-🥀 2

11.3K 598 35
                                    


WARNING MATURE CONTENT‼️







Perjalanan itu terasa menyiksa dan panjang. Tubuh Jennie dilempar begitu saja dengan kasar oleh bodyguard Taeyong ke bagasi dan dikunci dari luar.

Jennie berusaha menendang, berteriak, meronta, tetapi pada akhirnya dia kelelahan dan kehabisan oksigen. Menyadari bahwa ruang bagasi ini begitu sempit dan pengap dengan asupan oksigen yang makin menipis.

Jennie terdiam. Ia berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar keras, campur aduk antara rasa takut dan ingin tahu, akan dibawa kemanakah dirinya ?

Lama sekali Jennie menunggu, sampai akhirnya mobil itu melambat. Terdengar suara pintu gerbang yang berat dibuka, lalu mobil itu melaju lagi, melambat, dan kemudian berhenti.

Suara pintu mobil dibanting. Dan syukurlah, ada gerakan membuka bagasi. Jennie bersiap melompat dan menyerang siapa saja yang membuka pintu bagasi itu, lalu kabur. Ah ya Tuhan, semoga semudah itu.

Pintu bagasi terbuka sedikit dan secercah cahaya masuk melalui celah yang hanya dibuka sempit.

"Jennie..." itu suara Taeyong dan lelaki itu memanggil namanya. Wajah Jennie langsung pucat pasi. Lelaki itu sejak awal sudah mengetahui penyamarannya!

"Aku akan membuka pintu bagasi ini, tapi kau harus berjanji untuk bersikap tenang dan tidak memberontak," Ada seberkas senyum di suara Taeyong. Kurang ajar. Lelaki itu pasti dari tadi sudah menertawakan kebodohannya!,

"Kau ada di rumahku, dan perlu kau tahu, para pengawalku sangat tidak ramah. Kusarankan kau turun dengan sikap penurut dan tenang, demi dirimu sendiri, karena para pengawalku mungkin akan melukaimu kalau kau bertindak bodoh"

Rumah Taeyong? Jennie memejamkan matanya frustrasi. Dari informasi yang dia dapatkan, rumah Taeyong yang terletak di atas tanah begitu luas di kawasan elite pinggiran kota. Rumah itu dipagari dengan pagar tinggi di sekelilingnya dan setiap akses masuk dijaga oleh pengawal-pengawal Taeyong. Tidak ada seorangpun yang bisa masuk ke area rumah ini tanpa sepengetahuan Taeyong. Begitupun, tidak akan ada orang yang bisa keluar dari rumah ini tanpa seizin Taeyong.

"Bagaimana Jennie? Apakah kau berjanji untuk bersikap baik,dan aku akan mengeluarkanmu secara manusiawi. Atau kau memilih bertindak bodoh lalu mungkin aku akan mengikatmu dalam karung dan kusekap di gudang," suara Taeyong di luar menyadarkan Jennie dari lamunannya.

"Kenapa kau membawaku kemari?," gumam Jennie penuh keberanian.

Terdengar suara Taeyong terkekeh di luar sana, "Menurutmu kenapa Jennie? Apa kau pikir aku semudah itu diracuni di tempat umum? Apa kau pikir aku tidak tahu kalau
kau selama ini mengendus-endus mencari kesempatan untuk membalaskan dendammu?" Suara Taeyong terdengar dekat,
"Kau sudah bermain api," bisiknya, "Sekarang saatnya kau untuk terbakar."

Pintu bagasi itu terbuka tiba-tiba dan Jennie belum siap meronta. Lagipula, percuma meronta. Di belakang Taeyong yang berdiri dengan pongahnya, ada beberapa bodyguard dengan tubuh kekar bertampang seperti batu. Dan melihat tampang dan penampilan mereka, Jennie tahu, mereka tidak akan segan-segan melukainya kalau Jennie berbuat sesuatu yang sekiranya akan mencelakakan majikan mereka.

Taeyong mundur selangkah, lalu mengulurkan tangannya setengah membungkuk, "Silahkan tuan puteri, biarkan aku membantumu keluar,"gumamnya mengejek.

Jennie menatap tangan itu lalu menggeram marah. Kurang ajar sekali iblis yang satu ini!

Dengan marah, ditepiskannya tangan Taeyong dan dia berusaha keluar sendiri dari bagasi sempit itu meskipun sedikit kesulitan karena kaki dan tangannya kaku dilipat di ruangan sempit dan menempuh perjalanan entah berapa puluh kilo.

SLEEP WITH THE DEVIL [JenYong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang