Warning‼️Baca part 10 terlebih dahulu!
Pastikan kalian bacanya urut karena part banyak yang acak, terimakasih😊Taeyong membaringkan Jennie ke atas ranjang. Jemarinya menyusup ke balik rok Jennie dan langsung menyentuh pusat kewanitaannya. Sentuhan itu membakar sekaligus menyejukkan dan Jennie langsung mengangkat tubuhnya penuh gairah.
Taeyong menundukkan kepalanya, mengecup leher dan pundak Jennie sambil menurunkan kemejanya, menikmati betapa Jennie menyerah kepada gairahnya.
"Ah sayangku, kau begitu indah,"
Taeyong menangkup buah payudara Jennie di telapaknya, merasakan dan menikmati kelembutan itu. Lalu bibir panasnya turun dan menangkup pucuknya, melumatnya penuh gairah, membuat Jennie hampir menjerit karena siksaan kenikmatan yang berbaur menjadi satu.
Lelaki itu menurunkan rok Jennie dan mulai menyentuhnya, dimana-mana, meninggalkan gelenyar panas yang membakarnya. Jemari Taeyong menyentuh pusat kewanitaannya dan Jennie merasakan dorongan yang amat sangat untuk memohon agar Taeyong mau memasukinya.
Dan Taeyong sudah siap, Lelaki itu terasa begitu keras dan panas di bawah sana. Jennie mendesak-desakkan tubuhnya dengan frustrasi, permohonan tanpa kata.
"Tenang sayang," Taeyong mulai terengah, menahan pinggul Jennie yang bergairah di bawahnya, "Aku akan meuaskanmu sebentar lagi"
Taeyong menyentuhkan dirinya, dan langsung menggertakkan giginya, melawan dorongan kuat untuk memasuki Jennie dengan kasar.
Jennie sudah sangat siap menerimanya, tetapi Taeyong bertekad memperlakukannya dengan lembut, memberikan tubuhnya untuk kenikmatan Jennie.
Ketika kehangatan Taeyong merasukinya, tenggelam dalam tubuhnya yang panas dan basah, Jennie mendesah dan memejamkan mata. Oh astaga! Rasanya begitu tepat, kenikmatan ini, kedekatan ini yang telah dia sangkal selama ini. Rasanya luar biasa tepatnya!
Mereka bergerak dalam alunan gairah yang keras, berusaha memuaskan gejolaknya sendiri-sendiri. Sampai akhirnya tubuh Jennie terasa melayang, mencapai puncak kenikmatannya didorong oleh rasa klimaks yang begitu dalam. Ketika mendengar erangan, Taeyong mengikutinya. Menyerah dalam orgasme bersamanya.
🥀
Ada yang berbeda dalam hubungan mereka. Jennie menyadari pagi itu, mengingat senyum lembut Taeyong ketika Jennie terbirit-birit kembali ke kamarnya ketika hari hampir menjelang pagi. Terutama perasaan Jennie ke Taeyong ada yang berubah.
Ternyata selama ini dia juga frustrasi oleh gairah yang tertahan, sama seperti yang dirasakan Taeyong. Dan ketika semalaman mereka saling memuaskan gairah masingmasing, pagi ini perasaannya luar biasa bahagia. Jennie bahkan merasa ingin bersenandung.
Pagi ini, karena Taeyong biasanya sudah berangkat bekerja jam-jam segini. Jennie memutuskan untuk mengisi waktunya dengan menjelajah seluruh isi rumah. Dia memutuskan untuk menjelajahi area sayap kanan rumah yang besar itu.
Tanpa di temani siapapun, Jennie menyusuri lorong-lorong, ruangan demi ruangan, sampai akhirnya tiba di ujung lorong, dengan dinding yang sepenuhnya terbuat dari kaca, memantulkan cahaya matahari ke seluruh lorong dan pemandangan yang luar biasa indahnya di balik kaca.
Pemandangan kebun mawar berwarna merah tua yang merambat dan memenuhi taman kecil di sana.
Jennie terpesona hingga hampir sesak napas. Dia berdiri cukup lama di depan taman itu, lalu kemudian mengerutkan keningnya ketika menyadari, bahwa sayap kanan rumah ini, meskipun tampak bersih dan terawat, tampaknya hampir tidak pernah digunakan.
Jennie menoleh ke kiri, dan menemukan sebuah pintu besar berwarna keemasan, dengan penuh rasa ingin tahu dia membuka handle pintu itu. Sepertinya susah dan macet, tetapi kemudian setelah Jennie mencoba beberapa kali, pintu itu terbuka dengan mudahnya, dengan suara berderit karena engsel yang sudah lama tak diminyaki.
Ruangan itu temaram, karena jendela kamarnya tertutup rapat oleh gorden, baunya pengap seperti sudah lama tidak dimasuki.
Jennie meraba-raba dinding dan menemukan saklar di kamar itu, ditekannya saklar kamar itu, dan cahaya kekuningan yang lembut langsung menyinari seluruh ruangan.
Itu sebuah kamar. Kamar yang sangat feminim dengan nuansa merah muda yang lembut, hampir putih. Jennie mengitarkan pandangannya ke kamar itu dan mememukan sesuatu yang membuatnya tertegun.... Dan memucat.Ada sebuah lukisan besar yang digantung di kamar itu. Lukisan yang sangat besar dengan bingkai keemasan yang sangat indah. Tetapi bukan besarnya lukisan itu atau indahnya bingkai itu yang membuat Jennie tertegun, tetapi orang dalam lukisan itu.
Di sana terlukis seorang perempuan yang sedang berdiri di tengah taman mawar, dengan gaun merah muda dan rambut cokelat tuanya yang panjang dan berkilau, sedang tertawa bahagia, seolah-olah perempuan itu tidak bisa menahan senyumnya kepada siapapun yang melukisnya. Perempuan itu memeluk perutnya yang sedikit buncit, sedang hamil muda. Perempuan itu tampak penuh bahagia... penuh cinta, dan yang membuat Jennie luar biasa kagetnya, wajah perempuan itu.... Wajah perempuan itu.... Sama persis dengan wajahnya.
Oh ya Tuhan! Sama persis! Bagaikan pinang di belah dua. Meskipun perempuan di lukisan itu tampak lebih anggun dan lebih feminim, Jennie sangat yakin bahwa selain semua alasan itu, wajah mereka berdua tampak begitu serupa!
Tapi Jennie yakin itu bukan lukisan dirinya. Dia tidak pernah mengenakan gaun merah muda, dia tidak pernah dilukis di tengah taman mawar, dan yang pasti, dia tidak pernah hamil sebelumnya!
Jadi siapakah perempuan itu? Siapakah dia...?
"Seharusnya Anda tidak boleh ke area ini"
Suara dingin dan tenang di belakangnya membuat Jennie terlonjak kaget.Dia menolehkan kepalanya gugup dan menemukan Yuta berdiri di sana, menatapnya dengan tatapan dingin yang biasanya.
"Siapakah perempuan di lukisan itu Yuta?"
Yuta melirik sekilas pada lukisan di dinding itu, Jennie merasa melihat sepercik kesedihan di sana, meskipun dia tidak yakin, karena ketika menatap Yuta lagi, lelaki itu sudah kembali memasang ekspresi datar.
"Saya tidak bisa mengatakannya kepada Anda, Tuan Taeyong akan sangat marah...."
"Kumohon," Jennie menyela dengan cepat, "Jika kau tidak mau mengatakannya kepadaku, aku akan menanyakan langsung kepada Taeyong"
Wajah Yuta mengeras, "Anda tidak boleh melakukannya, saya tidak akan membiarkannya karena itu akan menyakiti Tuan Taeyong,"
Perkataan Yuta itu makin membuat Jennie penasaran. Ada apa ini sebenarnya? Apakah inilah jawaban kenapa Taeyong menyekapnya selama ini?
Jennie akan mengejar jawaban itu dari Yuta, apapun yang terjadi, ditatapnya Yuta dengan keras kepala, "Kalau begitu jelaskan padaku siapa perempuan ini, kenapa wajahnya begitu sama denganku, dan apakah ini penyebab Taeyong menyekapku?"
Yuta menghela nafas panjang, "Baik akan saya jelaskan, tetapi jangan di sini, ayo ikut saya," Lelaki itu membalikkan tubuhnya dan bergegas keluar dari kamar, seolah-olah berada di dalam kamar itu terasa menyesakkannya.
Tiba-tiba Jennie juga merasa sesak sehingga dia langsung mengikuti langkah Yuta keluar dari kamar itu.
"Perempuan itu adalah Nyonya Jane Lee," Yuta bergumam datar, menatap mata Jennie dalam-dalam.
Mereka sekarang duduk di ruang duduk di bagian belakang rumah yang berakses langsung ke taman belakang dan dilengkapi dengan sofa-sofa cantik yang nyaman dan meja kopi yang saat ini menyediakan kopi hangat yang mengepul di meja.
Jennie mengernyit mendengar informasi itu, Jane Lee? Apakah dia ibu Taeyong? Tetapi setahunya, ibu Taeyong bernama Yoona Lee.
"Bukan ibu tuan Taeyong," Yuta sepertinya bisa membaca pikiran Jennie, "Nyonya Jane Lee adalah almarhum isteri Tuan Taeyong"
Jennie terperangah dan tiba-tiba merasa sesak napas, dadanya seperti dihantam oleh ribuan ton batu sehingga terasa nyeri. Isteri?? Taeyong pernah punya isteri sebelumnya? Dan kenapa wajah perempuan itu sama persis dengannya?
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
SLEEP WITH THE DEVIL [JenYong]
Romance[WARNING 21+ MATURE CONTENT] Ketika bisnis orang tuanya jatuh, Jennie terpaksa melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana orang-orang yang dicintainya satu persatu hancur. Ibunya terpuruk dalam rasa malu dan kecewa lalu meninggal karena digerog...