah, Mika mulai melantunkan ayat demi ayat surat as-sajdah dengan tertatih-tatih, sambil meresapi maknanya. Hingga tepat di ayat ketujuh,

"الَّذِىْ اَحْسَنَ كُلَّ شَيْئٍ خَلَقَهُ وبَدَأَ مِنْ طِيْنٍ (٧)"

7. 'Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai memulai penciptaan manusia dari tanah.'

Mika menghentikan bacaannya. Pandangan wanita itu beralih ke arah lelaki yang sudah berdiri menjulang di hadapannya dengan hanya memakai boxer.

"صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ"

Mika menutup al-qur'an nya dengan masih menatap Alva.

"Kau sudah bangun. Mau mandi?"

Tanya Mika setelah meletakkan kitab sucinya ke tempat semula. Ia melepas mukena dan melipat peralatan sholatnya seraya menatap Alva yang hanya menjawabnya dengan anggukan karena sedang menguap lebar. Lelaki itu sama sekali tidak malu dengan tubuh setengah telanjangnya, juga rambut acak-acakan dan muka bantalnya yang berhasil membuat Mika kembali salah tingkah.

"Kalau gitu, aku siapkan dulu air hangatnya."

Mika berlalu dari hadapan Alva, ia bergegas menyiapkan air hangat setelah lebih dulu mengambilkan pakaian untuk suaminya.

Semua sudah siap, ia tinggal mengisi bath up dengan air hangat dan menyalakan lilin aromaterapi sesuai dengan apa yang diinstruksikan Alva saat mereka masih di Indonesia dulu.

"Kau sudah bangun sejak tadi? Apa sudah tidak mengantuk?"

Suara berat dan serak khas bangun tidur menyapa telinga Mika. Hampir saja wanita itu menjatuhkan botol sabun cair yang sempat ia senggol karena terkejut dengan kedatangan Alva. Namun tidak sampai terjatuh karena botolnya hanya bergoyang sedikit dan Mika berhasil menahannya dengan tangan.

"Aku sudah bangun sejak pukul tiga tadi. Aku pun sama sekali tidak mengantuk. Tidurku sudah sangat cu-- hoaam." Mulut dan tubuhnya sangat berlawanan, Mika justru menguap lebar hingga matanya berkaca-kaca.

"Cih, mencoba berbohong kepadaku?"

Alva yang tadinya hanya mengamati Mika dari pintu kamar mandi pun mulai berjalan mendekat ke arahnya. Senyuman miring terbit dari bibir lelaki itu ketika melihat Mika yang sedang menggelengkan kepalanya.

"Tidak, aku sama sekali tidak berbo--"

"Sangat terlihat dari hidungmu jika kau sedang berbohong."

Sontak Mika langsung menyentuh hidung minimalisnya. "Memangnya kenapa dengan hidungku?" 'Tidak ada yang salah.' Batinnya.

Alva tertawa keras sambil memegangi perut telanjangnya, di sana Mika bisa melihat bekas jahitan yang belum sepenuhnya membaik setelah beberapa hari yang lalu lelaki itu dirawat di rumah sakit.

Cup

Pipi Mika memerah, begitu Alva dengan cepat mencium hidungnya. Ia bahkan tidak tahu sejak kapan lelaki itu sudah berada di hadapannya sambil menatapnya intens.

"Hidungmu seperti pinokio,"

Mika mendengus kesal. Tiba-tiba ia teringat dengan sentuhan Alva yang membuat wudhunya batal. Padahal, lima menit lagi adzan subuh akan berkumandang.

"Ish, kenapa dicium sih? Kan jadi batal wudhunya. Sebentar lagi juga mau shubuh, Alva."

Mika menghentakkan kakinya dengan bibir yang sudah mengerucut. Ia hendak berlalu dari hadapan lelaki itu. Namun Alva lebih cepat mencekal tangannya dengan kuat, membuat Mika hampir terjungkal ke belakang jika lelaki itu tidak menahan pinggangnya. Keduanya berada di posisi yang sangat dekat.

"A-ada apa, Alva? Lepass!" Setengah gugup Mika memalingkan mukanya.

Alva tersenyum manis. Bukannya menuruti ucapan Mika, ia malah semakin mengeratkan kedua tangannya di pinggang Mika. "Kau terlalu menggemaskan, Sayang. Terima kasih untuk semalam."

Cup

Kali ini Alva mencium pipi wanita itu. Dengan kesal yang sudah sampai di ubun-ubunnya, Mika langsung menghempaskan kedua tangan Alva. Langkahnya terayun cepat untuk menuju pintu kamar mandi.

Brak!

"Ow. Kau masih sangat agresif ternyata. Aku suka itu."

Alva dengan kekehan di akhir kalimatnya, berhasil menghentikan langkah Mika yang sedang berjalan menuju meja rias. Sambil memejamkan mata, Mika terus beristighfar di dalam hati dengan mengusap dadanya.

Menyebalkan sekali, masih subuh ia sudah digoda dengan iblis berwajah malaikat yang sialnya malah membuat ia sendiri salah tingkah.

***

Haii!

si_melon💜

Mr. GlowingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang