Didekat gerbang dibawah teras pos satpam, Icha duduk disalah satu kursi sembari mengipasi lehernya sendiri menggunakan tangannya menunggu tanda-tanda kedatangan Zero.
"Aigo yeogi neomu deowo," keluhnya mempercepat kipasan-nya hanya hanya mengeluarkan secuil angin tambahan.
Ia menatap jam tangan merah yang melingkar ditangannya sudah telat setengah jam, kalau tau begitu kenapa dirinya tidak menerima tawaran Yura saja ketika menawarkan jasa antar pulang sekolah tanpa bayar. Tetapi perlu diingat Icha sangat penakut dengan Zero.
Icha kembali duduk di kursi yang disediakan, ia menatap sepatunya sambil merenung. Icha tersentak ketika sebuah tepukan terasa di bahunya.
"Nunggu siapa?"
Icha menggelengkan kepalanya melihat Elang yang menepuk bahunya. "Nunggu dijemput,"
Elang ikut mendudukkan dirinya di samping Icha dan reflek Icha sedikit menjauh-- menjauh demi kebaikannya selepas ini.
"Elang nunggu siapa?" tanya Icha dengan tangan yang sibuk memilin satu sama lain.
"Gue ekskul basket,"
"Sampe sore, ya?" Icha menoleh, gadis cantik berkulit seputih salju dengan tatapannya yang lembut itu membuat pupil mata Elang membesar, terpana melihatnya.
Icha menyingkirkan anak-anak rambutnya terlebih dahulu sebelum melambaikan tangannya didepan Elang yang bengong melihatnya.
"Eh iya!" Elang tersenyum kecil menanggapinya. "Kalau ekskul biasanya sampe jam empat tapi tergantung juga sih kalau seru sampe jam lima juga hajar."
"Lo kenapa engga ikut ekskul?" tanya Elang.
"Icha engga mau capek," jawab Icha jujur. Ia lebih senang berbaring di kasur menonton drama dari layar laptopnya dan shopping menggunakan uang Zero di pusat perbelanjaan.
Elang tertawa kecil kemudian mengangguk menyetujuinya. "Bagus deh,"
Icha menyipitkan matanya melihat sebuah mobil yang berhenti tepat didepan gerbang.
"Itu jemputan lo?" Elang mengangkat sebelah alisnya menatap Icha sambil melirik mobil pribadi putih yang berhenti didepan gerbang.
Icha menggelengkan kepalanya, Zero bermobil hitam bukan putih bahkan plat mobilnya pun Icha hapal.
"Lah terus?"
Icha langsung berdiri dari duduknya. "Elang, Icha duluan ya itu ada sopir Icha,"
Elang menganggukkan kepalanya. "Hati-hati,"
"Iya makasih, makasih juga udah nemenin nunggu," Icha tersenyum terlebih dahulu baru berjalan menuju pak sopir yang mencari keberadaannya.
"Pak! Kak Zero kemana?" tanya Icha ketika dirinya sudah masuk kedalam mobil diikuti Pak sopir.
Pak sopir menoleh kearah Nona mudanya yang sedang meminum air mineral. "Tuan Zero masih ngantor Non, katanya tadi Non disuruh kesana,"
Icha mengernyit. "Untuk apa?"
Pak sopir itu menggeleng. "Gak tau, Non," Pak sopir itu mulai melajukan mobilnya dengan Icha yang nampak bingung.
"Wau neomu pigonhae!!" Icha memanyunkan bibirnya kesal sedangkan pak sopir yang tidak paham sang majikan berbicara apa hanya diam saja.
Icha sedikit tertekuk, seharusnya ia sudah berbaring di ranjangnya yang empuk, dengan drakor serta susu yogurt, coklat batangan dan snack ditangannya.
Rasanya Icha ingin marah-marah ke masyarakat.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVER BROTHER
Novela JuvenilHidup Icha Savira Zivanni (18) tidak pernah tenang dengan sikap kakak sepupunya yang kelewatan batas. Zero Axanders Xiamoraga (27) Seorang pria dewasa pemilik perusahaan teknologi. Icha tidak mengerti dengan sikap Zero yang sering mengekangnya, mela...